to keep

818 43 17
                                    

"Belum mas, mba Rose bilang urusannya masih belum selesai." Seorang karyawan Rose menjelaskan pada Tommy.

"Sudah bilang kalau saya mencari dia?"

"Iya mas, tapi mba Rose bilang, nanti dia akan menghubungi mas kalau urusannya sudah selesai."

"Oh begitu, terima kasih mba."

"Iya mas, sama-sama."

Tommy berjalan keluar dari Toko dengan kurang semangat. Sudah tiga minggu Rose keluar kota. Dan tiga minggu itu dia tidak berkomunikasi dengan orang terdekatnya itu.

Tommy merasa hampa, Rose bukan hanya teman dekat tapi juga pengobat dari ketidaknyamanan yang pernah dirasakannya. Rose selalu bisa membuatnya selalu merasa ceria.

"Kenapa kamu selalu mengabaikan teleponku Rose? Urusan apa yang membuatmu tidak punya waktu untuk sekedar menerima teleponku? Aku kesepian Rose, cepat pulang. Hubungi aku jika sempat."

Tommy mengetikkan setiap kata di layar ponselnya dan mengirimkannya pada Rose, berharap Rose membacanya dan membalas pesannya. Atau Rose menghubunginya. Dan lebih ingin lagi jika wanita terdekatnya itu segera pulang dan menemani hari-harinya lagi.

                            ⭐⭐⭐

Temmy menghampiri Riani dengan keraguan, Riani sendirian baru keluar dari toillet. Dan berniat segera pergi saat Temmy menyapanya.

"Tunggu, gue mau bicara."

"Loe mau ngomong apa? Ngehina gue? Nuduh gue? Belum cukup?"

"Bukan, gue... ."

"Dengerin ya! Loe boleh nuduh gue apa aja. Asal loe tau, gue nggak pernah ngedorong Yuri. Punya niat aja nggak." Riani langsung keras.

"Gue tau, karena itu gue... Mau minta maaf."

"Maaf ?"

"Iya, gue minta maaf, gue ngaku salah."

"Hah?! Nggak salah denger kan gue?"

"Beneran, ini serius. Yuri udah menjelaskan semuanya. Karenanya gue menyesal udah menyalahkan loe begitu aja. Gue... Tulus minta maaf sama loe."

"Syukur deh kalau gitu. Gue cuman mau kasih tau loe, kalau gue nggak mungkin dan nggak akan pernah berniat sedikitpun buat mencelakai siapapun, termasuk juga loe dan Yuri."

"Iya gue tau. Jadi, loe mau kan maafin gue?"

"Nggak ada gunanya juga gue nggak maafin loe, nggak ada gunanya juga kita musuhan. Tapi bukan berarti gue suka sama loe seperti yang loe tuduhkan ya?"

"Tenang aja, gue juga nggak punya perasaan seperti apa yang loe takutkan."

"Takut? Gue nggak takut apapun."

"Masa?"

"Bukannya loe yang takut, sama.. Kecoa?"

"Hust!  Rahasia ya?!"

Temmy semakin mendekati Riani dan meletakkan jari telunjuknya nyaris di bibir Riani. Dan dia melihat sekitar takut sekiranya ada yang mendengar.

"Boleh, tapi tutup mulut nggak gratis." Riani menurunkan jari telunjuk Temmy yang mendekati bibirnya.

"Dasar, memangnya loe mau apa?"

"Boleh lebih dari satu?"

"Nawar lagi."

"Boleh nggak?"

"Iya deh boleh, apa?"

"Pertama, gue boleh dong nengok Yuri? Katanya dia udah baikkan kan? Gue pingin buktiin sendiri kalau dia baik-baik aja."

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang