love is

1.1K 48 0
                                    

"Lho?! Ini kan yang paling penting buat loe saat ini Ri?"

"Imel sayang...  Loe tuh polos banget sih. Lapar nih, kita cari makan yuk?!"

Riani menarik Imel menjauhi cafe tersebut, dimana dia melihat Temmy dan Yuri tengah menghabiskan waktu berdua. Meski tak terlihat mesra tapi perhatian Temmy pada Yuri, cukup membuat orang yang melihatnya iri. Begitu juga dengan Riani yang mencoba menutupinya dari Imel.

"Kenapa nggak makan di sini aja Ri, ini kan cafe tempat makan."

"Bosen Mel, kita cari suasana baru yuk!"

"Kemana?"

"Kemana aja yang penting makan."

"Loe nggak cari tau dulu mereka?"

"Cari tau apa? Gue udah tau. Lain kali jangan ganggu gue cuman buat hal beginian." Riani terus berjalan keluar cafe diikuti Imel.

"Sorry ya Ri, jadi gimana?"

"Tanggung, kita jalan sekalian aja yuk."

"Loe baik-baik aja Ri? Akhh.. Cinta memang bikin orang berubah."

"Euh, apa Mel?"

Riani bengong dan tak fokus dengan apa yang Imel bicarakan, karena angannya masih terbayang Temmy dan Yuri yang terlihat bahagia bersama.

"Nggak, makan di belokkan sana aja yuk Ri? Ada tempat baru buka katanya."

"Oh, ok."

                          ***

Malam semakin larut, suasana menjadi sangat sunyi. Tapi Temmy masih terjaga di kamarnya. Temmy terdiam melihat jaket yang pernah direbutkannya bersama Riani. Dalam hatinya terus bertanya, perasaan sebenarnya pada gadis jutek yang kadang terlihat manis di matanya.

Tanpa dia sadari, tangannya terus menggerakkan pulpen di atas lembaran kertas buku pelajarannya.

Aku sudah cukup lama tak mendengar tegurannya tak melihat wajah manisnya, tak tahu apapun tentang dirinya.
Aku coba bertahan dengan khayalanku, walaupun aku sangat merindukannya, aku tak akan Bisa menunggu. Tak boleh menunggunya....

"Apa ini? Akhh.. Ini gila. Ngapain gue nulis beginian, nggak mungkin ini nggak mungkin."

Temmy tersadar telah menulis sesuatu yang tak ada hubungannya dengan pelajaran, dia segera menyobek kertas dari bukunya. Dia hendak menyobeknya menjadi serpihan yang lebih kecil tapi kemudian dia mengurungkan niatnya dan hanya memasukkannya ke dalam laci.

Dia segera beranjak dari duduknya dan memasukkan jaket yang tadi tergantung, ke dalam lemari kemudian menutupnya. Seperti dia menutup hatinya untuk Riani.

                         ***

"Zy, tunggu!" Teddy menyusul langkah Vizzy.

"Ada apa Ted?"

"Aku tidak melihat Tommy hari ini. Apa dia tidak masuk kerja lagi?"

"Entahlah." Vizzy tak peduli, dia kembali meneruskan langkahnya.

"Ada apa dengan kalian? Marahan ya?"

"Sudahlah, jangan bicarakan dia. Aku lapar, temani aku makan Ted?!"

"Euhm.. Boleh."

                         ***

Tommy kembali mendatangi toko bunga milik Rose yang saat itu cukup terlihat ramai. Rose yang melihat Tommy dari jauh berbisik agar Tommy menunggunya sebentar sampai dia menyelesaikan pelayanannnya kepada para pembelinya.

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now