11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU

929K 78.5K 49.7K
                                    

11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU

Ironi ketika aku mengharapkan kamu yang jelas-jelas tidak bisa aku miliki.”
— Jihan Halana

“WUSSSHHH!” Jihan lewat di depan Septian membuat cowok itu terkejut sampai mundur. Cewek ini benar-benar menguji batas kesabarnya.

“Siapa tuh? Kayanya tadi ada orang deh? Manusia bukan? Manusia apa manusia aja nih?” tanya Jihan pura-pura tidak melihat Septian. Cowok itu sedang berdiri di belakangnya sambil menatap cewek itu dengan pandangan aneh.

“IH NGERI DEH! SIAPA TUH? Mahkluk yang namanya Septian itu ya?” tanya Jihan.

“Ih terang banget deh kaya masa depanku!” ujar Jihan lalu cewek itu cengengesan.

“SEPTIAN YUHUUU!” ujar Jihan di depan Septian. “Kok enggak ada sih anaknya?”

Apa banget nih cewek gak jelas amat? Batin Septian.

“Eh Septian. Maafin aku yang kemarin dong,” ujar Jihan menyenggol lengan cowok itu.

“Maafin ya? Yayayaya? Tian baik deh.”

“Jangan panggil gue Tian. Panggil yang bener,”ujar Septian.

“Kan udah dibilang. Tian itu panggilan dari aku aja,” ucap Jihan. “Biar so sweet gitu.”

So sweet matamu,” jawab Septian ketus.

Cowok itu lantas berjalan melewati Jihan sambil menenteng tasnya di pundak kanan. Tidak lagi berbicara seperti tadi. Segala panggilan, sebutan bahkan perkataan Jihan sengaja Septian abaikan. Membuat Jihan terus-terusan mengoceh di sebelahnya sampai Septian membalas ucapannya.

“Tian masa kemarin aku mimpiin kamu... meninggal,” ujar Jihan.

“Terus kena azab. Azab orang suka nyuekin orang. Azab orang yang gak pernah bales perasaan orang. Azab orang gak peka....”

“Meninggal bukan bercandaan. Isi kepala lo itu kebanyakan sinetron,” ujar Septian masih tetap tenang.

“Maaf, tapi katanya kalau mimpiin orang meninggal itu artinya dia panjang umur. PANJANG UMUR SEPTIANNNN!!” teriak Jihan di samping Septian seperti mengucapkannya pada teman yang sedang berulang tahun.

“Tian tau gak apa bedanya—”

“Septian hari ini jadi bahas lomba?” ujar Thalita tiba-tiba saja nongol di samping Septian membuat posisi mereka menjadi Jihan, Septian dan Thalita. Cowok itu berada di tengah-tengah.

“Jadi.” Manis. Itulah kesan saat Jihan mendengar suara dari mulut Septian ketika berbicara pada Thalita. Tidak seperti padanya tadi.

“Ajegilee Sep! SATU-SATU DONG SEP! Jangan lo embat semuanya,” ujar Jordan. Cowok itu sudah tiba sepagi ini di sekolah. Jordan sedang bersender di pilar sambil memperhatikan ketiganya bersama Nyong.

“Tau nih harusnya kan milih gue aja ya kan Dan?” ujar Jihan pada Jordan.

“Ngegas amat Han,” ujar Jordan sambil tertawa. “Inget ngerem nanti nabrak. Bisa sakit hati. Asep ceweknya banyak.”

“IH SUMPAHHH DAN?” ujar Jihan lalu cewek itu menuju pada Jordan—melupakan Septian begitu saja. Septian mengerutkan keningnya dengan tipis. Dia ditinggalkan bersama Thalita. Menatap Jordan dan Jihan berdua di depannya.

“Serius, gue sering pinjem hapenya Asep buat main game karena grafiknya bagus. Biasalah hape orang mahal. Terus gue enggak sengaja liat-liat,” ujar Jordan pada Jihan.

Menjadi orang humoris seperti Jordan dan Jihan itu pasti menyenangkan. Punya banyak teman. Bisa dengan mudah mengekspresikan perasaannya kepada siapa pun. PD. Juga penuh ekspresif. Kadang Septian juga ingin seperti itu tapi cowok itu tidak bisa. Septian tetaplah Septian yang pendiam, tertutup, tidak suka basa-basi apalagi membagi masalahnya dengan orang lain. Septian adalah jenis laki-laki yang tidak suka membuat orang susah karenanya. Cowok itu sebisa mungkin bertanggungjawab dengan masalahnya sendiri. Tanpa melibatkan orang lain.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang