28.Rafflesia Arnoldi

1.1K 99 33
                                    

Ada rindu yang menyelimuti dua hati yang saling tak bisa menggenggam namun selalu memberi kehangatan dalam segala ingatan akan kebersamaan.

-Love Is Badai

***

Raina melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah. Saat ini, koridor memang lumayan sepi, karena semua siswa-siswi sedang sibuk untuk kepentingan perutnya, ke kantin.

Raina melangkahkan kakinya nya dengan tenang, tanpa ada suara lain selain derap langkah kakinya di sana. Tiba-tiba, sebuah tangan mengagetkannya dengan sentuhan di bahu gadis itu. Raina langsung membalikkan badannya dan menatap sekarang gadis yang sangat ia kenali itu.

"Hai," sapa gadis itu.

"Kak Bi?" ucap Raina. Tampak gadis itu menganggukkan kepalanya dengan seulas senyuman di bibir indahnya itu.

"Enggak ngantin?" Tanya Bintang.

"Ngantin? Jajan di kantin apa jadi pengantin nih?" Ucap Raina dengan diakhiri oleh kekehannya.

"Apaan sih? Garing amat," ucap Bintang ikut terkekeh.

"Iya, iya, tau deh. Enggak, kenapa?" Raina melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti. Bintang pun mensejajarkan langkah kakinya dengan Raina, menyusuri koridor.

"Nanya doang," jawab Bintang.

"Lo sendiri?" Raina menolehkan kepalanya ke arah Bintang. Bintang hanya membalas dengan menggelengkan kepalanya. Raina yang kehabisan topik pembicaraan antara mereka berdua hanya menganggukkan kepalanya.

Keheningan terjadi di antara mereka, hingga keduanya hendak membuka suara bersamaan.

"Eh--"

"Rai--"

Ucap mereka bersamaan. Mereka saling memandang dan diakhiri oleh kekehan setelah beberapa menit lamanya mereka saling melemparkan tatapan kaget.

"Lo dulu," ucap Raina.

"Oh?" Ucap Bintang sedikit canggung. "Hm, gue bukan mau ikut campur sih, ya. Tapi, dulu gue sempet heran, pas lo sering banget dateng di rumah sakit. Gue sempet mau nanya lo, tapi enggak tau kenapa, setiap gue mau nanya, elo nya udah keburu pergi dulu," ucap Bintang menjeda.

"Gue juga sempet liat Mama gue, masuk ke dalam ruang rawat yang dulu sering gue liat, elo keluar dari sana. Gue nanya sama Mama gue, 'yang sakit siapa', Mama gue bilang, itu Badai. Gue mikir, pantesan lo sering banget dateng ke sana. Tapi, akhir-akhir ini, kok lo jarang banget ya dateng ke sana?"

Raina menghela napasnya dalam ketika Bintang menyelesaikan kata-katanya itu. Sulit memang untuk Raina menjelaskan apa yang terjadi kepada orang lain. Rasanya ia tidak mampu untuk menceritakan hal tersebut pada siapa pun, termasuk, Pelangi dan Taufan.

Bintang yang menyadari akan perubahan raut wajah Raina itupun, dengan cepat mengganti topik pembicaraan mereka.

"Eh, Rai, lo enggak haus? Gue haus nih! Temenin gue ke kantin bentar, ya?" Raina menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Bintang.

***

"Serius?" Raina sedikit tersentak ketika suara Bintang yang sedikit keras itu mengalihkan pandangan setiap orang yang berada dan melintas di tempat itu.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now