22.Terima kasih

1.2K 138 27
                                    

Menjagamu bukanlah keahlianku. Tapi, menjagamu adalah suatu kewajibanku.

-Love Is Badai

***

Pelangi dan Taufan menghampiri Raina yang tengah duduk di depan sebuah ruangan di mana kini Badai sedang diperiksa.

"Gimana?" Tanya Pelangi.

Raina menggelengkan kepalanya lemah dengan sebuah senyuman kecil ia tampakkan di bibirnya.

"Udah kasi tau keluarganya?" Tanya Taufan. Dengan pertanyaan Taufan itu, sontak membuat Raina segera menegakkan duduknya dan secepat mungkin mencari ponsel untuk menghubungi keluarga Badai. Namun, saat tengah mencari sesuatu di ponselnya itu, jarinya terhenti dan membuat Taufan dan Pelangi menaikkan sebelah alisnya, bingung.

"Kenapa?" Tanya Taufan kembali.

"Gue enggak tau kontak keluarganya Badai," jawabnya pelan.

"Aish, gue juga enggak tau. Apa harus kita ke rumahnya dulu?" Usul Taufan.

"Kalo memang hanya itu caranya, kenapa enggak?" Ucap Pelangi. Pelangi dan Taufan hendak melangkahkan kakinya untuk pergi ke rumah Badai, menjemput sekaligus memberi tahu keluarga Badai, namun langkah mereka terhenti ketika Raina kembali membuka suara.

"Gue ingat sesuatu. Bulan sepupunya Badai, dan mereka deket banget. Pel, lo punya line nya Bulan, kan?" Pelangi menganggukkan kepalanya, dan segera merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya, lalu segera menyodorkan ponsel itu ke arah Raina.

Raina segera mengirimkan pesan lewat line kepada Bulan dan untung saja, Bulan segera membalasnya dan memberi tahu orangtua Badai.

***

"Badai? Di mana dia sekarang?" Ucap Cloe panik dengan ponselnya yang masih ia tempelkan di dekat telinga.

"Tante baru aja dari sana, tapi kok Tante enggak liat?" Lanjut Cloe menganggapi sambungan telepon dari keponakannya itu, Bulan.

"Oh, yaudah, Tante balik ke sana, nanti kamu nyusul sama Bang Guntur dan Om, ya?" Setelah lawan sambungan teleponnya itu menyetujui apa yang ia katakan, sambungan telepon itu pun ia putuskan dan segera menyuruh sopir taxi yang ia tumpangi memutar arah, kembali ke tempat yang tadi sebelum ia menaiki taxi itu.

Cloe memijat pelan pelipisnya. Kepalanya sedikit pusing saat ini, entah mengapa ia seperti terbebani saat mendengar berita buruk yang baru saja ia terima.

Ia mengingat ketika di mana ambulance datang dan membawa beberapa pasien. Dua pasien yang ia lihat dan ia ketahui korban kecelakaan malam ini, tapi tidak ada Badai yang ia lihat. Ia mengingat-ingat kembali pasien-pasien yang berpaspasan dengannya, namun hasilnya nihil, ia tidak melihat gelagat orang seperti anaknya itu.

Entah mengapa ia tiba-tiba memikirkan pasien yang ditangani oleh Sunny, pasien kecelakaan yang katanya sedikit parah dari dua pasien lain.

"Apa mungkin?" Gumamnya ragu. Ia segera menepis pikiran buruk yang menyatakan anaknya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja.

***

Sunny keluar dari ruangan itu setelah memeriksa keadaan pasien nya dan memberi beberapa jahitan di bagian tubuhnya. Raina segera beranjak dari posisi duduknya, menghampiri Sunny.

"Gimana, dok?" Tanya Raina. Sunny menanggapinya dengan senyuman kecil di bibirnya agar wali pasien tidak terlalu cemas.

"Tidak ada yang terlalu serius, hanya saja tadi saat kecelakaan, dia mengeluarkan banyak darah, jadi dia memerlukan beberapa kantong darah saja. Jangan khawatir," Ucap Sunny.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now