4. ONE BY ONE

1M 85.6K 32.9K
                                    

4. ONE BY ONE

IRWAN NUGROHO
18 TAHUN MASA PENJARA
DINYATAKAN TELAH BEBAS HARI INI

Septian lalu meremas kertas putih yang sedang ia pegang setelah membacanya tadi hingga rusak. “Berengsek!”umpat cowok itu. Pemuda dengan baju basket itu keluar kamar dan turun lewat tangga melingkar rumahnya yang megah.

“Septian! Kenapa kamu nggak ketuk pintu dulu?” tanya Kakeknya bingung saat Septian masuk ke dalam ruang kerjanya sambil membanting pintu hingga suaranya bergaung ke mana-mana. Ini kali pertama Septian berlaku tidak sopan padanya.

“Kakek yang apa-apaan! Jadi ini balasan Kakek sama Septian?!” Septian yang sudah kepalang emosi tidak bisa mengendalikan dirinya. Urat-urat di leher cucunya itu menegang tatkala langkah tegapnya semakin mendekat. “Kenapa Kakek bebasin pembunuh kaya dia?!”

“Septian!” Arwan, Kakeknya membentak, marah. “Jaga omongan kamu! Dia itu paman kamu!”

“Paman?! Kakek masih bisa nyebut dia Pamannya Septian, Kek? Di mana hati Kakek? Dia yang bunuh Papa, Kek! Mama juga meninggal karena kasus pembunuhan Papa! Septian gak punya keluarga karena dia! Septian bahkan gak pernah liat wajah orangtua Septian secara langsung gara-gara dia! Kenapa Kakek tega ngebebasin dia dari penjara?!”

“Selama ini Septian udah ikutin semua kemauan Kakek! Septian belajar mati-matian, buka distro, usaha sendiri sampe ngikutin segala peraturan yang Kakek buat tapi apa? Gini balesan Kakek sama Septian?!” tanya Septian seperti bom waktu yang baru saja meledak.

“Irwan anak saya, Septian. Sudah saatnya dia bebas,” kata Arwan, tak mau mendengarkan keluhan Septian.

“Kenapa Kakek tega? Septian percaya sama Kakek. Selalu percaya. Semua yang Kakek mau selalu Septian turuti. Septian tau Septian banyak hutang budi sama Kakek karena Kakek sama Nenek yang udah ngasuh Septian dari bayi sampe sekarang. Dari Septian belajar merangkak sampe Septian bisa berdiri. Tapi Septian gak bisa hidup sama dia Kek. Itu sebabnya Septian gak pernah mau liat dia dipenjara. Karena dia Septian gak punya keluarga kaya temen-temen Septian yang lain. Septian cuman mau sama kaya mereka, Kek. Punya keluarga yang utuh. Punya keluarga yang selalu ada buat Septian. Bisa liat muka Papa sama Mama secara langsung bukan cuman dari foto.”

“Malem ini juga saya bakal pergi dari rumah ini. Terima kasih Tuan Arwan Nugroho. Saya kecewa dan gak bisa tinggal sama pembunuh kaya anak Anda!” tamparan keras langsung mengenai pipi Septian hingga suaranya terdengar menggema di ruangan kerja Arwan.

“Bagus kalau kamu mau pergi! Jadi gak ada yang harus saya urus lagi! Bertahun-tahun saya ngurus kamu tapi begini balasan kamu sama saya?!” Arwan terdengar sangat murka.

“Kalau bukan karena saya sama Istri saya. Kamu pasti gak hidup sampai sekarang!” Septian menatapnya tak percaya namun raut wajahnya berubah dingin. Sarat akan tanda permusuhan.

“Gak ada satu pun saudara kamu yang mau ngeadopsi kamu! Asal kamu tau itu! Kamu gak pernah diinginkan di keluarga kami, Septian! Ibu kamu itu pelacur! Kamu itu darah pelacur! Kenapa bisa anak saya cinta sama pelacur seperti Kania?!” tanya Arwan tak habis pikir. “Arman sama Irwan memang berbeda. Keputusan saya membebaskan Irwan memang tepat.”

“Kamu tau Septian? Kalau bukan karena permintaan istri saya dan warisan Arman. Saya gak bakalan mau ngurusin kamu!” lagi-lagi suara itu membuat Septian mengepalkan kedua tangannya.

“Dasar anak pelacur! Pergi aja kamu dari sini!”

“Oh begitu?” Septian bertanya dengan nada sumbang. “Sekarang saya mengerti. Orang yang selama ini saya banggakan ternyata sama saja dengan saudara-saudara saya. Baik, saya akan pergi dari rumah ini.” Septian melempar kertas yang tadi ia pegang ke meja hitam kebesaran milik Kakeknya lalu keluar ruang kerja.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang