30. PROBLEM

1.1M 78.4K 60K
                                    

30. PROBLEM

Bukan berarti orang-orang yang tampak biasa saja dan selalu terlihat senang itu tidak punya masalah. Mereka hanya pintar menutupinya.— Jihan Halana

Septian menatap Thalita begitu perempuan itu masuk kelas dan menyerahkan apa yang sudah ia kerjakan semalam padanya.

“Gimana? Ada yang salah sama soal yang gue kerjain?” Thalita duduk di depan Septian. Sengaja agar cowok itu menatapnya lebih lekat namun Septian sangat menjaga matanya semenjak pacaran dengan Jihan.

“Enggak ada.” Septian memberikan kembali pada Thalita.

“Sep?”

Septian menaikan sebelah alisnya menatap Thalita.

“Lo gak ada liat yang beda gitu dari gue Sep?” tanya Thalita. Kemarin sore Thalita memotong rambutnya sedikit di salon dan langsung memaskernya hingga teman duduk di belakang Thalita pun bisa mencium aromanya. Aroma strawberry.

“Apa yang beda?” tanya Septian. Entah pura-pura atau benar tidak tahu. Cowok itu malah bertanya padahal sudah bisa dilihat dengan jelas rambut Thalita lebih pendek dari biasanya dan berharap Septian memujinya cantik.

“Emangnya gak ada gitu yang lo liat beda?” tanya Thalita sekali lagi memastikan.

“Gak ada.” Septian menyahut datar.

“Lo... nyaman gak sama Jihan?” tanya Thalita.

“Hubungan gue bukan urusan lo.” Septian menyahut dingin membuat Thalita terkejut karenanya.

“Kenapa? Kenapa lo pacaran sama Jihan?” tanya Thalita.

“Gue yang nyatain perasaan gue pertama kali sama lo. Dia yang kedua. Gue yang rela ikut lomba bareng lo. Gue yang dispen nemenin lo di LAB supaya lomba kita berhasil. Gue yang nemenin lo fotocopy, nge-print, makan, sampai belajar bareng. Lo yang terus nolongin gue. Lo yang selalu mau nemenin gue. Tapi kenapa lo malah milih Jihan daripada gue Sep?” tanya Thalita. Thalita sudah tidak tahan. Dia tidak ingin menahannya lebih lama lagi.

“Emangnya kurang gue apa?” tanya Thalita ketika kelas masih sangat sepi sepagi ini.

“Saat gue tau lo pacaran sama Jihan. Lo tau gue gimana? Gue ngerasa hancur. Gue pikir lo bakal milih gue. Enggak taunya lo malah milih Jihan. Kenapa? Kenapa lo tega ngelakuin ini sama gue Sep?” Thalita menyalahkan Septian.

“Gue gak punya rasa apa-apa sama lo selain temen,” ucap Septian tenang membuat Thalita terpaku.

“Jangan salah arti kebaikan gue Thal,” kata Septian lagi.

“Trus kenapa lo jarang ngebales chat gue lagi?” tanya Thalita dengan berani karena cowok itu sudah tidak seperti dulu. Dia akan menolak bila Thalita mengajaknya pergi atau mengajaknya belajar bersama.

Septian menutup bukunya. “Gue cuman ngejaga perasaan cewek gue Thal.”

****

Septian dan teman-temannya sedang berlari di lapangan sekolah. Dihukum Bu Dayu karena ketauan ribut di dalam kelas. Mereka padahal cuman tertawa tapi membuat ketujuh cowok itu langsung dihukum. Alhasil dengan panas-panasan mereka lari membuat kemeja putih sekolah mereka penuh dengan keringat.

“Emang tega banget tuh guru ngehukum kita terus!” dumel Guntur.

“Lo sih pake ketawa-ketawa,” Jordan menyalahkan Guntur.

“Lo kali yang ketawa-ketawa di kelas!” balas Guntur.

“Sama-sama salah malah saling nyalahin,” ucap Bams. “Mending lari aja gak usah banyak omong. Gue mau cepet-cepet nih. Panas banget mataharinya gak kasian apa sama kulit gue?” ujar Bams sambil berlari.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang