two

882 36 11
                                    

"Iya, aku yakin sudah menemukannya. Dan aku sedang menunggu waktu yang tepat, karenanya aku tidak ingin mundur lagi."

"Aku harus bagaimana Ted?"

"Jika kakak inginkan maaf dariku dan ingin menebus rasa bersalah kakak, cobalah bertahan dengan cinta yang kakak miliki. Dan aku akan tetap menjadi adik yang baik buatmu, juga adik ipar yang baik untuk Ferin."

"Haruskah kamu berkorban sebanyak itu?"

"Ini bukan pengorbanan, karena aku mendapatkan keuntungan. Aku bisa menemukan banyak hal yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku tidak menyesal dengan yang terjadi."

"Tapi... Aku tidak yakin bisa kembali."

"Kenapa tidak?"

"Kami sudah mengambil keputusan untuk berpisah."

"Aku rasa itu keputusan paling bodoh yang telah kakak ambil."

"Ted?"

"Kakak tahu kenapa aku menyerah dengan cintaku padanya? Karena aku tahu, aku lihat dan aku merasakan dengan jelas kalau Ferin hanya mencintai kakak."

"Bagaimana kamu yakin?"

"Pengabdian dia sebagai seorang istri begitu tulus, dia istri yang baik buatmu kak. Sudah tak ada sisa cinta untukku di hatinya."

"Tapi..."

"Jika dia mantan pacarku memangnya kenapa? Kakak pasti bisa menebak sejauh mana hubunganku dengannya dulu. Bukankah kakak mengerti tentang takdir? Takdir yang tidak bisa dilawan, jodoh yang tidak bisa ditukar."

"Aku bingung Ted."

"Semua yang terjadi sudah jalannya seperti ini. Saranku, fikirkan lagi dengan baik, jangan sampai kakak menyesal."

                             ***

"Cuman loe yang manggil nama gue Dey."

"Keberatan? Kalau gitu.. Kutu busuk? Telor busuk? Atau kecoa busuk?"

"Loe tuh ya... Katanya udah nggak musuhan lagi."

"Serius banget, sejak kapan loe jadi sensitif begitu?"

"Gue sensitif?"

"Malahan lebih aneh."

"Oh ya? Mungkin karena bentar lagi kita mau lulus dari sekolah, jadi.. Gue sedikit nggak rela kalau harus ninggalin sekolah ini."

"Memang loe yakin bakalan lulus?" Riani tersenyum menggoda sambil membuka pintu mobilnya.

"Yakinlah... Cuman nanti pasti bakalan banyak yang berubah."

"Hidup ini kan memang perlu perubahan. Hanya pengecut yang takut sama perubahan."

"Wah.. Udah nambah dewasa aja nih."

"Kenapa nggak kedengeran kayak pujian ya... "

Riani masuk mobilnya diikuti Temmy.

"Hhe... Tau aja. Ngomong-ngomong loe mau lanjutin kemana?"

"Rumah."

"Maksud gue kuliah loe?"

"Soal itu urusan nanti, sekarang gue mau pulang dulu. Tapi... Mobil gue nggak jalan nih."

"Mogok?"

"Abis bensin, lupa isi dulu tadi. Beliin bensin dulu dong!"

"Wah parah... "

"Buruan pake motor loe, ya?! "

"Wah maksa... "

"Cepetan, gue tungguin nggak pake lama."

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang