TRENTATRE

1.6K 124 3
                                    

Hal yang disadari Béatrice setelah sampai di apartemennya sore ini adalah Paparazzi.

Ia sering sekali mendengar kata ini namun tidak pernah benar-benar merasakannya secara pribadi. Tapi ketika ia benar-benar mengalaminya, ternyata dikejar oleh Paparazzi sangatlah menyebalkan. Mereka mengikuti kemanapun kau pergi, mengambil gambar dirimu tanpa ijin, serta mengambil waktu privasimu.

Béatrice tak pernah menyadari bahwa hal ini akan menimpanya. Dia bukan artis atau tokoh publik. Kenapa ia harus mengalaminya?

Pertama kali Béatrice menyadari keberadaan Paparazzi adalah ketika ia keluar dari gedung DL Group. Ketika akan memasuki mobil, Béatrice melihat ada beberapa orang tak dikenal yang mengambil gambarnya. Tak lama kemudian, beberapa orang itu berubah menjadi sekumpulan banyak.

Mereka bahkan ada juga di minimarket saat ia mampir untuk membeli minuman.

Ia ketakutan ketika melihat banyak paparazzi. Mereka ada dimana-mana, dan dari yang ia tahu mereka juga mencari tahu banyak hal tentang pribadi seseorang. Béatrice tidak menginginkan privasinya diketahui publik.

Sebenarnya Béatrice sama sekali tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Ia dan Chavalier menjadi perbincangan dimana-mana karena tertangkap kamera sedang berciuman di depan restoran siang tadi. Beritanya sangat cepat menyebar. Dan ia kini diangkap sebagai perempuan murahan dan perebut tunangan orang lain di seluruh Italia.

"Signorina. Tehnya." Mary datang membawakan teh untuknya.

Béatrice tersenyum penuh terima kasih dan menerima teh itu. "Terima kasih, Mary. Kurasa kau sebaiknya kembali sekarang. Ini sudah cukup larut." Béatrice berkata.

"Tapi bagaimana dengan anda?" Tanya Mary khawatir.

"Aku tidak apa-apa. Apartemen ini kan ada penjaganya. Tidak akan ada paparazzi yang masuk. Semuanya akan baik-baik saja." Jawab Béatrice. Mary pun kemudian merapihkan barang-barangnya namun ia berbalik kembali untuk bertanya. "Anda benar tidak apa-apa?" Tanyanya kembali.

Ia mengangguk. "Tentu saja."

Mary mengambil tasnya dan mengangguk mengerti. "Kalau begitu saya akan kembali. Hubungi saja jika anda memerlukan saya." Béatrice mengiyakan. "Baiklah. Terima kasih."

Kemudian Mary meninggalkan apartemennya. Béatrice hanya menghela nafas kemudian berusaha menenangkan dirinya dengan secangkir teh yang dipegangnya. Namun bunyi ponsel mengagetkan dirinya. Dengan cepat ia mengambil ponsel itu dan melihat siapa orang yang menghubunginya. Ternyata Chavalier.

"Halo?" Sapa Béatrice.

"Bee, apa kau sedang di apartemenmu sekarang? Atau kau sedang berada di rumah Nonna-mu?"

"Aku berada di apartemen, Val. Aku tidak ingin mengganggu Nonna." Jawab Béatrice.

Chavalier terdengar menghela nafas berat di seberang panggilan. "Aku sudah mendengar soal Paparazzi itu." Perkataan singkat Chavalier itu kembali mengingatkan Béatrice pada apa yang dialaminya. "Aku minta maaf, Bee. Aku tidak berpikir bahwa semuanya akan menjadi seperti ini. Seharusnya aku—"

Ucapan Chavalier itu tak selesai karena Béatrice memotongnya. "Kau bilang kita akan melakukannya bersama. Kau bilang ini tidak mudah. Aku mengetahui, Val. Jadi aku tidak apa-apa. We will be fine too. Kita melakukannya bersama bukan?" Béatrice membalas Chavalier dan berusaha tegar. Tapi sungguh, mengetahui bahwa ia menghadapi ini tidak sendirian dan ada pria itu bersamanya membuat Béatrice tenang.

"Tapi.." Chavalier berhenti berkata-kata sejenak hingga kemudian perkataan pria itu selanjutnya membuat Béatrice terkejut. "Aku akan ke apartemenmu sekarang." Ujar Chavalier.

"Tidak, jangan." Cegah Béatrice.

"Kenapa, Bee?" Tanya Chavalier dengan bingung.

"Aku hanya tidak ingin kita diganggu lagi oleh lebih banyak Paparazzi. Jika kau datang kesini dan paparazzi melihatnya, berita ini akan menjadi lebih panjang lagi nantinya." Béatrice memberikan penjelasan.

"Baiklah, aku mengerti." Balas Chavalier. "Tapi kau yakin kalau kau benar-benar tidak apa-apa?"

"Sungguh, aku tidak apa. Kau tidak perlu khawatir." Jawab Béatrice.

"Okay." Chavalier mempercayainya. "Oh iya, Bee. Besok atau mungkin sampai lusa, aku akan pergi ke Milan untuk bertemu dengan sepupuku. Jadi aku memberitahumu bahwa kita tidak bisa bertemu untuk beberapa hari. Namun aku akan memberikan pengawal dan penjaga untuk melindungimu dari para paparazzi keparat itu."

"Itu tidak perlu, Val. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Akan jadi aneh untuk orang-orang disekitarku jika ada penjaga dan pengawal itu. Aku berjanji bahwa aku akan baik-baik saja. Kau bisa memegang janjiku."

Lagi-lagi Chavalier mengalah pada keinginan wanita itu. "Baiklah kalau begitu. Tapi berjanjilah juga bahwa kau akan menghubungiku jika terjadi sesuatu."

Béatrice tersenyum. "Aku berjanji."

"Kalau begitu aku harus pergi. Kita bicara lagi nanti, Bee."

"Baiklah."

Panggilan itu pun diputus. Dan Béatrice merasa bersyukur sekaligus lega karena ia memiliki kekasih seperti Chavalier. Setidaknya ia bisa tenang malam ini dan tidur dengan nyenyak karena pria itu telah berhasil menenangkannya.

***

"Kau ingin pergi kemana malam-malam begini, Chavalier?"

Ayahnya, Daniel Orlando bertemu dengannya di ruang keluarga ketika ia membawa koper besarnya menuju luar mansion milik keluarganya. Sang ayah memandangnya dengan datar sambil melihat koper besar yang dibawanya.

"Penthouse. Aku akan tinggal disana mulai sekarang." Jawab Chavalier dengan santai. "Aku akan memindahkan sisa barangku ketika aku berada di Milan besok untuk bertemu dengan Ed. Orang-orangku yang akan memindahkan sisanya besok." Lanjutnya.

"Tidak. Kau tidak akan pernah ke luar dari mansion ini, Chavalier." Ucap Daniel dengan tegas. "Kau akan tetap berada disini. Silahkan jika kau besok akan bertemu dengan Ed, tapi kau tetap akan kembali ke mansion ini. Tidak ada bantahan."

Chavalier tersenyum miring pada ayahnya. "Aku tidak mau, Pàpa." Hanya jawaban singkat itu yang diberikannya.

"Apa karena wanita murahan itu kau jadi bersikap keras kepala seperti ini, Chavalier?"

"Wanita murahan mana yang Pàpa maksud?" Chavalier mengangkat alisnya. "Pàpa salah. Bukankah seharusnya wanita pilihanmu yang bisa disebut sebagai wanita murahan? Menggerogoti hidupku yang sama sekali tidak menginginkan keberadaannya. Aku heran. Apa yang kalian lihat darinya? Aku sama sekali tidak menginginkannya dihidupku."

Daniel mulai kehilangan kesabarannya. "Jadi kau pikir, wanitamu adalah yang terbaik?"

"Absolutely."

"Aku tidak peduli. Aku tetap tidak menyetujui kau dengan wanita murahan itu. Jika kau tetap memilih untuk bersamanya, aku tidak akan segan-segan mengambil semua fasilitas yang kau miliki sekarang. Kau akan merasakan bagaimana rasanya tidak memiliki apa-apa." Ancam Daniel.

Chavalier mengangkat bahunya. "Silahkan saja. Aku juga bersedia dihapus menjadi pewaris Cambiocasa dan seluruh asset keluarga Orlando. Kau akan kehilangan pewaris untuk menjalankan Cambiocasa. Karena seperti yang kau tahu, Charletta juga tidak menginginkan semua kekayaan ini. Dan aku juga akan segera melakukan hal yang sama."

"Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" Daniel berkata pada Chavalier dengan marah. "Kau harus menikahi Miranda. It's end of discussion."

Senyuman tipis terbentuk di wajah Chavalier. "Kau dan Mamma mengatakan hal yang sama. Bahkan ucapan kalian juga sama." Balas Chavalier. "Tapi aku minta maaf, Pàpa. Aku sama sekali tidak menginginkannya."

Kemudian ia benar-benar meninggalkan mansion keluarganya. Memindahkan seluruh barangnya dari mansion mewah ini.

Chavalier bahkan rela kehilangan semua miliknya. Hanya untuk membuat Béatrice menjadi miliknya.

Thanks for reading.. Jangan lupa vote dan komen yaa. Chapter selanjutnya udah ada, tapi aku updatenya pas votenya udah diatas 20 yaa. See you, guys!^^

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora