VENTIDUE

2.4K 159 1
                                    


"Kita sudah sampai, Signorina."

Béatrice menggangguk. Ia melihat rumah yang dahulu ia tinggali selama 1 tahun. Tetap tidak berubah. Rumah ini tetap sama bahkan ketika Béatrice meninggalkan rumah ini dan memilih untuk tinggal di Venezia bersama bibinya.

"Apa saya perlu untuk mencari tempat parkir?" Tanya supirnya.

Ia menggeleng. "Itu tidak perlu. Tunggulah disini bersama Mary. Aku hanya akan mampir sebentar. Setelah itu kita akan langsung kembali ke Milan."

Pintu mobil dibuka olehnya dan kemudian ia menekan bel rumah. Seorang nenek berusia hampir 70-an berjalan menuju pagar rumah lalu membukanya. Nenek itu sangat terkejut ketika melihat kedatangannya. "Nonna!" Sapa Béatrice.

"Ya, Tuhan. Cucuku, Bee." Carla bergerak memeluk Béatrice dengan erat. "Bagaimana bisa kau berada disini, Nak?"

"Aku datang untuk urusan bisnis di Roma. Dan aku ingin mengunjungimu sebentar sebelum aku kembali ke Milan."

"Ah, iya." Carla melepaskan pelukannya dari Béatrice. "Ku dengar kau memang pindah ke Milan. Kau mendapat pekerjaan disana ya? Aku mendengarnya dari Martha." Béatrice mengangguk. "Iya, aku harus mengurus klien hari ini."

Carla mengangguk mengerti. "Kalau begitu kau ingin masuk?"

Béatrice tersenyum. "Boleh. Tapi aku tidak bisa lama-lama, aku harus segera kembali." Kata Béatrice. "Tidak apa-apa. Setidaknya kau harus minum Campari (1) buatanku sebelum kau kembali ke Milan. Bagaimana?" Tanya Carla. Béatrice mengangguk. "Tentu saja. Dengan senang hati, Nonna."

Mereka masuk ke dalam rumah Carla yang sederhana. Ketika melihat rumah itu kembali Béatrice tersenyum.

"Kamarmu belum berubah sama sekali, Bee. Aku tidak merubahnya karena ku pikir kau akan memerlukan kamar itu jika kau ingin datang sesekali." Carla berkata dari dapurnya ketika ia melihat Béatrice membuka kamar yang ditempatinya 5 tahun yang lalu. "Bolehkah aku melihatnya?" Tanya Béatrice.

"Tentu saja. Itu kan kamarmu. Tenang saja, kamarnya masih sering ku bersihkan."

Béatrice masuk ke dalam kamar itu. Ia melihat tempat tidur single bed yang dipakainya untuk tidur dan mengerjakan tugas. Ada boneka-boneka miliknya yang ia tinggalkan ketika ia kembali ke Venezia. Iseng, Béatrice membuka lemari pakaiannya. Dan isinya tentu saja kosong. Hanya terdapat topi dan baju-baju sekolahnya 5 tahun lalu yang ia tinggalkan disana.

Ia mengambil kemeja sekolah miliknya dan melihat tanda nama disana. Béatrice Amarillide Fontana.

Kemudian ia membuka saku di kemejanya dan melihat sebuah jepitan. Béatrice mengambil dan menggenggam jepitan itu.

Béatrice ingat bahwa ia meninggalkan jepitan ini ketika ia pergi ke Venezia. Ia memutuskan untuk tidak membawa benda ini dan seluruh hal yang berhubungan dengan sekolah lamanya. Jepitan ini juga salah satunya.

"Aku membeli ini untukmu. Ku rasa kau akan cocok memakai jepitan ini, warnanya sangat sesuai denganmu. Aquamarine."

"Ada apa dengan aquamarine?" Bisik Béatrice.

"Warna matamu, Bee. Kau memiliki warna aquamarine di matamu. Tidakkah kau menyadarinya?" Carla mengejutkannya dengan tiba-tiba muncul di dalam kamarnya. "Ah, Nonna." Béatrice segera mempersilahkannya masuk dan Carla duduk di atas ranjang bersama dengan Béatrice.

Ia tersenyum ketika menerima segelas Campari yang diberikan Carla. Béatrice meminumnya sedikit demi sedikit.

"Kau mempunyai mata aquamarine yang indah. Persis seperti ayahmu."

"Benarkah?" Béatrice tertawa kecil. Ia kembali meminum Campari tanpa banyak bicara.

"Iya. Memangnya kau tak pernah memperhatikan dirimu sendiri?" Tanya Carla. Béatrice hanya tersenyum kemudian menggeleng. "Aku tidak pernah terlalu memikirkan diriku sendiri, Nonna. Ada banyak hal yang harus aku pikirkan selain tentang mataku sendiri."

Carla mengelus puncak kepala Béatrice. "Kalau begitu, cobalah sesekali lakukan apa yang kau butuhkan bukan apa yang kau pikir kau butuhkan." Carla berkata.

Béatrice terdiam dan berhenti minum. Carla memperhatikan hal itu. "Kenapa? Apa kau memiliki masalah?"

Ia hanya menggeleng. Kemudian kembali meminum Campari untuk menghindari pertanyaan neneknya. "Hmm, Nonna." Panggil Béatrice.

"Ya?"

"Apa dahulu semasa Nonna dekat dengan Nonno, Nonna pernah merasa sakit hati pada Nonno?"

Carla tersenyum kemudian menatap langit-langit ruangan cucunya. "Tentu saja. Aku pernah merasa sakit hati sampai membenci Nonno-mu ketika masih muda dulu."

Béatrice menoleh ke arah Nonna-nya. "Benarkah?"

Neneknya mengangguk. "Dahulu, waktu kami masih muda, Nonno-mu membohongiku. Aku tidak ingin menceritakan detailnya padamu tapi intinya aku merasa ditipu olehnya. Aku sakit hati, tidak ingin menemuinya. Lalu aku membencinya." Carla tersenyum saat mengingat kenangannya bersama mendiang suaminya. "Saat itu adalah masa-masa sulit dalam hubungan kami berdua."

"Kalau begitu bagaimana kalian bisa kembali bersama?"

"Karena kami saling mencintai." Jawab Carla. Ia kembali menatap pada Béatrice dan tersenyum. "Kami berdua percaya bahwa apa yang memang ditakdirkan bersama maka tidak ada suatu apapun yang dapat memisahkan."

Carla pun kembali melanjutkan. "Aku menyadari sesuatu ketika itu." Ujar Carla. "Aku merasa sakit hati dan membencinya justru karena aku mencintainya. Karena tidak akan menjadi sehancur itu jika aku tidak memiliki perasaan yang mendalam. Kau pernah mendengar perkataan ini? 'Loving is hurt', itu yang orang-orang katakan."

Béatrice mendesah. "Jadi setelah itu, apa yang kalian lakukan?"

"Menunggu." Carla tertawa. "Tidak ada yang lebih baik dari menunggu waktu yang tepat. Because everything will be beautiful in its time. Dan sesuatu yang dipaksakan tidaklah baik juga."

Carla menggenggam tangan Béatrice. "Bee, percaya saja. L'amour trova la strada."

Pandangan Béatrice menjadi kosong. Bibirnya tersenyum tipis. "Cinta menemukan jalannya."

(1): Campari, minuman beralkohol dan dikategorikan sebagai minuman pahit yang dibuat dengan merendam campuran rempah-rempah rahasia dalam alkohol.

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now