because

819 41 16
                                    

"Itu tidak penting."

"Kalau kamu tidak jujur padaku, apa harus aku jujur padamu?"

Soni membuat Adi menunduk seketika, dia bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Soni.

"Terima kasih makanannya."

Adi memilih menghindar dan meninggalkan Soni di ruangannya.

                          ⭐⭐⭐

"Hei kancing." Temmy menepuk pelan pundak Riani yang hendak memasuki mobilnya.

"Dey?"

"Boleh numpang mobil loe?"

"Motor kamu?"

"Di bengkel, boleh nggak?"

"Kamu bisa nyetir?"

"Boro-boro nyetir, megang setirnya aja belum pernah."

"Kalau gitu, ayo naik." Riani langsung memasuki mobilnya diikuti Temmy.

"Kenapa nanya aku bisa nyetir atau nggak?"

"Nanya boleh kan?"

"Boleh sih, tapi kamu takut ya kalau aku mencelakai kamu?"

"Kenapa mikir kayak gitu?" Riani melajukan mobilnya meninggalkan lingkungan sekolah.

"Syukur deh kalau nggak. Ohya.. Pakai aku kamu, asik juga." Temmy tersenyum lucu.

"Hah?!"

"Loe gue itu cuman kamu tunjukkan ke aku ya?"

"Ya enggaklah.. Gue emang biasa kok."

"Yaahh.. Pake gue loe lagi."

"Udah ahh.. Yang tadi itu kelupaan." Riani tersipu malu dan berusaha menutupinya di depan Temmy.

"Terserah sih, klo maunya loe gue ya.. Loe mau kan antar gue ke suatu tempat?"

"Kemana?"

                               ⭐⭐⭐

Soni mendekati Adi, Alin dan beberapa karyawan lainnya yang sedang berdiskusi. Soni tidak lagi menjaga jarak pada karyawannya. Dia bisa lebih membuka diri pada rekan-rekan kerjanya, terutama Alin dan Adi.

"Pak."

Alin dan Adi bersikap wajar di kantor.

"Adi, kamu antar saya!"

"Sekarang pak?"

"Tentu saja."

"Kemana pak?"

"Apa kamu harus bertanya seperti itu pada atasanmu?"

Soni masih bersikap tegas di depan karyawannya meskipun sudah mulai menghangat dan sering menyapa mereka. Tapi untuk urusan pekerjaan dia tetap tidak tergoyahkan.

"Maaf pak."

"Ikut saya, sekarang!"

Soni berjalan lebih dulu, sementara Adi hanya mengangkat pundaknya ketika Alin dan karyawan lainnya bertanya heran padanya.

                             ⭐⭐⭐

"Sorry gue ngajak loe ke sini. Karena gue nggak mau sendirian nemuin dia." Temmy duduk menunduk di depan makam Yuri.

"Dey, sorry ya gue nggak bisa banyak membantu." Riani hanya bisa bersimpati.

"Asalkan loe bersedia menemani gue sebentar di sini, itu sudah sangat membantu Ri. Gue butuh dukungan loe."

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang