about

1K 44 7
                                    

"Sembarangan!" Evelyn membelakangi Tommy, dia membuang muka dari pemuda yang adalah pacar anaknya itu.

"Fikirkan, perasaan apa yang kamu rasakan padaku?" Tommy melepaskan pegangannya dari tangan Evelyn yang membelakanginya tanpa sedikitpun bergerak.

Wanita cantik itu berdiri mematung dan terdiam seketika, seakan memikirkan ucapan Tommy dengan serius.

"Aku akan sabar menanti jawaban memuaskan darimu...  Eve." Tommy setengah berbisik di telinga Evelyn dan dengan tenang dia melangkah menjauhi Evelyn.

"Tunggu!" Evelyn hendak menahan langkah Tommy tapi Tommy mengabaikannya dan meneruskan langkahnya.

"Aku pulang, rambutmu akan sangat Indah tanpa ikatan itu." Tommy tersenyum puas melihat diamnya Evelyn, dia segera berlalu meninggalkan Evelyn yang tanpa sadar menyentuh rambutnya hendak melepaskan ikatan rambutnya, tapi...

"Aku tidak boleh terpengaruh anak itu, tidak boleh!"

                              ***

Tommy menarik nafasnya panjang dan segera mengeluarkannya kembali. Dia mencoba melegakan perasaannya sendiri yang sempat bergejolak mengganggunya.

"Gila, gue sudah gila." Tommy memasukkan kunci mobilnya, dia ingin segera meninggalkan rumah Vizzy.
Dia menyalakan mesin mobilnya dan hendak meninggalkan rumah itu secepatnya.
Tapi kemudian dia tampak kembali tenang.

"Tapi.. Aku pasti bisa membalasmu Eve, aku nggak akan berhenti sebelum berhasil membuatmu bersujud padaku."

Rasa dendam telah mengalahkan akal sehat Tommy. Dia tak lagi peduli dengan baik dan buruk ataupun benar dan salah. Baginya harga dirinya telah diinjak oleh Evelyn dan dia ingin menuntut balas akan hal itu.

                           ***

"Zy!" Teddy mengejar Vizzy yang menuju lift.

"Ada apa Ted?"

"Aku tidak melihat Tom hari ini, kemana dia?"

"Tidak masuk."

"Tumben, kenapa?"

"Adiknya bilang dia sudah pergi dari pagi, tapi aku hubungi ponselnya tidak aktif."

"Kemana ya, aneh sekali. Padahal pacarnya kan ada disini." Teddy menghentikan langkahnya ketika Vizzy tak jadi memasuki lift.

"Kamu bicara apa?"

"Kamu tidak akan curiga padanya kan?"

"Tentu saja tidak, lantai berapa?"

"Lantai yang sama denganmu."

"Untuk apa kamu ke lantai yang sama denganku?"

"Mengikutimu." Teddy tersenyum manis.

"Dasar!  Ehh.. Tommy." Vizzy melihat ponselnya yang berdering dan pesan dari Tommy masuk.

"Panjang umur dia, apa katanya?"

"Dia kembali ke rumah, katanya di jalan tiba-tiba merasa tidak enak badan."

"Kasihan sekali pacarmu itu."

"Apa maksudmu?"

"Sebaiknya segera temui dia, sebelum dia sekarat."

"Apa...?! Teddy... ." Vizzy memukul pundak Teddy ketika sadar Teddy sedang menggodanya.

                         ***

Matahari mulai meredupkan sinarnya, langit telah beralih kelabu. Dan malam mulai rindu untuk menjemput hari.

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang