25.Apa ini akhir?

1.3K 103 30
                                    

Apa ini akhir? Akhir yang selalu tidak ku harapkan untuk hadir. Aku harap jangan.

-dari Raina untuk Badai

***

Raina menatap kosong ke depan dengan pikiran yang memenuhi otaknya. Sejak semalam sepulang dari rumah sakit, ia tidak bisa mencerna setiap kata yang dilontarkan Papanya kepadanya. Entah ia yang memang tidak mengerti dengan keadaan ini, atau permintaan Papanya itu yang menurutnya sulit untuk dilakukan olehnya.

"Papa mohon, kamu jauhin Badai," ucap Rian.

Raina yang tidak mengerti dengan apa yang dilontarkan Papanya itu malah terkekeh, ia pikir itu hanya sebuah candaan. Raina tau, Papanya itu memang suka bercanda walau ia bercanda sambil memasang ekspresi serius.

"Enggak lucu ih, garing banget Papa becanda nya," ucap Raina di akhir kekehannya.

Rian menatap lekat anaknya itu, sedikit rasa bersalah yang ia rasakan dengan keputusannya itu, namun ia harus mengucapkannya. Entah mengapa rasa kesal dan marah kembali menguap, membuatnya saat ini terasa sangat stres.

"Papa enggak lagi becanda," ucapnya datar.

Raina langsung menghentikan kekehannya dan menatap lekat kedua bola mata Papanya itu, mencari kebohongan di sana, namun hasilnya nihil.

"Maksud Papa apa?" tanya Raina.

"Papa mau, kamu jauhin Badai mulai saat ini," ucap Rian menegaskan.

Raina menggelengkan kepalanya, tak mengerti. "Papa kenapa sih? Kok aneh gini? Kenapa Raina harus jauhin Badai?"

"Papa enggak aneh kaya gini kalo Papa enggak tau siapa Badai," ucap Rian.

"Papa tau apa soal Badai," ucap Raina kesal.

"Kamu yang tau apa soal Badai," balas Rian dengan nada suara sedikit meninggi.

"Aku tau siapa Badai, aku lebih kenal dia dari pada Papa," balas Raina yang ikut menaikkan nada bicaranya.

"Kamu enggak tau Badai, kamu enggak tau apa-apa tentang dia!"

"Aku tau, Papa yang sok tau!"

Rian menarik napas dalam, tak tahu harus bagaimana lagi bicara dengan anaknya itu.

"Raina," ucap Rian lembut.

Raina tidak mau menolehkan kepalanya ke arah Rian yang menyebut namanya, ia masih merasa kesal karena perkataan Papanya tadi.

"Kamu enggak tau siapa Badai, kamu enggak tau siapa Mamanya Badai. Mama Badai itu yang udah ngebuat kamu jadi anak nakal dulu," lanjut Rian menjelaskan.

Raina akhirnya menolehkan kepalanya, menghadap Rian. Ia menaikkan sebelah alisnya. Ia masih tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Papanya itu kepadanya.

"Kenapa Papa ngomong gitu? Raina enggak kenal Mama nya Badai saat itu, kenapa Papa bilang dia penyebabnya? Raina dulu kaya gitu, karena Mama," ucap Raina.

Rian hanya diam, tidak ingin memberi penjelasan lebih lanjut. Menurutnya, akan lebih baik jika Raina mengetahuinya dengan sendirinya.

Raina melangkahkan kakinya untuk masuk ke kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, dna menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih.

"Maksud Papa apa? Gue makin enggak ngerti," gumam Raina.

Ia mengambil foto Mamanya yang terpajang di nakas. Ia menatap lama foto itu dengan jemarinya yang menyentuh lembut permukaan kaca dari bingkai foto itu.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now