VENTIQUATTRO

2.2K 135 5
                                    

"Pindah ke Roma?"

"Benar, Signorina. CEO memutuskan anda akan pindah ke Roma selama berlangsungnya proyek ini. Anda diminta untuk mengawasi langsung perkembangan proyek di Roma. Sehingga jika ada situasi yang mendesak, anda diminta untuk bisa langsung membantu."

Béatrice mendesah. "Apa Scott juga akan ikut bersamaku?"

"Tidak. Anda akan pergi sendiri. Signor Davis akan tetap berada di DL untuk berjaga-jaga."

"Baik." Béatrice akhirnya menyerah. "Jadi kapan aku harus pergi?" Tanyanya.

Grace, perwakilan dari kantor CEO yang mendatangi Béatrice pun menjawab. "Paling lambat minggu ini. Sekretaris anda juga akan ikut bersama anda." Grace berkata. "Untuk tempat tinggal, kami sudah menyediakan apartemen. Mobil dan supir juga sudah disiapkan."

"Saya mengerti. Terima kasih."

Grace pun pamit dan keluar dari ruangannya disaat yang bertepatan dengan Mary yang memasuki ruangannya. Mary menaruh sebuah dokumen diatas mejanya, ia pun langsung membaca isi dokumen tersebut.

"Pihak Cambiocasa sudah memberikan rincian dari rekomendasi yang mereka berikan. Semuanya sudah tertera di dalam dokumen tersebut."

Béatrice mengangguk. "Ternyata mereka memberikan datanya lebih cepat dari dugaanku. Bagus." Béatrice memberikan komentar. "Mary, tolong segera atur jadwal dengan seluruh anggota tim. Kita akan membahas hal ini lebih lanjut.

"Baik, Signorina. Ada lagi?" Tanya Mary.

"Mary, kita akan pindah untuk sementara waktu ke Roma. Apa kau sudah mendengar hal itu?"

Mary mengiyakan. "Saya sudah mendengarnya. Semua hal sudah dipersiapkan untuk keperluan hal itu." Jawab Mary. "Apa anda membutuhkan sesuatu? Mungkin ada sesuatu yang perlu saya siapkan mungkin?"

Béatrice mendesah. "Tidak ada, Mary." Béatrice memberikan senyum tipis. "Kau boleh pergi."

Mary mengangguk. Ia berjalan keluar ruangan. Namun belum ada satu menit, wanita itu kembali lagi. "Signorina, ada kiriman untuk anda."

Wajah Béatrice menegang ketika melihat box berukuran sedang yang dibawa Mary. "Kali ini, kiriman dari siapa Mary?"

"Hmm.." Mary meneliti kotak tersebut dan menemukan sebuah tulisan di dalamnya. "Disini tertulis 'this is from Rome. I hope u like it.' Begitulah katanya." Mary menatap tulisan itu sambil mengerutkan keningnya.

Mary menaruh kotak itu diatas meja kemudian ia beranjak keluar ruangan ketika Béatrice mempersilahkannya. Ketika ia sendirian, Béatrice membuka isi kotak itu.

"Apa lagi ini." Ujar Béatrice ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu.

Kali ini, isi kotak itu bukan sesuatu yang berhubungan dengan Venezia. Seperti yang dituliskan, isi kotak itu tentang Roma. The Gardens of the Oranges. Sebuah pigura dengan pemandangan The Gardens of the Oranges pada siang hari. Tempat itu persis sama seperti yang ia lihat 1 hari yang lalu.

"Bukankah sudah ku bilang. Semua ini takkan mengubah apapun. We were not meant to be. Seterusnya akan selalu begitu." Gumam Béatrice. "Sampai kapan aku harus mengatakannya padamu?"

***

Chavalier hanya menginginkan ketenangan yang dibutuhkannya hari ini.

Itu sebabnya ia memilih untuk meliburkan dirinya dari semua urusan pekerjaan untuk hari ini. Hari ini ia hanya ingin menghabiskan waktunya di dalam kamar. Entah untuk tidur, minum, bermain game, membaca buku, apapun itu. Ia menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.

Tapi sialnya, dari antara sekian banyak hari, ibunya memilih hari ini untuk membuat keributan dengannya.

Vienna Orlando mendatangi kamarnya siang ini dan memintanya untuk bertemu dengan Miranda, tunangannya. Jelas, Chavalier menolak.

Namun ibunya bersikeras menyuruhnya datang bahkan ia menggunakan ancaman yang membuatnya tidak bisa berkutik. Vienna Orlando mengancam bahwa ia akan menemukan wanita itu. Dan Vienna benar-benar telah menaklukan putranya kali ini. Chavalier tidak bisa melakukan apapun kecuali mengikuti perintah ibunya.

Disinilah ia sekarang.

Butik eksklusif Oscar de la renta. Sesuai perintah ibunya, ia datang ke tempat ini untuk bertemu dengan Miranda. Tunangan yang sangat dibencinya.

"Sayang. Kau datang." Panggilan Miranda menyambutnya ketika ia memasuki ruang pengepasan khusus VVIP. Miranda langsung menghampiri Chavalier dan mencium bibir pria itu di depan beberapa karyawan yang ada di dalam ruangan.

Chavalier segera menjauhkan tubuh Miranda dengan kasar. Ia menatapnya tajam. "Apa-apaan kau ini?" Desis Chavalier marah.

Sebuah seringai muncul di wajah cantik Miranda. "Kau lihat? Aku berhasil membuatmu bersamaku sekarang." Bisik Miranda.

"Cukup." Kata Chavalier. "Apa urusannya denganku berada disini?" Tanya Chavalier.

Kini Miranda tidak lagi menyeringai. Ia tersenyum lebar dan menggandeng tangan Chavalier di depan orang banyak. "Aku ingin melakukan fitting gaun pengantin, Sayang. Ku rasa kau ingin melihatku mengenakan gaun yang akan ku pakai di pernikahan kita nanti. Bukankah begitu?" Miranda bertanya dengan nada yang dibuat-buat.

"Oh, Miranda sayang. Senang bertemu denganmu lagi." Perancang busana, Carlos Ricci menghampiri Miranda dan memeluk Miranda dengan hangat. Sebelumnya ia pernah bertemu dengan Miranda saat ia menjadi model untuk runaway merek Oscar de la renta.

"Carlos, senang sekali bertemu denganmu. Ini tunanganku, Chavalier Orlando." Miranda memperkenalkan Chavalier pada Carlos.

"Signor Orlando yang terkenal. Senang sekali melihatmu ada di butik hari ini. Aku juga sangat senang ketika Miranda menghubungiku dan memintaku untuk menjadi perancang untuk gaun pernikahannya. I'm so excited." Carlos bergerak mengulurkan tangannya yang disambut oleh Chavalier. "Senang bertemu denganmu." Jawab Chavalier singkat.

Miranda menggandeng tangan Chavalier yang kemudian dilepaskan oleh pria itu dengan cepat. "Kurasa kalian saja yang berdiskusi. Aku harus pergi, ada sesuatu yang harus ku urus." Chavalier berkata pada Carlos tanpa melihat ke arah Miranda.

"Carlos, bisakah kau meninggalkanku dengan Chavalier sebentar? Aku perlu berbicara dengannya."

Carlos tersenyum. "Tentu saja, darling. I will let you to have some privacy with your fiancée." Kemudian Carlos meninggalkan ruangan dengan membawa serta beberapa orang yang tadinya berada di ruangan. Meninggalkan keduanya sendirian.

"Kau tidak boleh pergi begitu saja, Val." Miranda berkata. "Aku ingin kau melihat betapa cantiknya aku saat akan bersanding denganmu di altar nanti."

"Bisakah kau melepaskanku sekarang? Aku sungguh muak dengan semua ini."

Miranda tertawa. "Apa kau memohon padaku sekarang?" Miranda tertawa mengejek.

Chavalier tersenyum miring. "Kalau aku memohon sekarang, apa kau akan melepaskanku?"

"Tidak akan." Jawab Miranda. "Kau akan terus menjadi milikku, Chavalier. Apa kau pikir aku akan menyerah semudah itu?" Miranda kembali tertawa mengejek.

Kemudian ia berjalan mendekat pada Chavalier dan tersenyum. "Kau boleh pergi sekarang, Sayang. Melihatmu yang seperti ini sudah membuatku puas. Sampai nanti, Sayang." Miranda berkata pada Chavalier. "Aku akan berusaha untuk membuat pertemuan yang lebih menarik lagi untukmu di lain waktu."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now