together

6.2K 74 20
                                    

"Kalian disini?"

"Iya Rose, ini anakmu?"

"Bukan Zy, dia keponakkanku. Anak dari adikku."

"Ohh.. Lucunya."

"Kalian mengantar anak kalian?"

"Bukan anak kami, tapi anakku."

"Anakmu Zy? Kukira kalian..."

Rose tampak bingung karena dia mengira Tommy dan Vizzy telah hidup bahagia bersama.

"Maaf aku terlambat, jalanan macet. Ini... Eh, bukannya kamu Rose? Benar kan Rose?" Teddy yang baru datang sempat ragu jika wanita itu adalah Rose.

"Benar, kamu masih ingat aku Teddy?"

"Kamu juga ingat denganku." Teddy tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya yang diterima dengan baik oleh Rose.

"Bawa apa itu?"

"Sepeda, Kiki minta di belikan sepeda, biasa anak kecil."

"Kiki?"

"Anakku."

"Oh, mana ibunya?"

"Kamu sedang berhadapan dengannya Rose." Tommy menunjuk Vizzy yang tersenyum manis.

"Vizzy, jadi kamu dan Teddy?"

Rose tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Dia menduga Tommy kembali pada Vizzy setelah kepergiannya enam tahun yang lalu.

"Begitulah, dulu aku masih memilikinya sendiri, sekarang aku harus rela berbagi."

"Dengan anak sendiri perhitungan." Vizzy menepuk sikut Teddy dan keduanya tertawa ringan.

"Memang iya kan?" Teddy manja.

"Eh iya, Kiki pasti lagi nungguin sepedanya bareng Desi. Kita kesana dulu?"

"Benar juga, kasihan Desi disuruh ngikutin tuh anak. Rose.. Tom.. Kita tinggal dulu ya?"

"Silahkan Ted." Rose berusaha tenang meski Teddy dan Vizzy meninggalkannya bersama Tommy.

***

"Teddy lebih pantas bersamanya. Lagipula aku sadar, rasa sayangku padanya tidak lebih besar dari rasa Cintanya Teddy."

"Maksudmu, kamu tidak mencintai Vizzy?"

"Aku lama mengenalnya, aku kira aku mencintai dia. Ternyata itu hanya rasa sayang yang tumbuh karena kedekatan kami. Dulu aku sering terburu-buru mengambil keputusan. Maka dari itu aku sering kali goyah dan mudah berpaling."

"Aneh ya... "

"Seharusnya aku yang mengatakan itu. Ohya, bagaimana denganmu?"

"Aku baik. Kamu sendiri?"

"Lumayan."

"Aku dengar ayah dan ibumu bersama lagi?"

"Iya, dua tahun yang lalu."

"Baguslah."

"Sebenarnya... Ayah tau hubungan kita."

"Maksudmu?!" Rose terkejut mendengarkan ucapan Tommy, dia menatap Tommy berusaha meyakinkan kebenarannya.

"Kata ayah, sebelum menikah dengannya... Kamu masih mencintai seseorang. Dan ayah tidak menyangka jika orang itu adalah anaknya."

"Siapa bilang kamu?"

"Jadi bukan aku?"

"Memangnya kamu mau?"

"Baguslah, kalau begitu aku tenang. Siapapun orang itu, dia masih punya kesempatan membahagiakanmu."

AMBIVALEN [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz