TRE

5.7K 338 3
                                    

"Ma?"

Béatrice memasuki rumahnya yang gelap gulita. Ia bisa melihat betapa hancur dan berantakan rumahnya. Béatrice tak lagi mengenali tempat tinggalnya yang damai dan hangat. Yang ia rasakan hanya ada rasa gelap dan dingin.

"Pa?" Suara panggilan Béatrice memecah kesunyian yang ada.

Ia memasuki ruang tamunya. Tidak ada siapapun disana. Ruangan ini kosong, tapi perabotan rumahnya sangat kacau. Béatrice menatapnya dengan rasa ngeri. Jujur, ia takut.

"Mamma? Pàpa? Sono a casa." Béatrice berkata dengan suara yang bergetar karena takut. Bahkan ia tak lagi mengenali suaranya. Matanya menatap waspada ke segala tempat.

"Mamma..."

Langkah Béatrice terhenti ketika ia memasuki kamar ayah dan ibunya. Kamar ibunya yang bernuansa krem itu tak lagi dapat ia kenali. Tapi lebih lagi ia kaget karena mendapati ada tubuh terbujur kaku di lantai dekat pintu kamar. Tidak, bukan itu saja. Ia juga mendapati tubuh seorang laki-laki dengan kondisi yang sama terbaring di sebelah tubuh tadi. "Pàpa?" Bisik Béatrice.

Ia segera menekan tombol saklar yang ada di dekat pintu. Sekarang ia bisa melihat semuanya dengan jelas.

"Mamma! Pàpa!"

Béatrice langsung tersungkur dan memeluk tubuh kedua orangtuanya. Ia menyentuh wajah mereka. Pucat dan dingin. Aku telah kehilangan mereka.

Mimpi buruknya baru saja dimulai.

***

"Bee.."

Béatrice menoleh kepada suara yang memanggil dirinya. Zia Martha dan Nonna-nya, Carla datang menghampirinya. Zia Martha-nya berlutut dan mensejajarkan tubuhnya dengan Béatrice. "Apa kau sudah makan, Bee?" Tanya Martha padanya.

Béatrice menggeleng lemah. Carla mengelus puncak kepala Béatrice dengan sayang. "Kau harus makan, Bellissima. Kau harus memiliki energi yang cukup untuk menghadapi semuanya." Kata Carla dengan lembut. Lagi-lagi Béatrice kembali menggeleng. "Nanti saja, Nonna. Aku akan makan nanti." Balas Béatrice. Martha dan Carla hanya bisa mengiyakan perkataan Béatrice.

"Apa mereka berdua sudah selesai dirapikan?" Tanya Béatrice.

Martha tersenyum dan mengangguk. "Mereka berdua sudah selesai dirapikan, Bee. Ayah dan ibumu sudah tampil sangat tampan dan cantik. Apa kau ingin melihatnya?"

Béatrice mengangguk. "Iya, aku ingin melihatnya."

Carla mengulurkan tangannya pada Béatrice dan Béatrice menyambutnya. Keduanya bergandengan tangan masuk ke dalam ruangan dimana ayah dan ibu Béatrice diistirahatkan. "Apa kau ingin pulang bersamaku malam ini, Bee? Kau bisa tidur bersamaku di rumah Martha malam ini." Carla berkata pada Béatrice saat keduanya memasuki ruangan.

Béatrice menggeleng. "Tidak, Nonna. Aku ingin mengunjungi suatu tempat malam ini."

***

Béatrice menyusuri jalan raya Venezia yang dipenuhi dengan banyak orang. Jalan raya yang sama seperti yang dilalui olehnya semalam. Tapi bedanya, Béatrice tidak sedang dikejar-kejar malam ini.

Ia bisa melihat semuanya dengan jelas sekarang. Orang-orang yang menikmati hidangan festival, orang-orang dengan kostum yang dilengkapi dengan topeng yang menutupi wajah mereka. Sangat meriah. Inilah Il Carnivale Festival. Orang Venezia tentunya sangat tahu caranya membuat sebuah festival yang semarak. Setidaknya hal ini membuatnya melupakan kesedihannya, walaupun hanya sementara.

Béatrice telah sampai.

Ia berada di samping jembatan yang berada dekat kanal Venezia. Banyak pasangan yang sedang bermesraan di dekatnya. Tapi Béatrice tidak ingin mengambil pusing. Umurnya baru 15 tahun. Bukan saatnya untuk memikirkan masalah percintaan.

Ia mencari dan melihat sekelilingnya. Ia mencari Chavalier.

Apa laki-laki itu memakai topeng itu lagi malam ini? Ia ingin tahu. Béatrice menoleh kesekelilingnya dan dari jauh ia menemukan seorang laki-laki dengan topeng yang sama persis seperti yang dikenakan Chavalier semalam. Ia melambaikan tangannya. "Disini!" Teriak Béatrice.

Laki-laki itu datang mendekat. Béatrice memandang postur tubuhnya dan menemukan sebuah keganjilan disana. Laki-laki itu terlihat lebih tinggi dan bertubuh lebih besar. Dan benar saja, laki-laki itu berjalan melewati Béatrice.

Dalam hati Béatrice sedikit kecewa. Ia pun menunggu lebih lama.

Sepuluh menit. Lima belas menit. Dua puluh menit.

Setengah jam.

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar di langit Venezia malam itu. Béatrice menengadahkan kepalanya ke langit.

Kembang api yang indah dan berwarna-warni tampak menghiasi langit malam di Venezia. Sangat menakjubkan dan menyenangkan hati orang yang melihatnya.

Tapi tidak sama halnya dengan Béatrice.

Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Ia telah ditinggalkan sebanyak 2 kali.

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now