20.Kabar buruk

1.3K 144 32
                                    

Hal terbodoh yang pernah aku lakukan adalah ketika emosiku mengalahkan akalku.

-Raina

***

Raina menatap cemas ke arah jalanan di ujung sana. Sudah sekitar lima belas menit setelah motor yang Badai dan Randy kendarai meninggalkan area di mana mereka saat ini sedang berkumpul menunggu dua pria itu kembali, namun sampai saat ini belum juga terlihat. Menurut perkiraannya, jika sedang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, seharusnya mereka sudah dekat, sekitar lima ratus meter lagi untuk sampai di sana. Raina memang hafal jalanan itu, karena memang jalanan itulah yang biasa digunakan anak-anak sekitar yang suka berkumpul untuk balapan.

Pikirinnya sejak tadi tidak bisa tenang, hal-hal buruk selalu menghantui pikirannya itu. Terkadang Raina benci dengan ingatan-ingatan itu, ingatan tentang hal-hal buruk yang pernah menimpanya hingga membuat trauma yang cukup berat. Raina menolehkan kepalanya ke segala arah untuk mengetahui apakah dua pria itu sudah akan kembali.

"Itu Badai bukan sih?" Ucap seorang gadis yang berdiri tak jauh dari Raina.

Ketika mendengar ucapanya gadis itu, Raina langsung menolehkan kepalanya ke arah di mana gadis itu menatap. Benar saja, itu adalah Badai yang sedang mengendarai motor ninja hitamnya dengan kecepatan tinggi. Walaupun jarak mereka terlampau jauh, tetap saja Raina masih dapat mengenali pria tersebut. Jarak antara mereka memang masih sangat jauh, sekitar lima ratus meter lagi, namun senyuman itu dapat mengembang kembali di bibir indah Raina.

Rasa cemas dan keraguan yang tadi sempat ia rasakan, kini berubah menjadi sebuah senyuman lega.

Tak jauh dari posisi Badai, terlihat di belakangan nya ada Randy yang mengikuti dengan kecepatan tak kalah tinggi. Lelaki itu berada kira-kira seratus meter di belakang Badai.

Raina sempat menghela napasnya perlahan dan menolehkan kepalanya ke arah kiri sebentar, namun pandangannya semakin ia pertajam ketika melihat dari arah kiri jalanan yang akan Badai lalui nanti di perempatan terdapat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Raina sempat berpikir, mengapa mobil itu melalui jalanan tersebut? Bukankah jalanan itu jarang sekali dilalui oleh kendaraan beroda empat? Lagi pula jalanan sebelah kanan sedang ditutup karena ada perbaikan jalan, sedangkan yang Raina lihat, mobil itu mengarah ke arah sebelah kanan yang artinya mobil itu melaju dengan lurus dan seperti tidak akan berhenti walaupun di sana ada jalanan lain, yaitu jalanan yang dilalui Badai dan Randy.

Kecemasan kini mulai menghantui pikiran Raina kembali. Ia berpikir keras bagaimana agar Badai tidak melalui perempatan itu dalam waktu yang sama dengan waktu yang mobil itu tempuh, atau paling tidak Badai dapat menghentikan kendaraannya sebentar.

Raina segera merogoh sakunya dan segera mengambil ponselnya. Ia berniat untuk menelepon Badai agar lelaki itu menghentikan laju kendaraannya dan mengangkat teleponnya. Raina tidak ingin kejadian di masa lalunya itu kembali terulang pada orang yang dia sayang.

Sudah dua kali Raina melakukan panggilan, namun Badai masih tak berniat untuk menerima panggilan tersebut, itulah yang membuat Raina semakin gusar. Raina menoleh lagi ke arah mobil tadi melaju, masih sama, mobil itu malah semakin menambah kecepatannya.

"Ayolah Badai, jangan bego gini, angkat telpon gue," gumam Raina panik.

Mobil itu semakin melaju dan mulai memasuki area perempatan, begitupun Badai yang juga mulai memasuki area perempatan dengan pandangannya yang fokus ke depan tanpa melihat ke arah kiri dan kanan.

Semua orang yang ada di sana pun mulai menyadari hal tersebut, seketika mereka semua menjadi cemas dan tegang. Mereka berusaha memberi kode kepada Badai yang berada di seberang perempatan itu agar segera menghentikan motornya, namun lelaki tersebut masih memfokuskan dirinya di jalanan yang lurus ke depan dan ingin segera sampai ke garis finish secepatnya.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now