35.Dipertemukan

1.4K 89 24
                                    

Ada kalanya kita harus menilai seseorang tidak dari tampilannya atau apa yang kita lihat. Tapi kenalilah dari dalam.

-Fajarandy Juniar

***

Cloe menatap Rian dan Raina dengan penuh bersalah. Ia merasa tidak layak untuk bergabung dalam satu meja bersama kedua orang itu.

"Ehem," deham Sunny yang berusaha membuat suasana di ruangan tersebut tidak terlalu canggung.

"Rian," panggil Sunny kepada Rian yang hanya dibalas dengan Rian yang manaikkan sebelah alisnya.

Enggan rasanya untuk Rian mengeluarkan suaranya saat ini. Bagaimana tidak? Tepat di seberang meja makan itu terdapat seseorang yang Rian anggap sebagai penghianat. Rian membuang pandangannya ke arah lain. Cloe pun hanya tertunduk karena suasana yang mencekam di ruangan tersebut.

"Aku rasa sudah cukup untuk semua ini. Semuanya harus tau. Semuanya harus mengetahui kebenaran ini, dan siapa yang layak untuk disalahkan dalam kegelapan di masa lalu itu," ucap Sunny yang kembali mendapat sorotan dari semua yang ada di sana, meskipun keadaan masih hening.

Bintang menggenggam tangan Mamanya itu dari bawah meja dan membawa tangan itu di pangkuannya. Sunny pun menatap sejenak anaknya itu lalu berusaha menerbitkan sebuah senyuman kacil, walau itulah yang membuat rasa takut Bintang semakin mendalam.

"Cloe, maafin aku," ucap Sunny yang membuat Cloe segera mendongakkan kepalanya menatap wanita itu.

"Maaf?" ucap Cloe dengan kebingungan.

Sunny memindahkan pandangannya yang tadi mengarah pada Cloe, sekarang mengarah pada Rian.

"Rian, Raina, maafin saya," ucap Sunny dengan tertunduk.

Rian lagi-lagi mengernyit keheranan dengan apa yang Sunny katakan. Sungguh menganehkan menurut mereka ketika mendengar Sunny mengucapkan kata maaf. Memangnya dia pernah berbuat kesalahan apa? Mungkin begitu yang mereka pikirkan.

"Aku tau ini udah keterlaluan. Aku tau aku sudah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab. Semuanya memang karena aku, Yan, Clo," ucap Sunny yang mulai terisak.

"Ini semua karena aku yang sempat emosi pada Dian. Aku sangat terpukul karena kepergian Ibuku saat itu. Saat itu aku masih bisa berpikir dengan jernih, aku selalu menganggap bahwa penyebab kematian Ibuku itu adalah Dian, wanita yang menangani operasi Ibuku itu. Aku memang bodoh sekali saat itu, padahal kematian Ibuku itu sama sekali bukan karena keasalahan Dian. Operasi itu berjalan lancar, dan Ibuku meninggal setelah dinyatakan operasi itu selesai. Tapi aku masih saja menganggap itu kesalahan Dian," ucap Sunny menjeda.

Semua tatapan terfokus padanya, bahkan kini Bintang yang ada di sampingnya mulai ikut terisak. Dan mungkin Raina anak menyusul selanjutnya. Rian mengepalkan tangannya di balik meja makan itu yang menutupinya.

"Cloe tidak salah, dia tidak tau apa-apa, bahkan dia juga hampir ikut menjadi korban. Untung dia dapat keluar dari mobil yang mereka kendarai itu. Aku sengaja membuat rem pada mobil itu tidak dapat berfungsi lagi, karena aku masih tidak terima akan kematian Ibuku. Dian yang terjebak di dalam mobil itu akhirnya jatuh dari tebing tersebut bersama dengan mobil itu. Tapi aku sangat menyesal setelah melakukan hal tersebut. Jenazah Dian tidak hilang, aku menguburkankan di dekat tebing itu."

Raina langsung membulatkan kedua bola matanya. Ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Sunny itu. Isak tangis Raina pun mulai pecah, dan Badai yang sedari tadi menatap dirinya hanya diam dan rasanya ia ingin sekali membawa gadis itu ke dalam dekapannya, namun ia sadar akan status mereka saat ini yang sudah tidak memiliki hubungan lagi.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now