impossible

844 41 11
                                    

"Aku benci ayah, aku benci kamu dan aku benci diriku sendiri. Karena aku menyukaimu."

Suara keras Tommy meruntuhkan hati Rose seketika. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ternyata sikap kasar Tommy adalah cerminan rasa suka padanya.

"Apa itu artinya kamu mencintai aku Tom?"

"Kamu tidak pernah sedikitpun menempatkan aku di hatimu."

"Kamu mengambil keputusan sendiri Tom."

"Tapi benar kan?" Tommy merendahkan suaranya.

"Kenapa kamu tidak pernah menanyakannya lebih dulu padaku?"

"Untuk apa? Untuk berharap kamu membalas rasaku?"

"Benar." Rose memgangguk yakin.

"Apa bedanya? Kamu tetap menjadi istri ayahku."

"Tapi.. " Rose menyentuh pipi Tommy yang menunduk sedih.

"Tante Lina, Tommy? Kenapa kalian berdiri di tangga seperti itu?"

Soni yang datang dibuat heran melihat keduanya berdebat di tangga dengan pemandangan yang sedikit tak biasa.

Rose segera melepaskan tangannya dari pipi Tommy dan salah tingkah.

"Eh Soni, sudah datang. Cepat sekali pulangnya."

"Iya, acaranya di tunda minggu depan Tante. Tom, aku perlu bicara denganmu."

"Iya kak." Tommy menghampiri Soni dan meninggalkan Rose yang masih tak percaya apa yang baru didengarnya.
 
                             ***

"Ngapain loe masuk mobil gue?"

Riani protes ketika Temmy langsung nyelonong naik mobilnya.

"Pulang."

"Loe kan punya motor. Sana pulang sendiri! "

"Tadi pakai mobilnya Rian."

"Ya loe tungguin dia dong. Masa perginya sama dia tapi pulangnya sama gue."

"Orangnya nggak nongol-nongol, please ya.. Please."

"Terus mereka gimana?"

"Tinggalin aja. Buruan, gue harus kerja nih."

"Emang loe kira gue supir loe apa?"

Riani menyalakan juga mesin mobilnya.

"Kalau loe mau, boleh juga tuh."

"Enak aja, nggak gratis tau."

"Tenang, ntar gue kasih imbalannya. Sekarang antar gue dulu ya."

"Kemana? Ke tempat kerja loe waktu itu ya?"

"Sebenarnya sih pulang ke rumah dulu, tapi kalau mau langsung ke tempat kerja juga makasih."

"Maunya."

Riani melajukan mobilnya menuju rumah Temmy. Dan Imel benar, suatu hari Temmy sendiri yang akan mengajak Riani ke rumahnya.

                        ***

"Jika sejak awal aku tahu, aku hanya bagian dari rasa kasihanmu, aku akan memilih untuk tidak mengenalmu. Dan aku akan menolak perjodohan itu."

Dedi tak bersedia menatap Ferin, walaupun istrinya itu berada di hadapannya.

"Kenapa kamu berfikir seperti itu?"

"Apa aku salah? Aku memang bodoh, tidak menyadari keanehan kalian. Kenapa kalian tidak berterus terang padaku, kenapa aku harus tahu dari orang lain?"

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang