QUARANTANOVE

1.2K 110 3
                                    

Kembali ke waktu sekarang.

"Lepaskan aku." Béatrice menepis tangan Pryce yang membawanya keluar dari The Garden of the Oranges. "Ia sudah tidak bisa melihat kita sekarang."

Pryce melepaskan tangan wanita itu sesuai permintaannya. Pria itu bersandar pada pintu mobilnya ketika Béatrice menatapnya dengan dingin. "Kau tidak mengerti apa yang ku katakan padamu di telepon barusan, Pryce? Aku tidak membutuhkan bantuan apapun darimu. Sudah ku bilang, jangan datang ke tempat ini."

Pria itu tersenyum miring. "Kau yakin tak membutuhkan bantuan apapun dariku. Aku malah berpikir sebaliknya. Kehadiranku disini sangat membantu bukan? Lihat, Chavalier bahkan tidak mengejarmu."

"Aku sudah bilang kalau aku bisa menangani hal ini sendiri, Pryce! Aku tidak membutuhkanmu." Béatrice berkata.

"Hal tadi itu namanya bisa kau tangani? Kau dengar sendiri kalau Chavalier tidak akan melepaskanmu. Ingat kesepakatan kita? Chavalier akan kembali jika semua ini berjalan sesuai rencana. Aku hanya membantu supaya semuanya menjadi lebih mudah." Pryce menjawab dengan santai.

"Tapi dengan adanya kau disini hanya membuat ini semakin menyakitkan."

Sebuah tawa lolos dari mulut Pryce ketika ia mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Béatrice. "Menyakitkan?" Pria itu kembali tertawa. "Apa bedanya jika ia mengetahui ini sekarang atau pun nanti. Sama saja, Béatrice. Yang kau lakukan ini tetap menyakitkan untuknya, entah kapan pun dia mengetahui hal ini."

Béatrice tidak bisa mengatakan apa-apa setelah itu. Pryce benar, ia telah menyakiti Chavalier.

Wanita itu kehilangan tenaga untuk mendebat Pryce sehingga ia hanya bisa menurut ketika Pryce memaksanya untuk masuk ke mobil dan membawanya keluar dari taman. Sedangkan Béatrice sama sekali tidak melihat Chavalier keluar dari taman ketika mobil Pryce melaju meninggalkan tempat itu.

"Kau tidak perlu mengantarkan aku sampai apartemen. Cukup turunkan aku di jalan besar. Aku akan kembali sendiri." Béatrice berkata dengan suara kecil.

Pryce melihat ke arah Béatrice sebentar kemudian mengiyakan. "Baiklah. Jika itu maumu." Balas Pryce.

Lalu Béatrice menutup matanya perlahan.

Berusaha menutupi air matanya yang mengalir di sudut matanya. Dalam hati ia mengakui, bahwa ia adalah orang yang jahat.

***

Chavalier meninggalkan Garden of the Oranges sekitar 1 jam setelah Béatrice meninggalkannya bersama Pryce.

Tidak ada hal yang ia lakukan disana. Ia hanya bisa duduk diam dan menatap kosong tempat itu yang hanya diterangi oleh lampu taman dan cahaya bulan. Chavalier duduk disana hingga seorang petugas menemukannya kemudian menyuruhnya untuk pulang.

"Anda harus pulang sekarang, Signore. Tidak ada lagi yang bisa anda tunggu disini." Kata petugas itu kepadanya.

Sebuah senyum tipis muncul di wajah Chavalier. Tidak ada yang bisa ia tunggu. Akhirnya Chavalier pun mengangguk pada petugas itu dan berjalan gontai menuju mobilnya. Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya melajukan mobil keluar dari taman.

Ia menjalankan mobilnya tak tentu arah. Chavalier tidak tahu kemana ia harus pergi sekarang. Penthouse miliknya bukan tempat yang ia ingin datangi saat ini. Kata 'pulang' tak lagi sama artinya bagi Chavalier. Tidak ketika ia tahu, ia tidak memiliki tempat lagi untuk pulang. Chavalier tidak memiliki tempat untuk kembali.

Dengan sembarangan, Chavalier memarkirkan mobilnya di sebuah lapangan parkir supermarket besar yang buka 24 Jam di Roma. Ia masuk dan langsung membeli berbagai merek minuman keras yang bisa ia temukan kemudian kembali masuk ke dalam mobil setelah selesai membayar semuanya.

Berjam-jam waktu Chavalier ia habiskan dengan meminum semua minuman itu. Berharap bahwa perasaannya akan membaik. Ia bisa melupakan rasa sakitnya, meskipun hanya sementara. Chavalier berharap ia bisa melupakannya.

Chavalier memukul setir kemudinya keras-keras ketika ia mendapati berbotol-botol minuman keras yang ia beli tidak juga menenangkannya. Dan ketika ia ingin mengambil botol berikutnya, ia baru saja menyadari kalau ia sudah menghabiskan 6 botol minuman. Tak ada botol yang tersisa hingga ia merasa semakin frustasi.

"Sial, sial, sial!" Chavalier membenturkan kepalanya berulang kali ke setir mobil.

Tanpa sadar ia menangis untuk meluapkan kemarahan dan kekecewaan yang ia rasakan. Ia berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Namun suara teriakan Chavalier teredam oleh sunyinya malam. Tidak ada siapapun yang berada di lapangan parkir itu karena kini jam telah menunjukkan pukul 3 dini hari.

Membutuhkan waktu bagi Chavalier untuk berusaha mengembalikan kewarasannya. Ia tahu bahwa berada di tempat ini semakin lama justru akan membuatnya semakin frustasi.

Aku butuh tidur, pikir Chavalier. Ia pikir ia akan kembali seperti biasa setelah tidur, karena ia hanya mimpi. Iya, mimpi.

Dengan sisa kesadaran yang dimilikinya, Chavalier menstater mobilnya keluar dari lapangan parkir tersebut. Jalanan kota Roma sangat sepi di jam-jam seperti ini. Hanya ada beberapa mobil yang melintas. Dari supermarket yang berada di Via Gregorio VII menuju penthouse miliknya yang berada di Via dei Condotti membutuhkan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Pria itu berusaha untuk mengemudikan mobilnya dengan benar meskipun sangat sulit baginya untuk mengemudi dengan kondisi mabuk. Ia melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata dan semuanya berjalan baik-baik saja. Sampai sebuah truk melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi dan truk itu menyalakan lampu jauh yang menyilaukan mata Chavalier.

Pengemudi truk itu tampaknya menyadari mobil Chavalier dan memberikan klakson padanya untuk minggir. Chavalier otomatis membanting setir ke kiri untuk menghindari truk yang melajukan mobilnya ke arah kanan.

Chavalier tidak menyadari ada pembatas jalan di bagian kiri dan akhirnya ia menabrak pembatas jalan itu dengan keras ketika berusaha menghindari truk tersebut. Semuanya mendadak terasa gelap bagi Chavalier. Ia berusaha membuka matanya dan melihat apa yang terjadi. Namun kegelapan kembali menarik kesadaran dirinya hingga ia tidak bisa melakukan apapun kecuali menyerah pada kegelapan itu.

Satu hal yang Chavalier sadari ketika ia memejamkan matanya, ia merasa tenang.

Ia hanya ingin beristirahat. Dan ia mendapatkan istirahat yang diinginkannya.

Chapter berikutnya bakal di update kalo votednya udah rada banyakan yaa wkwkwkwk #kidding sampai ketemu di chapter berikutnya.

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang