14.Cemburu

1.6K 208 56
                                    

Aku cuek, bukan berarti aku tidak peduli kamu, tapi beginilah caraku. Sedikit berbeda memang, tapi aku ingin menjadi diriku sendiri yang memberi perhatian dengan cara yang aku biasa berikan.

-Dari Raina untuk Badai


***

Takk

Suara itu berhasil mengagetkan beberapa siswa yang ada di dalam kelas X IPS 3, bahkan bukan mereka saja yang merasa terkejut, tetapi juga beberapa siswa yang baru saja melintasi ruangan kelas itu.

"Aduhh jangan main lempar-lemparan dong, berisik. Ntar gue lagi yang disalahin," Teriak Clarinda kepada beberapa siswa yang sedang bermain lempar-lemparan di dalam kelas tersebut.

Manggala yang mendengar itu langsung menghentikan kegiatannya dan segera mendudukan dirinya di bangku yang ada di dekatnya. "Cari aman," Gumamnya.

Badai dkk masih saja melanjutkan aktivitas mengganggunya tersebut seperti tidak memperdulikan apa yang diteriakkan oleh Clarinda.

"Senggol dikit bacok," Ucap Badai lalu melemparkan penghapus papan tulis ke arah Taufan, namun Taufan berhasil menghindar dari lemparan tersebut, sehingga penghapus tersebut terbentur keras mengenai papan tulis dan menghasilkan suara keras.

Takk

"Aduh, kalian pada ngerti ga sih? Dibilangin jangan berisik, jangan main lempar-lemparan nanti didatengin guru baru rasa," Teriak Clarinda frustasi.

"Paan sih, berisik lo," Ketus Taufan.

Para siswa tersebut kembali bermain kejar-kejaran dan sesekali melempar satu sama lain dengan penghapus papan tulis.

Raina seakan sudah tidak peduli dengan keadaan itu, toh kalau dia ikut memperingatkan mereka percuma juga, mereka tidak akan mendengarnya.

Kini penghapus papan tulis tersebut berada di tangan Taufan. Ia mengerjar salah satu targetnya yang ingin ia lempari dengan barang itu saat ini, Badai.

Saat Badai sedang mengejeknya dengan memasang ekspresi konyol, Taufan mulai berancang ancang untuk melemparinya dengan apa yang sudah ada di genggamannya saat ini.

Di sebelah ruangan kelas X IPS 3, tepatnya kelas X IPS 2, Pak Amir terus saja menggeram sejak tadi. Bagaimana tidak, ia saat ini sudah kehilangan mood nya untuk menjelaskan materi kepada murid-muridnya. Sejak tadi pembicaraannya selalu saja terpotong oleh suara yang mengagetkan. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari kelasnya, lalu masuk ke dalam kelas X IPS 3. Dilihatnya kelas itu pintunya tertutup rapat. Ia membuka perlahan pintu tersebut, hingga satupun dari siswa-siswi yang ada di dalamnya pun tidak dapat menyadari.

Kini pintu tersebut hampir terbuka seutuhnya, dan......

Pletakk

Sesuatu yang di rasakan oleh Pak Amir telah mendarat di dahinya yang luas. "Waduhh," Ucapnya sambil mengelus pelan dahinya yang kini terasa memanas dan rasanya agak tebal dari biasanya.

Seisi kelas menjadi hening. Suasana kini menjadi terasa tegang, tapi tidak bagi Badai dan Taufan.

"Upss," Ucap Taufan sambil menahan kekehannya.

"Wahh, ada Bapak rupanya. Mari Pak masuk, jangan sungkan, anggap aja kelas sendiri," Ucap Badai.

"Siapa yang lempar ini ke kepala Saya?" Geram Pak Amir.

"..."

Tidak ada satupun yang berani menjawab, bahkan Badai dan Taufan yang tadinya terlihat santai-santai saja, kini menjadi gugup karena melihat marahan Pak Amir yang sangat menyeramkan. Pak Amir melempar penghapus papan tulis yang tadi mengenai dahinya ke arah meja guru dengan keras yang membuat rasa takut mereka semua bertambah.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now