can not

1.3K 49 6
                                    

"Bukan yang itu, yang satunya lagi."

"Hah?! Orang aneh, kapan datang? Wah makin cakep aja."

Tommy langsung berdiri hendak mendekati Jimmy, tentu saja dia sedikit oleng dan menumpu tangannya pada meja.

"Yaelah, langsung main berdiri aja. Loe masih belum berubah Tom."

Jimmy menghampiri Tommy lebih dulu dan menjabat tangan sahabatnya itu kemudian memeluknya hangat.

"Loe sakit Tom? Badan loe anget."

"Ya kalau dingin, mati dong gue."

"Loe itu ya... Dia memang belum benar-benar sembuh Jim, tapi maksain masuk kerja."

Teddy menempelkan tangannya di kening Tommy dan Tommy menaikkan pandangannya melirik tangan Teddy.

"Apanya, gue udah sembuh dari kapan hari."

"Maag loe mungkin sembuh, stress loe apa beneran udah sembuh?"

"Sembarangan, siapa juga yang stress."

Tommy menepis tangan Teddy di keningnya.

"Tapi kamu memang kelihatan pucat Tom."

"Aku baik-baik saja Zy. Aku beneran sudah sembuh."

"Kalau loe mau, kita antar ke dokter. Sekalian periksa lagi... "

"Apaan sih Ted, memangnya gue anak kecil diantar-antar ke dokter segala. Gue cuman ngantuk doang. Tidak perlu bahas ini, bahas tentang loe aja Jim. Gimana kabar loe sama istri loe?"

Tommy menghindari ke-khawatiran teman-temannya dan segera mengalihkan pembicaraan.

Padahal Tommy memang mulai merasakan lagi sakitnya karena dia kembali melewatkan sarapan dan makan malamnya di rumah.

Dia juga cukup stress memikirkan banyak hal, terutama tentang Ayahnya dan Rose juga Teddy dan Vizzy. Seakan semuanya berburu memintanya untuk segera diselesaikan.

***

Tommy membantingkan dirinya di tempat tidurnya. Dengan erat di dekapnya guling yang selalu menemaninya disaat tidur.

Di pejamkan matanya mencoba melepaskan semua beban yang menghimpitnya. Desah nafasnya berbisik, saat dia berusaha menghilangkan wajah-wajah yang mengganggunya.

Tommy membuka matanya seketika, ketika seseorang menindih tubuhnya. Dan Rose telah menumpu tangannya di dada Tommy.

"Rose, apa yang kamu lakukan?"

"Sesuatu yang sempat tertunda, belakangan kamu selalu menghindariku lagi. Jadi biarkan aku yang mendekat."

"Maaf, aku tidak bisa."

Tommy segera bangun dari tidurnya dan duduk menunduk di samping tempat tidur.

"Kenapa?"

"Aku merasa, apa yang sudah aku lakukan padamu itu salah. Semua yang aku lakukan selalu salah."

"Tommy... "

"Aku ini bodoh Rose, gagal, egois, aku orang yang paling tidak punya pendirian. Aku terlalu mudah mengatakan cinta, meskipun aku belum tahu tentang hatiku yang sebenarnya, aku selalu tergesa-gesa menyimpulkan perasaanku."

"Apa kamu mau bilang, kalau kamu nggak cinta sama aku? Lalu apa artinya kamu tidak mau ibu tiri, karena kamu mencintai ibu tiri ini?"

"Aku tidak tahu, aku mohon.. Beri aku waktu untuk mencari tahu jawabannya."

"Kamu bimbang karena dia kan?"

"Apa?"

"Aku tahu Tom, dua wanita tidak mungkin berada dalam satu hati. Kamu harus memilih dan kini kegelisahan kamu semakin terlihat."

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now