33.Hasutan

1.1K 82 23
                                    

Suatu masalah akan menjadi beban yang menumpuk jika dipendam sendiri. Cobalah untuk berbagi dengan orang yang benar-benar mengerti dan tidak memaksa kita untuk segera membaginya. Dia akan menunggu hingga kita sendiri yang ingin membaginya pada saat yang tepat.

-Dari Bintang untuk Raina

***

Raina terkesiap ketika menyadari ada sebuah tangan yang dengan tiba-tiba menyentuh bahunya. Raina membalikkan tubuhnya dan mendapati Bintang di sana.

Bintang melangkahkan kakinya mengitari bangku yang Raina duduki itu dan ikut mendudukkan dirinya tepat di samping Raina.

"Cih, bodoh!" ucap Bintang tiba-tiba yang membuat Raina langsung menolehkan kepalanya dengan heran.

"Maksud lo?" ucap Raina bertanya.

Terlihat Bintang menghela napasnya berat sebelum membuka suara. "Kenapa putus?" ucapnya.

Raina menarik napasnya dalam. Raina tidak menyangka jika hal ini ternyata begitu cepat menyebar, padahal rasanya ia tidak pernah bercerita pada siapa pun. Ah, siapa lagi kalau bukan si mulut ember, Badai.

"Cepet banget ya beredar gosipnya," ucap Raina yang diakhiri kekehan darinya.

"Apa karena masalah kecelakaan mendiang nyokap lo?" Bintang seperti tidak memperdulikan ucapa Raina barusan, ia tetap fokus pada topik utamanya. Ia tahu jika gadis yang ada di sampingnya ini tengah berusaha mengalihkan pembicaraan.

Raina mengangguk lemah sebagai tanggapan dari ucapan Bintang itu tadi. Bintang lagi-lagi menghela napasnya.

"Udah dibilangin juga, jangan ambil keputusan gegabah kayak gini. Tenang aja, gue bakal bantu buat nyelesein ini masalah. Sekarang gue lagi mikirin gimana caranya buat ngeyakinin bokap lo," ucap Bintang dengan kesal.

"Tapi gue capek, Kak," ucap Raina dengan nada lelah.

Siapa coba yang tidak lelah jika ditumpukkan oleh masalah seberat ini. Untuk meyakinkan Papanya, Rian, itu tidak mudah. Rian itu adalah seseorang yang memiliki kepala entah terbuat dari apa hingga bisa sekeras itu. Ya, wajar saja jika Raina juga memiliki sifat keras kepala, mungkin itu berasal dari Papanya.

"Enggak ada yang mudah kalo lo belum nyoba. Lo belum berjuang aja udah nyerah," ucap Bintang.

"Gue? Gue belum berjuang? Gue udah mati-matian bikin Papa gue supaya percaya kalo Tante Cloe itu bukan penyebab kecelakaan Mama, tapi tetep aja kepala batunya itu enggak bisa dipecahin." Raina mendengus kesal ketika mengingat bagaimana selama ini ia sudah berusaha keras untuk meyakinkan Papanya.

"Udah, sekarang mending lo diem, jangan bertindak gegabah lagi. Masalah ini, biar gue yang pikirin. Gue tau lo itu udah terlalu capek hingga enggak bisa berpikir jauh," ucap Bintang kembali.

Raina hanya menganggukkan kepalanya lemah menanggapi ucapan Bintang itu tadi.

***

"Goblok, goblok, goblok!" ucap Pelangi sambil memukul-mukul kepala Taufan dengan sekuat tenaganya.

Taufan yang dipukul pun berusaha mengelak sejak tadi dan terus mengeluarkan ringisannya.

"MAMAK! AMPUN PEL, AMPUN! JANGAN KDRT GINI, DONG! KALO GUE BILANG LAGI CAPEK, YA TUNGGU AJA ENTAR MALEM KALO GUE LAGI ENGGAK CAPEK, PASTI GUE KASI KOK!"

Teriakkan Taufan itu membuat seluruh siswa-siswi langsung menatap aneh ke arah mereka berdua. Pelangi pun semakin dibuat kesal dengan teriakkan Taufan itu tadi.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now