27.Sesuatu yang menyakitkan

1.1K 109 39
                                    

Bukan jarak yang jauh yang membuat sakit, tetapi ketika kita berdekatan, namun harus dipisahkan oleh dinding penghalang.

-Love Is Badai

***

Pelangi melangkahkan kakinya dengan cepat yang disusul oleh Taufan di belakangnya. Ia segera membuka pintu salah satu ruang rawat di rumah sakit itu, ruang itu adalah ruangan di mana Badai kini tengah dirawat. Ia membukanya dan segera menutupnya lumayan keras tanpa memperdulikan Taufan yang ada di belakangnya.

"AAAA!" Teriak Taufan dari luar ruangan itu. Badai yang tadinya sedang menonton tv pun segera mengarahkan pandangannya ke arah pintu ruang rawatnya, begitu pun Pelangi. Pelangi membuka kembali pintu itu dengan cepat. Ketika Pelangi membuka pintu itu, Taufan segera menarik jarinya yang tadi terjepit di pintu itu.

"Stt, jangan berisik ih, Topan," ucap Pelangi kesal.

"Aaa, fiuh fiuh," desah Taufan sambil meniup-niup jemarinya yang tadi terjepit oleh pintu.

"Kenapa, Pan?" Ucap Pelangi dengan ekspresi seperti orang tanpa dosa.

Taufan melayangkan tatapan kesalnya, "tadi Pak Bagas ngajakin lo kencan!"

Pelangi melototkan matanya, tak percaya. "Ah, masa? Kok enggak bilang gue? Is, apaan sih! Masa gue mau sama Pak Bagas. Biarpun Pak Bagas masih muda, tapi gue enggak sejahat itu mau nikung istrinya. Lu boong, ya?" Ucap Pelangi.

"Emang," balas Taufan.

"Tuh kan. Ayo masuk! Ngapain sih di luar, kek enggak ada kerjaan aja. Jangan malu-malu, anggap aja rumah sakit sendiri," ucap Pelangi dan langsung melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam ruang rawat Badai.

"Is, jadi cewe enggak peka banget! Dia yang nyakitin, dia yang enggak tahu diri!" Gumam Taufan. Taufan pun ikut melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang rawat Badai dengan masih meniup-niup jemarinya yang agak bengkak itu.

Pelangi mendudukkan dirinya di samping ranjang Badai dan diikuti Taufan yang duduk di sofa. Badai menatap raut wajah Taufan yang tampak kesal dan kemudian menatap Pelangi.

"Lu apain si Topan?" Tanya Badai pada Pelangi. Pelangi yang heran akan pertanyaan Badai itu pun langsung menolehkan kepalanya ke arah Taufan sebentar, lalu kembali menoleh ke arah Badai.

Pelangi menggelengkan kepalanya, "enggak diapa-apain kok, Topan tuh yang aneh, lagi pms kali."

Badai yang mendengar jawaban dari Pelangi itu pun langsung melayangkan jitakan pelan di kepala Pelangi. Jitakan itu berhasil membuat Pelangi mendengus kesal.

"Dia lelaki sejati, Pel, masa pms," ucap Badai.

"Oh iya," ucap Pelangi sambil menyengir.

"Kalian tumben mau ke sini enggak bilang dulu? Biasanya bilang dulu, dan juga biasanya sama Raina. Raina mana? Lagi di luar ya? Atau lagi di jalan?" Tanya Badai yang membuat Pelangi tidak enak untuk harus mengatakan tujuan awal mereka datang ke tempat itu. "Pel? Napa diem lu?" Lanjut Badai.

"Ehm," deham Pelangi. "Ah, Dai, jadi--" Entah kenapa, Pelangi rasanya tidak tega kalau harus mengatakan apa yang Raina sampaikan tadi, ia bingung harus menyusun kata-kata agar Badai tidak kecewa, dan dapat membuat kondisinya menjadi drop kembali.

Pelangi melirikkan pandangannya ke arah Taufan yang sedang duduk di sofa sambil meniup-niup jemarinya. Taufan pun menyadari dengan lirikkan Pelangi itu, namun pria itu hanya menganggukkan kepala mengisyaratkan Pelangi untuk mengatakannya secepat mungkin.

Pelangi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan membuat Badai heran dengan tingkah gadis itu.

"Lo kenapa sih, Pel?" Akhirnya Badai membuka suara karena sudah tidak mengerti lagi dengan keanehan gadis itu.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now