QUARANTACINQ

1.2K 90 13
                                    

Ini masih ada lanjutan babnya tapi karena terlalu panjang aku cut. Sekarang aku lagi tulis bab berikutnya, hopefully besok bisa langsung aku update ya.

"Bisakah kita kembali saja setelah ini?"

Béatrice menaruh garpu dan sendoknya setelah menyelesaikan makan malam mahalnya di La Pergola malam itu. Chavalier melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Béatrice. Ia menatapnya. "Apa mau masih marah padaku?" Tanya pria itu.

"Bukan itu." Jawab Béatrice. "Aku hanya ingin beristirahat. Itu saja. Memang kau ingin membawaku kemana? Dan untuk apa?"

Chavalier menaruh gelas wine yang telah kosong. "Ada hal penting yang ingin ku katakan. Ini penting. Tapi jika kau ingin beristirahat, maka baiklah. Aku akan mengantarkanmu pulang. Kita akan membicarakan hal ini besok." Ketika Chavalier berdiri terlebih dahulu dan keluar dari kursinya. Béatrice menahan tangan pria itu. "Tunggu."

Wanita itu mendongak. "Baiklah. Let's finish this. Aku ikut."

Beberapa saat kemudian, Béatrice dan Chavalier telah berada dalam perjalanan menuju tempat yang dimaksudkan Chavalier. Ia masih tidak tahu kemana pria itu akan membawanya. Untuk kesekian kalinya hari itu, Béatrice kembali bertanya. "Kemana kita akan pergi?"

Pria itu menoleh sebentar kepada Béatrice. "Kau tahu tempat ini."

Mobil yang mereka kendarai masuk ke dalam sebuah tempat yang Béatrice ketahui. "Kenapa?" Dari semua pertanyaan yang ada di dalam kepalanya, satu pertanyaan itulah yang keluar dari bibirnya. Chavalier tertawa kecil mendengar apa yang ditanyakan oleh Béatrice. "Apa maksudmu dengan 'kenapa'?"

Ia memarkirkan mobilnya di lapangan parkir yang kosong. Tidak ada orang lagi di tempat ini. Karena waktu telah menunjukkan pukul 20:15. Tempat ini telah ditutup untuk umum.

"Ayo." Chavalier turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Béatrice.

Béatrice mendesah kemudian mengikuti Chavalier untuk keluar dari mobil. Ia baru saja akan berjalan mengikuti pria itu ketika ponselnya berbunyi. Dengan cepat ia segera mematikan panggilan itu saat melihat nama penelepon yang tertera.

Chavalier mengerutkan keningnya. "Dari siapa?" Tanyanya penasaran.

"Zia Martha." Jawab Béatrice dengan cepat.

Kerutan di kening Chavalier terlihat semakin dalam mendengar jawaban wanita itu. "Lalu kenapa tidak kau jawab saja panggilannya?"

"Biar ku hubungi saja nanti. Ayo." Béatrice mengajak Chavalier untuk kembali berjalan. Baru beberapa langkah ia berjalan, ponselnya kembali berbunyi. Ketika Béatrice melihat nama peneleponnya, ia melihat nama yang sama. "Biar ku angkat panggilan ini terlebih dahulu. Kau masuklah, aku akan menyusulmu." Kata Béatrice.

"Dari Zia Martha?" Chavalier kembali bertanya.

Béatrice mengangguk. "Aku akan kembali." Kemudian wanita itu berjalan menuju arah sebaliknya dan mengangkat panggilan itu. Chavalier mendesah dan mengikuti apa yang dikatakan Béatrice padanya. Ia masuk terlebih dahulu, meninggalkan Béatrice dan memberikan ruang untuknya.

Dan kini, Chavalier menginjakkan kakinya di tempat yang sama.

Beberapa bulan yang lalu, dan 5 tahun yang lalu. Tempat mereka saling meninggalkan. Namun Chavalier kali ini akan memastikan, tempat ini tidak akan menjadi tempat dengan sejarah yang sama. Ia akan memastikannya.

Bagi Chavalier, semuanya berawal dari tempat ini. Dan ia juga akan mengakhirinya disini.

The Garden of the Orange masih sama seperti terakhir kali ia datang. Hanya saja bedanya, tidak ada lagi cahaya matahari yang menyinari tempat ini. digantikan oleh cahaya rembulan di tengah-tengah taman yang gelap. Tidak ada lagi sekumpulan orang yang memenuhi tempat ini. Hanya ada mereka.

Entah kenapa pikiran itu membuat Chavalier merasa bahagia. Ia yakin semuanya akan berbeda.

"Jadi, kenapa kau membawaku ke tempat ini?" Béatrice muncul dan berdiri di samping Chavalier yang sedang melihat ke arah langit malam itu.

Chavalier menoleh padanya. "Apa yang terpikir dibenakmu ketika mendatangi tempat ini?" Pria itu balik bertanya padanya.

"Hmm." Béatrice memandangi sekeliling taman yang kosong itu. Ia berpikir. Kemudian dengan suara kecil ia menjawab. "Kau dan aku selalu berpisah. Tempat ini adalah tempat dimana kita selalu meninggalkan satu sama lain. 5 tahun lalu, dan waktu itu. Aku benar kan?" Ia membalas pertanyaan Chavalier dan menatap wajah pria itu.

Sebuah senyuman terbentuk di bibir Chavalier. "Kau benar. Kita terbiasa untuk meninggalkan satu sama lain di tempat ini." Chavalier mengiyakan. Lalu Béatrice merasakan Chavalier meraih tangannya kemudian menggenggam jemarinya. "Tapi mari kita membuat kenangan baru di tempat ini."

Perlahan tangan Chavalier yang bebas mengambil sesuatu dari saku jasnya. Memperlihatkan sebuah kotak beludru berwarna biru tua. Melihat benda yang berada di dalamnya, membuat dada Béatrice kembali terasa sesak.

Cincin Halo Vintage Style dengan sebuah berlian besar di tengahnya yang harganya mungkin setara dengan 1 tahun gajinya di DL.

Chavalier mengeratkan genggamannya pada jemari Béatrice dan menatap mata aquamarine itu yang berkaca-kaca. "Béatrice Amarillide Fontana. I may not be a perfect man. But I promise you, I'll do my best to make you the happiest woman in the world. I want to spend the rest of my life with you. Be mine?"

Jika saja ini adalah sebuah buku dongeng, air mata akan membasahi wajahnya. Dan ia mungkin akan langsung menerima lamaran pria itu dan memeluknya dengan erat. Saat ini, air matanya juga membasahi wajahnya. Namun untuk alasan yang berbeda.

"I'm sorry. I can't." Béatrice menjawab dengan suara kecil.

Tangannya mengembalikan cincin yang diberikan oleh Chavalier padanya. "Aku tidak bisa." Ujarnya.

Chavalier tidak bisa berkata-kata. Ia berpikir ia salah mendengar. "Aku pasti salah mendengar." Kata Chavalier. "Kau tadi.. Berkata apa?"

"Aku tidak bisa menerimamu, Val." Béatrice mengulangi apa yang dikatakannya. "Aku tidak bisa menerima lamaran ini."

Pria itu menggeleng. "Tidak, Bee. Kau pasti salah. Barusan kau ingin berkata bahwa kau menerimaku bukan? Kita akan segera menikah, iya kan? Bilang padaku bahwa kau salah, Bee. Ku mohon." Pinta Chavalier.

Béatrice tersenyum kecil. "Aku tidak salah, Val. Aku menolakmu."

"Tapi kenapa?" Chavalier menolak untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. "Apa karena kau mengetahui apa yang ku katakan soal Ed dan aku? Percaya padaku, Bee. Aku melakukannya demi kita, Ed yang menerimamu karena pertimbangannya. Atau kau merasa ini terlalu cepat? Aku bisa menunggumu, Bee. Beberapa tahun tidak masalah untukku."

Perlahan Béatrice melepaskan genggaman Chavalier pada tangannya dan menatap mata Chavalier yang berkaca-kaca. Air mata Béatrice sekarang sudah mengering. Ia tidak bisa lagi menangis. Ia tak layak untuk menangisi perkataannya. "Aku tidak akan kembali padamu, Val. This will be the end for us."

Chavalier merasakan kekosongan di dalam dirinya. Seperti ada sebuah lubang besar di dalamnya, dan yang tersisa hanyalah kekosongan. Terlebih lagi ketika wanita itu kembali berkata padanya. "Aku baru menyadari, Val. Aku tidak pernah mencintaimu."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now