when

1K 42 5
                                    

Soni berjalan tenang menuju tempatnya memarkirkan mobil. Tapi seseorang mencegatnya, Adi telah bediri di depannya dan menghalangi jalannya.

Tanpa Soni duga sebelumnya, Adi langsung menghantamkan tinjunya di perut Soni hingga dia terdorong mundur beberapa langkah ke belakang.

"Maaf, kenapa kamu memukulku?" Soni memegang perutnya yang sakit karena tinju Adi.

"Itu untuk perlakuan buruk loe!" Adi segera menghampiri Soni dan menarik kerah bajunya. Dan Soni bingung dengan situasi saat itu.

"Perlakuan burukku?"

"Jangan mentang-mentang loe punya jabatan tinggi, loe bisa seenaknya. Kalau loe nggak suka Alin, nggak perlu loe sakitin dia terus."

"Aku tidak mengerti... ."

"Jangan berlagak bego, loe terus bikin dia sedih sampai nangis. Kalau loe benci dia, pecat aja! Beres kan!"

Adi mengepal kerah baju Soni dan menariknya. Alin datang dan mencegah Adi bertindak lebih jauh.

"Lepasin Di!"

"Bilang kalau kamu keluar Lin!"

"Adi.. Lepaskan pak Soni!" Alin menarik tangan Adi hingga genggamannya terlepas dari kerah Soni. Tapi dengan cepat tangan Adi berpindah memegang tangan Alin.

"Kita pulang!" Adi menarik Alin tapi Alin berontak dan melepaskan pegangan Adi.

"Maaf pak, sungguh saya minta maaf."

"Kenapa kamu minta maaf padanya? Jangan rendahkan diri kamu seperti itu!"

Adi langsung menarik tangan Alin dan kali itu Alin tak bisa lagi menolak, tarikkan Adi lebih kuat darinya.

"Aku takut menyukaimu!" Soni setengah berteriak menghengikan langkah Alin dan Adi seketika.

"Pak... ."

"Aku takut, tumbuh rasa suka padamu." Soni memperlihatkan raut wajah serius dan Alin di buat tak percaya.

"Jangan asal ngomong loe, loe bikin nangis dia dan sekarang loe... ."

"Aku juga takut, kalau aku akan jatuh Cinta padamu."

Alin dan Adi tak bersuara lagi, tak percaya dengan apa yang mereka dengar saat itu.

                             ***

Adi hanya bisa terdiam di depan motornya. Yang dia parkirkan di pinggir jalan tak jauh dari rumah kontrakan Alin.
Malam yang semakin larut membuat suasana semakin sepi, sesepi hati Adi saat itu.

Adi terdiam lama menunggu Alin datang, hingga yang ditunggunya pulang di antarkan Soni. Setelah Soni berpamitan, barulah Adi berani menghampiri sahabatnya itu yang hendak membuka pintu.

"Sepertinya mulai sekarang aku tidak perlu mengantar jemputmu lagi."

"Adi.. Sudah lama berada disitu?" Alin segera berpaling pada suara Adi yang berada tak jauh di belakangnya.

"Menurutmu?"

"Maaf, tadi Soni mengajakku."

"Aku tahu, aku juga kan ada bersamamu saat dia mengajakmu."

"Di, aku tau kamu khawatir, tapi aku baik-baik aja."

"Aku tidak meragukan itu."

"Kamu tidak senang Di?"

"Apa kalian sudah jadian?" Adi semakin mendekati Alin yang masih berdiri di depan pintu.

"Belum."

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now