Bab 9

21.9K 731 19
                                    

        Varis melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kali ini ia benar benar khawatir dan menyelas atas apa yang terjadi. Tidak peduli lampu merah varis tetap melajukan mobilnya. Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya varis sampai di rumah sakit di mana tempat gracia di rawat.

Varis menanyakan kepada perawat yang ada di meja resepsionis, dan perawat itu menjawab kalau gracia sedang di rawat di ruang UGD sejak 30 menit lalu.
Varis pun lari ke arah ruangan UGD tersebut.

Setelah 15 menit menunggu seorang dokter keluar dan di susul perawat lain yang sedang mendorong ranjang yang diatasnya ada gracia yang sedang tidak sadarkan diri. Para perawat itu dengan cepat membawa gracia ke ruang operasi.

"Dok bagaimana keadaan gracia dok ? Saya calon suaminya" kata varis dengan nada panik.
"Kita harus segera mengoprasinya, karena terdapat beberapa pecahan kaca di dalam perutnya dan beberapa pendarahan di otak" kata dokter tersebut dan kemudian lari ke arah ruangan operasi meninggalkan varis yang terkejut sendirian. Bagi dokter tersebut keselamatan pasien lebih penting dari pada varis.

Varis terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh dokter tersebut.
Varis pun bergegas menuju ruang operasi. Varis menunggu di depan ruang operasi. Lampu di atas pintu sudah menyala berwarna merah yang menandakan operasi telah di mulai.

Varis benar benar khawatir kali ini ia hanya bias amondar mandir di depan pintu operasi, setelah lama varis mondar mandir dari arah lain datang ayah gracia yang masih mengenakan jas dokternya dengan stestoskop di lehernya.

"Ver... Gracia.... Gracia... Apa dia akan selamat ? Aku tidak mau kehilangan dia... Aku mencintainya. Gracia" kata varis yang menangis di hadapan vero ayah gracia. Siapa sangka seorang varis yang terkenal dingin dan sifat playboynya kini tengah menangis tersendu sendu.

"Tenang varis, tenang, aku juga tidak mau kehilangan putriku, meskipun ia bukan putri kandung ku, namun aku juga menyayanginya seperti putriku sendiri, aku yakin gracia kuat, bahkan dia lebih kuat dari aku, aku yakin itu" kata vero sambil memeluk varis dan menepuk punggung varis.

Sebenarnya vero juga benar benar sangat khawatir sama seperti varis bahkan lebih khawatir dari varis, namun ia bisa menyembunyikan nya.

"Duduk lah dan berdoa lah pada tuhan agar gracia bisa selamat" kata vero yang kemudian di ikuti anggukan oleh varis.
Varis kini duduk di kursi panjang ia duduk di sebelah vero, mereka kini hanya bisa berdoa karena tidak ada hal yang lebih penting di bandingkan dengan mendoakan keselamatan gracia.

Setelah  dua setengah jam menunggu lampu yang semula merah kini telah menjadi hijau yang menandakan operasi telah selesai.
Beberapa menit kemudian seorang dokter keluar dan kemudian varis dan vero berlari ke arah dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan anak saya dok ?" kata vero cemas namun tetap tenang.
"Operasinya berjalan lancar, pasien akan di pindahkan ke ruang lain, namun kini dia sedang mengalami masa kritis jadi bisakah kalian untuk tidak mengganggunya sampai 2 atau 3 jam kedepan karena ada hal yang akan di tangani oleh para medis" jelas dokter tersebut. Yang kemudian di jawab anggukan oleh vero.

Para perawat keluar dan membawa gracia keluar dari ruang operasi ke ruang lainnya.
Varis pun mengikuti kemana mereka membawa gracia namun tangan varis kemudian di tarik oleh vero.

"Kita tidak bisa menemui gracia hingga 2 atau 3 jam kedepan karena masih ada pemeriksaan selanjutnya, sebaiknya kau pulang saja aku bisa menjaganyaa di sini lagi pula ini sudah malam dan bukankah kau harus ke kantor ?" kata varis.
"Tidak aku tidak akan meninggalkan grace sendirian di sini, urusan kantor sudah aku serahkan ke rey orang kepercayaanku" kata varis yang kemudian berjalan ke arah ruangan yang di tempati oleh gracia yang kemudian di ikuti vero.

The Jerk CEO (Selesai)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon