choosing

846 41 27
                                    

Mendengar nama Rose disebut Riani, Tommy segera berbalik badan, dan betapa terkejutnya Tommy ketika dilihatnya berdiri ibu tirinya yang tak lain adalah Rose, si penasehat yang telah cukup lama menjadi teman terdekatnya.

Baik Tommy dan Rose hanya saling berpandangan, diam dan tak menyangka bahwa setatus mereka kini adalah ibu dan anak tiri.

Tommy tidak menduga bahwa tante Lina yang cukup sering disebut keluarganya adalah Rose, Roselina.

Begitu juga dengan Rose, dia sedikitpun tidak berpikir bahwa Tommy yang akan menjadi anak tirinya adalah Tommy yang selama ini dekat dengannya.

Keduanya sama sekali tak bergerak hingga membuat Ayah, Soni dan Riani menjadi heran.

"Apa kalian sudah saling kenal?"

"Tidak, aku tidak kenal. Dan aku juga tidak perlu mengenalnya."

Tommy berkata ketus dan melemparkan pecahan gelas yang sempat dipungutnya ke atas meja. Dia langsung pergi meninggalkan mereka yang terkejut dengan sikap kasar Tommy. Termasuk juga Rose yang tak percaya Tommy sebagai anak tirinya dan lebih tak percaya lagi dengan ucapan Tommy yang kasar dan terkesan tak mengakuinya.

                               ⭐⭐⭐

Ruang makan tidak terisi Tommy, dia enggan duduk semeja dengan Rose yang telah menjadi ibu tirinya.

Rose tampak kurang nyaman, dia benar-benar tidak sedikitpun berpikir bahwa Tommy akan menjadi anak tirinya, meskipun beberapa kali nama Tommy disebut, tapi Rose hanya beroikir bahwa nama Tommy banyak, dan tak mungkin orang yang sama.

Ternyata Rose keliru, dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus bersikap, apalagi setelah melihat reaksi Tommy padanya. Sangat berbeda, berubah drastis. Seakan Tommy yang selama ini bersamanya telah hilang, yang ada hanyalah Tommy yang asing baginya, Tommy yang membenci ibu tirinya, seperti kebanyakkan anak tiri lainnya di dunia ini.

"Tommy tidak ikut sarapan Son?"

"Aku sudah mengajaknya Yah, tapi dia bilang tidak lapar."

"Anak satu itu memang begitu, tapi nanti juga baik lagi."

"Iya tante, kak Tommy orangnya baik kok."

"Iya Ri."

Rose tersenyum kecut. Dia tahu Tommy teman dekatnya adalah orang yang baik, tapi dia sama sekali tidak yakin dengan Tommy anak tirinya. Tommy seperti dua orang yang berbeda.

"Tom, mau kemana kamu?" Ayah sempat membuat Tommy berhenti sejenak, tapi Tommy hanya melirik sinis dan kemudian meneruskan langkahnya meninggalkan rumah dengan membawa kekesalan.

"Dia pasti marah besar padaku." Rose terlihat sangat kecewa, dia bahkan tak menyentuh lagi sarapannya.

"Sudahlah Na, biarkan saja, mungkin dia tidak semudah itu menerimamu, karena kalian kan memang belum sempat bertemu sebelumnya. Tapi sikapnya itu akan segera berubah, tenanglah."

"Tante sabar ya, kak Soni yang dingin aja, bisa jadi hangat. Apalagi kak Tommy yang sudah hangat, bisa jadi panas nanti."

Riani malah semangat melahap sarapannya, dia senang karena ada teman saat di rumah. Dia tidak akan kesepian lagi, karena Rose seumuran dengan kakaknya Soni, jadi Riani merasa Rose seperti temannya, atau kakaknya dan bukan ibu tirinya.

"Kenapa membandingkannya denganku?" Soni protes.

"Memangnya aku harus membandingkannya dengan siapa? Tukang sate yang biasa lewat gitu?"

Riani semakin membuat gemas Soni, dan suasana cukup ceria pagi itu. Tapi tidak bagi Rose, kepergian Tommy yang mengabaikan dia dan keluarganya membuatnya semakin tidak nyaman.

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang