TRENTACINQ

1.5K 109 3
                                    

"Kau kembali lebih cepat."

Pagi ini, Béatrice terkejut ketika membuka pintu apartemennya dan menemukan orang yang sama sekali ia tidak duga. Ia sempat berpikir bahwa ia berhalusinasi ketika melihat Chavalier datang dengan senyuman di wajahnya. Béatrice mengira ia sedang bermimpi atau semacamnya. Kenapa ia kembali lebih cepat?

Chavalier mendekat dan memeluk Béatrice. "Aku merindukanmu."

Kening Béatrice berkerut ketika ia mendapat perlakuan seperti ini dari Chavalier. Bukan karena ia tidak senang bahwa pria itu kembali. Tidak, bukan itu. Ia hanya merasa aneh. "Apa kau mabuk?" Tanya Béatrice.

Pria itu segera melepaskan pelukannya. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau tidak senang aku kembali lebih cepat?"

"Bukan itu." Sanggah Béatrice. "Bukankah kau ingin bertemu sepupumu? Kau sudah bertemu dengannya? Kenapa kau malah kembali lebih cepat? Aku hanya bingung, itu saja. Lagipula aku juga bingung ketika kau kembali dan langsung memelukku seperti itu. Kau tidak apa-apa? Apa terjadi sesuatu ketika kau berada di Milan?"

Tawa Chavalier terdengar ketika mendengar perkataan Béatrice. "Apa pelukanku seburuk itu hingga kau mengira hal yang tidak-tidak?" Canda Chavalier. Kemudian Chavalier menyentuh wajah Béatrice dan kembali tersenyum. "Ayo kita pergi. Bukankah pergi sejenak dari Italia akan menyenangkan? Aku ingin membawamu kabur."

"Kabur? Kemana?" Béatrice bertanya dengan bingung. "Aku harus bekerja, Val. Aku memiliki rapat dengan klien siang ini." Lanjutnya.

"Aku sudah memberitahu sekretarismu untuk re-schedule rapat itu." Ucapan Chavalier membuatnya terkejut. Kenapa Chavalier melakukannya sampai sejauh ini? "Kapan kau melakukannya?" Balas Béatrice.

"Baru saja. Ketika dalam perjalanan kesini." Jawab Chavalier dengan santai. "Kita akan pergi ke Amsterdam. Jadi segeralah berkemas, okay? Aku sudah mengurus perjalanan kita. Kita akan berangkat 2 jam dari sekarang." Chavalier menatap mata aquamarine Béatrice dalam. "Let's go somewhere, just you and me. Hmm?"

Ekspresi Béatrice berubah seketika, ia merasa Chavalier menyembunyikan sesuatu darinya. Ia bertanya-tanya apa yang dilakukan pria itu. Béatrice mengigit kecil bibirnya. "Kenapa aku merasa kau seperti menyembunyikan sesuatu dariku?" Ia bertanya dengan suara kecil.

"Aku tidak menyembunyikan apapun darimu, Bee." Kata Chavalier.

Béatrice menghela nafas. "Baiklah. Aku ikut denganmu."

Wanita itu memutuskan untuk pergi. Meskipun ia tidak tahu apa yang ditutupi oleh Chavalier, Béatrice lagi-lagi memilih untuk ikut dan mempercayai Chavalier.

***

"Bagaimana perkembangan press conference yang akan kau adakan?" Pryce, malam itu bertanya pada Miranda ketika ia menemui wanita itu.

Miranda dengan tenangnya meminum martini dan menatap lurus ke arah bartender yang sedang menyiapkan minuman untuk Pryce. Ia menjawab tanpa melihat ke arah Pryce. "Semuanya sudah sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Aku sudah berhasil mengumpulkan banyak data tentang wanita itu. Topik ini pasti akan menjadi incaran banyak media. Wanita itu takkan lepas dengan mudah."

Pryce tersenyum miring. "Aku senang karena telah bekerja sama dengan partner yang tepat." Ujarnya sambil menerima whiskey miliknya kemudian menghabiskan setengah isi dari gelas itu. "Aku penasaran bagaimana reaksi Chavalier melihat beritanya nanti."

"Calon mertuaku juga telah mengetahui hubungan Chavalier dengan wanita itu. Mereka sangat marah dan aku yakin mereka juga takkan tinggal diam."

Tawa Pryce terdengar di tengah-tengah musik yang terdengar di bar. Ia merasa senang karena rencananya berjalan dengan lancar. "Bagus. Hubungan mereka akan hancur sebentar lagi. Kau dan aku akan segera mendapatkan apa yang kita mau. Bukan begitu?"

Miranda tersenyum lalu kembali meminum Martini miliknya. "Certo(1). Aku akan segera memiliki Chavalier untuk diriku sendiri. What a beautiful story. Isn't?"

"Ya, milikilah Chavalier semaumu, Mira." Pryce berdiri dari kursi bar setelah menghabiskan whiskey-nya. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan besok bukan?"

"Tentu aku tahu. Jika berurusan dengan publik, kau tahu aku adalah orang yang tepat. Memangnya siapa yang tidak mengenalku?" Balas Miranda.

Bahu Miranda dipegang oleh Pryce. Ia berbisik di telinga wanita itu. "Apa kau tahu kalau saat ini tunanganmu sedang bersama kekasihnya di Amsterdam?"

Perkataan Pryce membuat Miranda seketika mengalihkan pandangannya pada pria itu. Pryce tersenyum miring melihat ekspresi wanita itu. "Rupanya kau belum tahu ya." Ujarnya. Ia mendesah kemudian menatap Miranda dengan pandangan prihatin. "Lihatlah apa yang ia lakukan padamu, Mira. Teganya ia melakukan hal ini pada tunangannya sendiri. Ckckck."

Sentuhan Pryce dibahunya mengencang. "Karena ia telah memperlakukanmu begitu buruk, kau harus membalasnya 2 kali lipat, Mira. Buat Chavalier tidak bisa lari lagi darimu." Pryce berkata. Kemudian ia kembali berbisik. "Di konferensi pers besok, katakan bahwa kau mengandung anak Chavalier. Berita tentang perselingkuhan? Seluruh Italia sudah mengetahuinya."

"Kau membutuhkan sesuatu yang lebih kuat untuk menahannya disisimu." Lanjut Pryce.

Ekspresi Miranda menjadi pucat pasi mendengar apa yang dikatakan Pryce. "Tapi itu.." Ia menatap Pryce dengan keraguan. "Bagaimana jika semua orang mengetahui kalau aku berbohong. Chavalier tentu mengetahui kenyataannya. Ia akan mencari buktinya. Bahwa aku dan dia tidak pernah tidur bersama."

"Jangan takut. Taruhan, publik pasti akan mendengarkanmu. Dan jika mertuamu mengetahui hal ini mereka pasti akan mendesak Chavalier untuk menikahimu." Balas Pryce. "Soal bukti? Kau jangan takut, Mira. Butuh waktu untuk membuktikan hal itu. Selama waktu itu, kau bisa menjebak Chavalier dalam pernikahan, sehingga ia tidak bisa lari darimu. Jika ia meninggalkanmu, publik akan mendesaknya dari segala sisi. Ia takkan bisa lari."

"Aku takut." Miranda berkata dengan suara kecil.

"Hei, dengar aku. Kau harus melakukan itu. Bukankah kau menginginkan Chavalier menjadi milikmu sendiri. Ini adalah caranya. Béatrice takkan bisa melakukan apapun. Hubungan mereka akan hancur. We will win."

Tangan Miranda terasa dingin. Pikiran memiliki Chavalier memang sangat membuatnya tergiur. Tapi, berbohong seperti itu. Miranda takut ia akan mengacaukan semuanya. "Aku tidak tahu apa aku bisa melakukannya."

"Kalau begitu, coba kau pikirkan terlebih dahulu." Pryce pun menjauhkan tubuhnya. "Besok biar kau yang memutuskan, apa kau akan melakukan hal itu atau tidak. Ingat, Mira. Terkadang kau harus berkorban untuk melakukan sesuatu untuk bisa mendapatkan sesuatu."

"Cukup ingat saja, setelah semua ini kau akan memiliki Chavalier. Dan takkan ada satu orang pun yang akan mengambil dia dari genggamanmu. Aku akan membantumu untuk memastikannya."

U\

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now