24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)

924K 85.6K 34K
                                    

24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)

Most people see what is, and never see what can be.” — Albert Einstein

Bulan berikutnya: Kelas Bahasa: TO (Try Out): Peringkat 4. Jihan Halana

Septian memandang mading sekolah. Cowok itu terpaku. Kedua tangannya mendingin. Lalu cowok itu menoleh dan melihat Jihan. Perempuan itu sedang berjalan. Tapi tidak ke arahnya. Senyum penuh kemenangan milik Jihan membuat Septian terpaku. Senyum itu tertuju untuk Septian seorang.

Apa Septian akan kalah?

Jika kalian pikir Jihan akan luluh begitu saja dengan gombalan Septian kala itu. Maka kalian salah. Jihan tetap dengan tujuan utamanya. Untuk mendapatkan peringkat pertama dan menunjukannya pada Septian. Bahwa Jihan sangat lebih baik darinya.

“Disenyumin lo sama Jihan,” ledek Bams.

“Senyum-senyum menang gitu Sep.” Bams terkekeh tipis.

Septian menoleh tajam pada Bams membuat Bams yang sedang haha hihi pun terdiam. Mendapat ekspresi datar dari Septian membuatnya terdiam, kicep.

“Santai kali Sep. Gue bercanda. Gimana rasanya bakal kalah?”

‹Ada kata-kata terakhir gak Sep?” goda Bams.

Nyong tergelak. “Lo kira Septian mau kemana pake kata-kata terakhir?”

“Gue sih peridiksi Jihan enggak bakal bisa. Di kelasnya banyak bintang kelas,” ucap Oji. “Lo pikir Kejora, Fifi bakal mau ngalah sama Jihan dari segi pelajaran? Enggalah. Apalagi ini cuman TO. Masih banyak ujian kita ke depan. Gue tebak Jihan gak bakal bisa,” ucap Oji.

“Jangan remehin sesuatu yang keliatan kecil,” celetuk Jordan.

“HAIIII NENG JIHANN?!” Sapa Nyong. “WIDIH PERINGKAT 4 NIH. SEMAKIN DEKET KAN JADI PACAR SEPTIAN?” tanya Nyong.

“Kemajuan yang cepet banget sih Han. Lo ngedukun?” tebak Bams.

"Bayar berapa lo ngedukun biar pinter gitu?"

"Bukan ngedukun Bams. Jihan itu sebenernya pinter. Cuman dianya aja yang males belajar. Sekedar SMA gitu aja. Aslinya dia itu pinter buktinya dia bisa kaya gini kan?" ucap Galaksi.

"Pastiin dong Han kalau lo bakal dapetin peringkat satu. Nanti biar kita nyiapin party gede-gedean di rumah Asep! Biar dia semua yang bayar!" ucap Jordan tertawa dengan laknatnya.

"Oh iyalah! Harus. Anak sultan," ucap Guntur melirik Septian.

"Siapa juga yang mau jadi pacar Septian?" ujar Jihan membuat semuanya menoleh kaget.

"Gue pinter untuk diri gue sendiri. Gue dapet peringkat untuk diri gue sendiri. Emangnya untuk Septian?" ucap Jihan.

Kata-kata tersebut membuat teman-teman Septian menoleh pada cowok itu seakan berkata "Mampus" pada Septian. Namun Septian masih diam. Anteng-anteng saja. Tidak terusik dengan kata-kata Jihan meski kedua tangannya yang ada di dalam saku celana sudah dingin. Akhir-akhir ini ketika melihat Jihan respons badannya bisa berubah-ubah. Apalagi setelah kejadian di hotel itu.

"Lo pikir cuman lo aja yang bisa dapetin peringkat satu di sekolah ini Septian?" tanya Jihan. "Gue juga bisa. Tanpa bantuan lo," ucap Jihan membuat Septian menatapnya terus. Seolah Jihan sedang menantangnya.

"Jangan nantangin Septian, Han," ucap Galaksi. "Lo gak tau apa aja yang udah dia lakuin untuk lo." Galaksi memberi pesan.

Jihan mengangkat kedua bahunya cuek. Cewek itu memilih kembali ke kelasnya. Wajahnya sangat puas setelah mengatakan hal tersebut pada Septian. Sementara Septian? Tetap tidak mengatakan apa pun.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang