DIECI

3.3K 232 1
                                    

Béatrice tak pernah benar-benar melupakan Chavalier.

Sebaliknya, ia sangat berterima kasih akan kehadirannya. Saat ia ditengah kesusahan, laki-laki itu yang menolongnya. Menarik dirinya dari sisi gelapnya. Meskipun ia tahu, rasa kecewa itu juga ada.

Ingatannya kembali lagi pada beberapa bulan yang lalu. Saat praktik kelas biologi, dan disitulah Béatrice mengetahui ternyata orang yang ia temui satu tahun yang lalu di Venezia adalah orang yang sama dengan yang duduk disampingnya saat itu.

"Kau tahu. Dulu aku pernah datang ke Venezia saat berlibur tahun lalu. Dan pada saat itu bertepatan dengan Il Carnivale Festival. Seluruh masyarakat berpesta, banyak topeng. Kemudian aku menonton kembang api di Canal Grande. Sangat indah." Kata Chavalier waktu itu. "Di festival itu aku tak sengaja bertemu seseorang dan menonton kembang api bersamanya."

Itulah perkataan Chavalier yang membuat Béatrice menyadari bahwa Chavalier adalah anak laki-laki yang menyelamatkannya. Namun yang membuat Béatrice kembali kecewa adalah, laki-laki itu yang tak mengingatnya. Mungkin saja kan, ia hanya seorang yang lewat begitu saja dalam hidup Chavalier.

Pria itu sama sekali tak menyadarinya. Sampai akhirnya, hari ini..

"Kau adalah 'Bee' yang itu?"

Béatrice tersenyum. "Jika yang kau maksud adalah Bee yang kau selamatkan 1 tahun yang lalu dari sekumpulan pria-pria menyeramkan, iya aku orangnya." Jawab Béatrice.

"Bee." Panggil Chavalier. "Maafkan aku."

"Hei. Untuk apa kau meminta maaf?"

"Karena aku tidak datang malam itu."

"Sudahlah." Balas Béatrice. "Tidak apa. Kau tidak perlu meminta maaf. Aku bisa mengerti."

"Tidak, justru kau tidak mengerti, Bee." Béatrice melihat Chavalier dengan tatapan bingung. Lalu Chavalier pun kembali melanjutkan. "Aku kembali ke Roma keesokan pagi setelah kita bertemu. Nenekku sakit dan aku harus kembali. Karena seluruh situasi yang kacau, aku baru ingat memiliki janji denganmu seminggu setelahnya." Jelas Chavalier.

Béatrice mendesah. "Jika seperti itu alasannya, kau tak perlu meminta maaf. Sudah ku bilang, aku mengerti." Kemudian Béatrice kembali bertanya. "Kalau kau selama ini mengingatku kenapa kau baru bertanya hari ini?"

Chavalier berpikir. "Hmm, aku mengingatmu dan juga namamu tapi aku tidak bisa mengingat wajahmu." Jawabnya. "Lagipula, waktu itu kau memperkenalkan diri sebagai Bee, bukan Béatrice."

Béatrice menggigit bibirnya. "Oh iya." Ujar Béatrice mengakui.

"Kenapa kau tidak langsung membicarakannya kepadaku ketika kau menyadarinya?" Tanya Chavalier.

"Yah, ku pikir kau melupakanku." Béatrice menjawab dengan lemah. Chavalier tersenyum. "Itu tidak mungkin." Katanya.

Lalu Chavalier mengulurkan tangannya pada Béatrice, membuat gadis itu bertanya-tanya. "Halo, namaku adalah Chavalier Deanthony Orlando. Aku adalah laki-laki menyebalkan yang pernah menyelamatkanmu 1 tahun yang lalu. Aku juga laki-laki yang pernah mengingkari janjiku waktu itu. Senang bertemu denganmu, Bee."

Béatrice tertawa, ia pun menyambut uluran tangan Chavalier. "Halo, namaku Béatrice Amarillide Fontana. Aku adalah gadis yang kau selamatkan 1 tahun yang lalu. Senang bertemu denganmu lagi, Chavalier."

***

"Bagaimana ujianmu?" Tanya Chavalier pada Béatrice seusai mereka menjalani ujian dan keluar dari ruangan.

"Aku bisa menyelesaikannya dengan baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga begitu. Sangat senang mengetahui kalau besok kita sudah libur."

Béatrice tersenyum. "Ya, aku juga sangat senang mengetahuinya." Balas Béatrice.

"Jadi kau ingin pulang sekarang?" Tanya Chavalier. Béatrice pun mengangguk. "Bagaimana jika kita pergi sebentar? Kita bisa berjalan-jalan ke Via del corso(1). Kau pasti menyukainya."

Gadis itu tampak berpikir sejenak dan akhirnya ia pun menyetujuinya. "Baiklah kalau begitu." Jawab Béatrice sambil tersenyum.

Lalu keduanya melihat teman-teman Chavalier yang lain—Pryce, Hugo, Logan, Georgio, ikut keluar dari ruangan kelas sambil menenteng tas mereka masing-masing. Chavalier pun menghampiri mereka. "We need to talk." Kata Chavalier pada mereka.

Mereka berempat kemudian menerima ajakan Chavalier. "Baiklah. Kita ke taman belakang."

Sebelum beranjak pergi, Chavalier berbalik dan berkata pada Béatrice. "Kau pergilah terlebih dahulu ke pintu depan. Aku akan menjemputmu disana nanti."

Béatrice tersenyum kemudian mengangguk. "Oke."

Kemudian mereka pun satu per satu berjalan menuju taman belakang. Béatrice pun juga berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Namun langkahnya terhenti karena Pryce menahan tangannya. Béatrice pun menatap Pryce. "Ada apa?"

"Datanglah ke taman belakang. Kau harus mendengarnya juga."

"Mendengar apa maksudmu?" Tanya Béatrice tidak mengerti.

"Kau akan tahu nanti." Kemudian Pryce tersenyum padanya lalu berjalan meninggalkannya untuk menyusul teman-temannya yang lain menuju taman belakang sekolah.

Sejenak Béatrice ragu tapi ia pun mulai melangkahkan kakinya ke arah gerbang sekolah. Ia memutuskan untuk menghiraukan apa yang dikatakan oleh Pryce. Ia memilih untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Chavalier dan menunggu laki-laki itu disana.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, Chavalier masih tak datang juga.

Béatrice khawatir.

Lalu ia pun teringat apa yang dikatakan Pryce. Kau harus mendengarnya juga.

"Apa maksudnya?" Tanya Béatrice pada dirinya sendiri.

Hati Béatrice ragu-ragu tapi kakinya terus melangkah menuju taman belakang. Dari jauh ia bisa mendengar sayup-sayup suara percakapan. Itu pasti mereka, pikir Béatrice.

"Kalau begitu mengakulah padanya. Katakan padanya apa yang sudah kau lakukan."

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu maksudku, Val."

"Benar, aku menipunya. Aku mengakui hal itu. Aku telah memperalat Béatrice untuk memenangkan taruhan konyol kita. Aku mengakui hal itu."

Langkah Béatrice terhenti. Ia melihat punggung Chavalier yang berdiri memunggungi dirinya. Ia tahu Chavalier takkan menyadari hal itu, karena posisinya masih cukup jauh untuk Chavalier bisa menyadari hal itu. Namun tidak cukup jauh untuk membuatnya tidak mendengar pengakuan Chavalier itu.

"Aku memang mendekati Béatrice hanya karena taruhan itu saja." Lanjutnya.

Béatrice mendengarkan apa yang barusan laki-laki itu. Ia mengeraskan rahangnya. Matanya tak lagi berbinar seperti sebelumnya.

Kemudian Béatrice yang lakukan adalah membalikkan tubuhnya. Membalikkan dirinya dari Chavalier dan 'dunia'nya. Ia pun berjalan menjauhi tempat itu. Suara percakapan itu tak lagi begitu jelas terdengar. Digantikan oleh bunyi-bunyi asing yang terasa begitu jauh.

Béatrice terus berjalan hingga ia sampai kembali di pintu gerbang sekolah yang sudah tak lagi seramai sebelumnya. Jika tadinya gerbang penuh dengan murid-murid yang menunggu untuk dijemput oleh mobil-mobil mewah mereka, maka sekarang tidak lagi. Kini Béatrice menunggu seorang diri.

Ia tak mengatakan apapun selain terdiam menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Hingga suara klakson mobil menyadarkan dirinya dari dunianya sendiri. Béatrice kembali tersadar. Sebuah mobil lamborghini berwarna hitam berhenti di dekatnya. Pintu pengemudi pun dibuka dan orang yang keluar dari mobil itu sama seperti yang telah diduganya. Chavalier keluar dari mobil lalu menghampirinya dengan senyuman di wajahnya.

"Maaf aku baru kembali. Sudah siap?"

Béatrice menatap laki-laki itu. Ia pun memasang senyuman terbaiknya. "Aku sudah siap."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now