TRENTANOVA

1.3K 93 15
                                    

"Ada sesuatu yang harus aku sampaikan pada para awak media pagi hari ini."

Perkataan Miranda tersebut menarik perhatian seluruh anggota pers yang ada di ruangan. Pryce tersenyum miring melihat Miranda yang kini duduk sembari menyeka air matanya yang mengalir. Wanita ini benar-benar sangat mencintai pria brengsek seperti Chavalier, pikir Pryce. Benar-benar bajingan beruntung.

Miranda tersenyum kecil. "Aku telah mendengar berita yang telah dikeluarkan oleh Chavalier pagi ini." Ia membuka suara. "Ia telah memutuskan pertunangan ini karena ada ketidakcocokan. Hubungan ini didasarkan atas paksaan berbagai pihak. Kami tidak saling mencintai." Lanjutnya.

"Memang benar kalau hubungan kami didasarkan atas paksaan dan tekanan dari berbagai pihak. Tapi aku benar-benar mencintai Chavalier." Miranda menghapus kembali air matanya yang mengalir disaksikan oleh orang-orang didalam ruangan. "Aku yakin kalian juga bertanya-tanya apa yang akan ku katakana mengenai hubungan tunanganku dengan Béatrice."

Wartawan dan awak media yang berkumpul merasa semakin tertarik. Mereka semua menegakkan tubuhnya dan siap menuliskan setiap hal yang akan dikatakan Miranda Hudson pada gadget mereka masing-masing.

Wanita itu mengambil nafas panjang sebelum ia kembali berkata. "Aku memang mengetahui hubungan diantara mereka sebelum hal ini terkuak ke publik. Chavalier mencintai wanita itu." Miranda berkata. "Yang sebenarnya orang ketiga dalam hubungan ini adalah aku. Aku menahan Chavalier disisiku meskipun aku tahu bahwa mereka berdua saling mencintai. Aku orang yang egois bukan?"

"Tapi.." Tangisan Miranda tiba-tiba kembali terdengar bahkan kali ini ia menggenggam sapu tangan yang dipegangnya dengan erat sembari menahan tangisnya. "Aku harus egois bukan? Karena bukan hanya aku yang membutuhkannya. Anak kami.. juga membutuhkan ayahnya."

"Anak?! Apa yang anda maksud adalah anak anda dengan Chavalier Orlando?" Seorang wartawan bertanya dengan lantang.

"Jadi, saat ini anda tengah mengandung anak Chavalier Orlando?"

"Apa Chavalier Orlando telah menelantarkan anaknya sendiri?"

"Apakah Chavalier Orlando telah mengetahui hal ini?"

Pertanyaan-pertanyaan banyak bermunculan mengenai perkataan Miranda. Pryce menyilangkan kedua tangannya dan bersandar dengan santai. Ia menunggu apa yang akan dikatakan Miranda selanjutnya. "Aku tengah mengandung anak Chavalier." Ujarnya.

Miranda menyentuh perut ratanya. "Usianya baru 6 minggu. Chavalier belum mengetahui hal ini. Aku.. belum sempat memberitahunya, ia sudah pergi terlebih dahulu dengan kekasihnya."

Seluruh awak media tercekat dengan perkataan Miranda. Semua orang berbisik-bisik kecil, membicarakan hal tersebut. "Kalau begitu apa yang akan anda lakukan? Chavalier telah memutuskan pertunangan kalian."

"Aku harus memperjuangkannya kembali bukan?" Balas Miranda dengan senyum miris. "Karena bukan aku saja yang memerlukannya. Bayi ini.. juga membutuhkan ayahnya."

"Apa yang ingin kau katakan pada Signorina Fontana jika ia sedang menonton tayangan ini saat ini?"

Miranda tersenyum menatap kamera. "Béatrice, aku sungguh minta maaf. Kau pasti membenciku kan?" Ia mulai berkata di depan kamera seakan Béatrice yang berada dihadapannya saat ini. "Aku bersalah. Kau boleh membenciku, tapi sungguh aku tidak bisa memberikan Chavalier kepadamu. Tidak ketika aku tahu ada orang yang membutuhkannya saat ini. Anak ini.. Sangat membutuhkan ayahnya, Béatrice."

***

At the same time, Anne Frank House, Amsterdam.

"Signorina Hudson berkata seperti itu di dalam press conference. Ini gawat, Signore. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Apa?" Chavalier berjalan menjauh dari Béatrice untuk menerima panggilan disertai dengan pandangan kebingungan dari wanita itu. "Kau bilang wanita itu mengatakan apa?"

Diseberang panggilan, asistennya, Dion mendesah. "Anda membaca beritanya? Kini hal tersebut sedang menjadi perbincangan hangat diseluruh Italia. Ia telah mengaku bahwa ia sedang mengandung anak anda. Apa anda tidak mengetahuinya?"

Chavalier segera membuka situs berita dan membaca artikel yang sedang dibicarakan oleh asistennya. "Ini tidak mungkin." Kata Chavalier setelah membaca keseluruhan apa yang dituliskan di dalam artikel tersebut. "Wanita itu bicara omong kosong, Dion. Aku tahu bahwa wanita itu memang sangat licik, tapi aku tidak menyangka ia akan melakukan hal seperti ini. Beraninya dia!"

"Yang lebih penting dari ini adalah bagaimana kita akan menanggapi hal ini?" Dion membalas. "Ayah anda menghubungi saya dan menanyakan keberadaan anda."

"Lalu apa kau memberitahukan Pàpa dimana keberadaanku?" Tanya Chavalier. "Tidak, Signore. Aku tidak memberitahukan siapapun. Namun sepertinya Grande Signor Orlando sangat marah. Ia berkata untuk menyuruh anda segera pulang atau tidak ia akan mencari anda sendiri dan memaksa anda untuk kembali ke Italia."

Chavalier mengeraskan rahangnya. "Katakan pada Pàpa kalau aku akan kembali ketika aku ingin kembali. Ancamannya takkan berlaku padaku." Setelah mengatakan hal itu, Chavalier berbalik untuk kembali pada Béatrice.

Ketika ia melihat wanita itu, Béatrice sedang melihat ponselnya. Kemudian tangannya bergerak untuk mengangkat sebuah panggilan. Mata Chavalier membesar. Ia segera menghampiri wanita itu untuk mencegahnya mengangkat panggilan itu, entah dari siapapun orangnya. Namun sepertinya Chavalier terlambat. Béatrice telah mengangkat panggilan itu terlebih dahulu.

"Halo?" Jawab Béatrice.

"Signorina, ini gawat. Signorina Hudson menggelar press conference pagi tadi dan mengatakan bahwa ia tengah mengandung anak dari Signor Orlando. Saat ini seluruh Italia sedang membicarakan hal ini. Hubungan antara anda, Signor Orlando dan Signorina Hudson."

Mendengar apa yang dikatakan oleh sekretarisnya Mary di telepon membuat seluruh tubuhnya kaku. Ia merasa seperti dirinya baru saja disetrum oleh ratusan ribu volt tegangan listrik. Béatrice seakan merasa mati namun tubuhnya tidak mati. Hanya saja ia merasa... Kosong.

Tiba-tiba ponselnya direbut oleh Chavalier dan Béatrice sontak memandang pria itu. Chavalier segera menutup panggilan telepon dari Mary kemudian memegang bahu Béatrice yang memandangnya dengan tatapan kosong. "Bee." Panggil Chavalier.

"Jadi ini yang kau coba tutupi dariku selama beberapa hari ini, Val?" Tanya Béatrice.

"Kau tak bisa menutupi hal ini selamanya dariku. Cepat atau lambat, entah dari siapapun itu, aku akan mengetahuinya." Béatrice pun kembali melanjutkan. "Kenapa? Karena tak ada hal yang tersembunyi di dunia ini, sebaik apapun kau menutupinya."

Kalian marah ga sih sama Miranda? Aku sih gedek. Kita gebukin rame-rame aja gimana?

Thanks for your kind support and thank you for reading. See you on the next chapter!

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now