Some loved (2)

5.8K 136 57
                                    

"Tommy, Teddy... ." Vizzy terengah-engah mengikuti lari keduanya yang sangat cepat.

"Kenapa kamu ikut kesini?"

"Kalian salah, dia tidak mengambil dompetnya." Vizzy menyerahkan dompet pada Tommy.

"Bagaimana ada padamu?"

"Dompetmu terjatuh ke bawah meja." Vizzy mengatur nafasnya.

"Sorry."

"Nggak apa-apa, tapi bisa loe lepasin gue sekarang?"

"Oh iya sorry... ."  Teddy melepaskan kunciannya di tubuh pemuda itu dan segera mengulurkan tangannya untuk membangunkan pemuda tersebut.

"Tapi kenapa loe terus lari, kalau loe nggak salah harusnya loe berhenti dan minta maaf."

"Sorry, gue lagi ngejar jam keberangkatan pacar gue yang baru aja pergi beberapa saat yang lalu."

"Kami... ."

"Bukan salah kalian, tenang aja. Gue emang telat bangun. Kalian cuman pelengkap keterlambatan gue." Pemuda itu tampak tenang, walaupun katanya dia telah ditinggal pergi pacarnya.

"Kami minta maaf ya, kamu jadi terlambat mencegah pacarmu pergi." Vizzy terlihat sangat menyesal.

"Nggak apa, nyantei aja... Lagian gue bisa dapet gantinya kalau ada yang bersedia." Pemuda berambut cepak itu melihat Vizzy seraya tersenyum.

"Apa?! Tidak boleh! Dasar playboy." Tommy langsung protes.

"Gue cuman bercanda tapi... Pacar loe cantik juga."

"Pacar, apa maksud kamu?" Vizzy terlihat malu-malu tapi mau.

"Sembarangan!"  Tommy tak kalah, wajahnya pun tampak merah karena malu.

"Haha.. Haha.. Kalian lucu sekali, kalau udah nggak ada masalah lagi, boleh kan gue pergi sekarang?"

"Pergi sana!" Tommy kesal dan menyuruh pemuda itu segera pergi.

"Tunggu! Siapa nama loe?" Teddy menahan langkah pemuda itu.

"Gue Jimmy."

"Gue Teddy, ini Tommy dan itu Vizzy." Teddy menyalami jimmy, diikuti Tommy dan kemudian Vizzy.

"Jimmy, sebagai permintaan maaf kita, gimana kalau Tommy teraktir loe makan." Teddy menepuk pundak Tommy pelan.

"Kok gue?!" Tommy menunjuk hidungnya sendiri.

"Tommy... ." Nada suara Vizzy yang sedikit ditekan seakan mengancam Tommy untuk meng-iyakan tawaran Teddy.

"Iya.. Iya.. Baiklah."

"Makasih, tapi lain kali saja."

"Benar, lain kali pasti kita bisa bertemu lagi." Tommy meyakinkan.

"Itu artinya loe nggak memaafkan kita... ." Teddy menarik leher Tommy dan mendekapnya.

"Euhm.. Baiklah."

"Heuh.. Dasar."

"Apa kamu bilang Tom?"

"Tidak ada Zy, tidak ada... Ayo kalian mau makan dimana?" Tommy salah tingkah.

⭐⭐⭐

Restorant yang mahal memang cukup sepi pengunjung, karena tarifnya bisa bikin kantong jebol. Begitu juga dengan Tommy, dia sedikit gelisah. Meskipun dia anak seorang pengusaha tapi untuk kebutuhan hidupnya dia mencari uang sendiri, sudah lama mandiri dan tak ingin bergantung pada ayahnya.

"Bagaimana dengan pacarmu Jim?"

"Pacar gue Zy? Eh sorry pake gue loe... Gue agak kurang terbiasa pake aku kamu... ." Jimmy mengusap kepalanya risih.

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang