VENTITRÉ

2.2K 151 1
                                    

Pryce meneguk Sauvignon kesukaannya dengan nikmat.

Ia melihat bulir air yang mengalir dari sudut gelas wine miliknya dan tersenyum. "Apa hari ini kau sedang bahagia, Pryce?" Tanya Candice, salah satu dari dua wanita cantik yang menemaninya malam ini. "Iya, sepertinya kau dalam mood yang bagus. Apa kau ingin bercerita pada kami, amour?" Sofia ikut bertanya pada Pryce sambil menyentuh dada Pryce naik turun.

"Aku senang. Hari ini aku berada 1 langkah di depan musuhku. Aku berhasil membuat dirinya kacau." Pryce bercerita pada keduanya. Candice menuangkan wine lagi pada gelas wine milik Pryce yang mulai kosong. "Oh, iya? Bagaimana?" Tanyanya penasaran.

Pryce meminum wine-nya. "Kau tidak perlu tahu." Ia mendekatkan wajahnya dan melumat bibir merah Candice.

Ia menjauhkan bibirnya dari bibir Candice. Ia kemudian mengangkat gelasnya. "Ayo, kita bersulang. Untuk kesuksesnya rencanaku untuk membalas dendam." Pryce berkata. "Bersulang!"

"Bersulang!" Candice dan Sofia membalas bersamaan.

Gelas mereka bertiga berdenting dan mereka minum bersamaan. Setelah itu mereka tertawa bahagia untuk merayakan kesuksesan rencana Pryce. Pryce pun merangkul pundak kedua gadis itu kemudian tertawa bersama mereka.

Tiba-tiba seseorang menerobos masuk ke dalam ruangan private milik Pryce. Wanita-wanita itu berteriak terkejut.

"Sialan!"

Tanpa Pryce sadari, orang itu langsung menerjang dan memberikan tinjuan di wajah Pryce. Gelas-gelas minuman dan botol wine terjatuh dan pecah. Ruangan itu menjadi sangat kacau. Candice dan Sofia bergerak menjauh ke sudut ruangan, menjauhi kedua pria yang sedang berkelahi itu.

"Brengsek! Apa yang sedang kau lakukan?!" Pryce mendorong pria itu menjauh darinya dan memukulnya kembali. Ia kemudian menyentuh sudut bibirnya dan kemudian menyadari adanya darah di sudut bibirnya. "Sialan kau, Chavalier!" Umpatnya.

Chavalier melangkah mundur. Nafasnya terengah karena amarah. Ia juga menyentuh wajahnya lalu menemukan sudut bibirnya yang sobek.

"Aku tahu kau sengaja melakukan ini." Chavalier berkata dengan marah. "Kau sengaja mengadu domba aku dan Béatrice. Ia tidak datang menemuimu tadi."

Pryce tertawa mengejek dengan wajahnya yang lebam dan sudut bibir yang berdarah. "Aku tidak pernah bilang bahwa ia datang menemuiku." Ejeknya. "Kau bodoh. Cintamu pada Béatrice kesayanganmu itu membuatmu bodoh. Itu sebabnya aku bisa dengan mudah mengalahkanmu 5 tahun yang lalu. Dan hari ini, hal itu kembali terulang."

"Bajingan!" Teriak Chavalier. "Jauhi Béatrice. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu lain kali jika kau kembali melakukan hal bajinganmu itu."

Tawa Pryce kembali memenuhi seisi ruangan. "Menjauhi Béatrice? Hahahah." Pryce menertawakan Chavalier. "Tidak mau. Justru melihat dirimu yang menggila seperti ini membuatku sangat bahagia."

"Dan kau tahu, Chavalier? Aku masih belum selesai dengan semua ini." Kata Pryce pada Chavalier. "Aku akan membuatmu menderita. Tidak. Kau dan juga wanita sialan itu. Kalian berdua akan menderita. Aku bersumpah akan membuat kalian tidak bisa mendapatkan akhir bahagia kalian. Itu adalah bayaran yang setimpal atas sikapku yang merendahkanku."

Chavalier berdecih. "Akhir bahagia?"

"Biar ku beri saran padamu, Pryce Velasco." Chavalier berjalan ke arah Pryce. "Jaga tingkat bajinganmu itu."

"Bagaimana jika seluruh Italia tahu bahwa Pryce Velasco, putra dari Guisippe Velasco adalah seorang peminum dan bahkan ditemukan bersama 2 orang pelacur?" Ia melirik ke arah dua wanita di sudut ruangan yang menatapnya takut-takut. "Bukankah nanti ayahmu bisa tidak terpilih menjadi presiden Italia selanjutnya?"

Pryce tersenyum miring. "Ancaman itu tidak berpengaruh padaku, Orlando."

"Benarkah?" Chavalier mengangkat sebelah alisnya lalu ikut tersenyum miring. "Bagus kalau begitu. Aku sangat siap melihat bagaimana reaksimu ketika ada artikel tentang dirimu yang akan di rilis besok pagi."

Ia menepuk pundak Pryce kemudian berkata dengan suara rendah. "Bukankah seluruh rakyat Italia akan tertarik?"

Kemudian ia pun berjalan meninggalkan ruangan dan melirik sekilas ke arah dua wanita 'teman' Pryce. "Ku sarankan kalian berhati-hati dengan Tuan-mu, nona-nona. Mungkin sebentar lagi ia akan menunjukkan taringnya."

Candice dan Sofia saling bertukar pandang kemudian menatap Chavalier yang telah meninggalkan ruangan.

Sofia yang pertama memberanikan diri dan mendekati Pryce terlebih dahulu. "Sayang, siapa pria itu?" Tanyanya.

Pryce yang sedang geram, tidak menanggapi pertanyaan Sofia. Ia mengepalkan tangannya kemudian memukul gelas kaca yang tersisa di meja. Baik Candice maupun Sofia sama-sama terkejut.

Mereka berdua menghampiri Pryce lalu menyentuh tangannya yang terluka. "Astaga. Pryce, lihat tanganmu. Tanganmu berdarah." Kata Candice sambil melihat tangan Pryce yang terkena pecahan kaca. Beberapa serpihan kecil juga menancap ditangannya.

"Ayo, biar ku obati. Nanti jika tidak.."

"Diam!" Teriak Pryce pada kedua wanita itu.

Keduanya menjauhkan tubuh mereka dari Pryce dan berjalan mundur. "Pryce.." Panggil Sofia dengan takut-takut.

"Sudah ku bilang diam, sialan!" Umpat Pryce kembali. Ia mengepalkan tangannya yang terluka lalu menatap kedua wanita itu. "Pergi kalian! Tinggalkan aku sendiri!"

"Ta.. Tapi, Pryce."

"Pergi!" Bentaknya. "Apa kalian tidak mendengar apa yang ku katakan? Aku ingin sendirian."

Akhirnya Candice dan Sofia berlari dengan cepat untuk meninggalkan ruangan itu. Kini Pryce sendirian di dalam ruangan dengan kondisi yang sangat berantakan. Ruangan yang hancur, wajahnya yang babak belur, dan emosinya yang memuncak.

"Sialan, Chavalier." Umpatnya. "Aku tidak akanmembiarkan ini begitu saja.";=g

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now