SESSANTA

2.5K 106 2
                                    

Two years ago, Venezia, 2018.

"Maaf, bisa saya turun disini saja? Saya sudah hampir sampai."

Supir yang membawanya, menatap dirinya dengan kebingungan. "Signore, apa anda yakin? Canal Grande masih berjarak 300 meter dari sini."

"Tidak apa-apa. Saya akan berjalan kaki. Tidak terlalu jauh." Jawabnya. Ia kemudian mengeluarkan uang dan memberikannya kepada supir.

"Apa anda baru pertama kali datang ke Venezia, Signore?"

"Tidak, sebelumnya saya pernah mengunjungi Venezia. Ini adalah kunjungan pertama saya setelah 6 tahun."

"Venezia tentunya sangat indah bukan? Seluruh orang di dunia ini bermimpi untuk datang ke kota ini karena keindahannya. Terutama ke Canal Grande, semua orang ingin mencoba menaiki gondola di Venezia."

Pria itu, Chavalier tersenyum. "Benar, Venezia memang sangat indah. Kanalnya sangat indah, tidak heran orang-orang menyebutnya sebagai kota kanal. Tapi ada keindahan yang ada di kota ini yang tidak ada di tempat lain. The magical beauty. That's why I'm here, saya ingin melihatnya kembali." Pria itu berkata sebelum akhirnya mengucapkan terima kasih kepada supir dan melangkah keluar dari taksi yang membawanya.

Venezia di siang hari terlihat begitu indah. Banyak orang mengatakan, Venezia terlihat indah di malam hari. Bagi Chavalier, Venezia terlihat indah. Tidak peduli baik siang atau malam, Chavalier menyukainya.

"Vuoi provare questa focaccia, signore?  È fresco dal forno."(1) Seorang pria dari toko roti bertanya kepadanya ketika ia melawati toko tersebut.

Chavalier hanya menggeleng dan tersenyum. Ia kembali meneruskan perjalanannya. Chavalier melewati jalanan yang penuh dengan turis. Banyak orang yang berjalan di siang hari bersama teman, pasangan, dan keluarga. Venezia sangat ramai di siang hari, Chavalier menyadari.

Pria itu mengalihkan pandangannya ke seberang jalan. Seorang wanita muda sedang berjalan seorang diri. Wanita muda itu mengenakan dress sederhana berwarna biru langit. Chavalier tersenyum melihat wanita itu ketika ia menghentikan langkahnya untuk mengamati orang-orang di sekelilingnya.

Wanita itu sangat cantik. Seseorang yang sangat ia kenali. The Magical Beauty yang dicarinya.

"Bee," Chavalier berkata.

Tentu saja, Béatrice tidak mendengar apa yang ia katakan. Mereka terpisah cukup jauh. Chavalier kemudian menyebrangi jalan dan berjalan sekitar 10 meter di belakang wanita itu. Senyuman Chavalier semakin lebar ketika ia melihat Béatrice tersenyum dan tertawa kecil saat bertegur sama dengan orang yang dikenalnya. Ia senang bahwa Béatrice terlihat baik-baik saja. That's enough.

Béatrice meneruskan perjalanannya. Langkahnya terasa sangat ringan. Ia bermain-main dengan dedaunan dan bunga yang dilihatnya. Béatrice mengambil waktunya untuk mengamati bunga dan tersenyum saat melihatnya. Wanita itu memetik satu untuk dirinya sendiri lalu membawanya bersamanya. Chavalier melihat wanita itu banyak tersenyum hari ini. Sesuatu yang tidak sering ia lihat dalam diri Béatrice. Apa yang sangat spesial hari ini hingga membuat Bee banyak tersenyum, pikir Chavalier. Ia menginginkan senyuman itu hanya untuknya. Chavalier menginginkannya, for the rest of his life.

Chavalier mengikuti langkah Béatrice. Ia diam-diam mengambil gambar wanita itu yang sedang tersenyum. Kemudian ia terus berjalan tak jauh di belakangnya hingga ia menyadari bahwa langkah Béatrice tiba-tiba terhenti. Wanita itu terdiam sesaat sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya. Chavalier yang terkejut segera menyembunyikan dirinya dibalik tembok yang membatasi sebuah toko. Ia mengintip sedikit, menemukan kening Béatrice berkerut. Béatrice terlihat mencari sesuatu, atau seseorang lebih tepatnya.

Setelah tidak menemukan apa yang dicarinya, Béatrice kembali melanjutkan perjalanannya. Dengan langkah yang lebih cepat, lebih tepatnya. Kali ini Chavalier memutuskan untuk tidak mengikutinya. Ia merasa Béatrice sudah mengetahui kalau dirinya diikuti. Chavalier hanya diam melihat sosok Béatrice yang perlahan semakin menjauh darinya.

Tubuh Chavalier bersandar pada tembok dan tangannya mengeluarkan kamera yang digenggamnya.

"Kamu memakai dress berwarna biru hari ini. Aku akan mengingatnya," Ia berkata.

Ia menekan tombol next dan foto-foto Béatrice lainnya terlihat. Kali ini, sebuah foto wanita itu sedang membawa barang-barang belanjaan. Chavalier merasa Dion dan timnya melakukan pekerjaan yang sangat baik. Wanita itu terlihat memakai celana jins dan kemeja berwarna merah. Béatrice selalu terlihat cantik di setiap foto yang ada. Wanita itu selalu tersenyum.

"Aneh," Kata Chavalier. "Kenapa kamu selalu tersenyum di saat kamu tidak bersama dengan aku?"

"Apa sangat menyakitkan ketika kita bersama? Kamu tidak pernah tersenyum sesering ini," Lanjutnya.

Chavalier memutuskan untuk berjalan ke arah sebaliknya. Ia menjauh dari tempat dimana Béatrice berada.

"Signore, ada apa?" Dion terdengar gugup ketika Chavalier yang sedang berlibur di Venezia hari ini, menghubungi dirinya.

"Siapkan penerbangan kembali ke Roma sekarang juga."

"Tapi, signore. Bukankah anda sedang mengambil cuti dua hari? Apa ada masalah di Venezia, Sir?" Tanya Dion tidak mengerti. "Apa anda belum bertemu dengannya? Saya yakin telah memberikan alamat yang benar kepada anda."

"Sudah, saya sudah menemukannya." Chavalier menjawab. "Tapi saya merasa sudah cukup. Saya ingin kembali hari ini."

"Va bene, Signore."

Chavalier memutuskan panggilan ketika Dion melaksanakan apa yang diperintahkannya. Ia memanggil taksi dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.

"Ke mana tujuan anda, Signore?"

"Tolong, ke Marco Polo Airport."

"Baik."

Chavalier menutup matanya ketika taksi yang ditumpanginya bergerak menuju bandara. Sudah cukup, aku sudah melihatnya, batin Chavalier. Melihat Béatrice baik-baik saja sudah cukup baginya.

Ia tidak ingin merusak senyum wanita itu.

Béatrice akan lebih bahagia tanpa dirinya.

(1): Apakah Anda ingin mencoba Focaccia (semacam roti khas Italia) ini, Pak?  Baru saja matang dari oven.

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang