TRENTASETTE

1.4K 101 10
                                    

"Bee, berhentilah melihat ponselmu."

Suara Chavalier mengalihkan Béatrice dari layar ponselnya. Chavalier memandangnya dengan tatapan tidak suka dan Béatrice mengerutkan keningnya, tidak mengerti mengapa reaksi Chavalier menjadi seperti itu. "Aku hanya mengirimkan pesan pada Mary. Memastikan bahwa semua urusan yang ku tinggalkan di Italia tidak ada masalah."

Chavalier kemudian merebut ponsel Béatrice. Wanita itu terkejut dengan apa yang dilakukannya. "Apa yang kau lakukan? Cepat kembalikan ponselku. Ini sangat tidak lucu, Val." Protesnya.

Bukannya mengembalikan ponsel Béatrice seperti yang wanita itu inginkan, Chavalier justru memasukkan ponsel Béatrice ke dalam saku celananya. "Tidak. Biar aku saja yang memegangnya. Aku hanya ingin memastikan bahwa perhatianmu hanya tertuju padaku." Chavalier membalas.

Perkataan Chavalier sukses membuat Béatrice tak bisa berkata-kata. Kemudian Chavalier tersenyum dan melanjutkan perkataannya. "Kau sudah menghabiskan makan malammu bukan? Kalau begitu ayo kita kembali ke hotel. Aku yakin kau lelah. Kau butuh beristirahat. Besok kita akan kembali melanjutkan acara jalan-jalan ini."

"Kau tahu?" Béatrice mulai berkata ketika ia telah menemukan suaranya kembali. "Aku kira sepanjang hari ini aku sedang berhalusinasi. Melihatmu muncul di depan apartemenku di Roma, terbang ke Belanda secara tiba-tiba dan tiba di Amsterdam. Lalu, kau yang seperti bukan kau. Aku kira aku sedang bermimpi."

Perkataan Béatrice mengundang tawa bagi Chavalier. "Ini aku. Sungguh. Tentu saja kau tidak berhalusinasi. Hanya saja, mungkin kau harus terbiasa dengan sikapku yang seperti ini. Aku melakukannya untukmu."

"Apa maksudmu?"

"Tidak ada." Kemudian Chavalier dengan cepat menggandeng tangan Béatrice lalu membawanya ke luar dari restoran setelah meninggalkan sejumlah uang untuk membayar makanan mereka. Béatrice hendak protes tapi pada akhirnya ia memilih mengalah dan membiarkan Chavalier membawanya masuk ke dalam mobil.

"Kita jalan sekarang." Perintah Chavalier pada supir.

Béatrice menoleh pada Chavalier. "Kembali ke hotel?" Tanyanya.

Chavalier mengangguk. "Iya. Kau butuh istirahat. It is such a long day, and you must be tired. Is not it?"

Pada akhirnya Béatrice hanya mengiyakan dan melihat melalui jendela mobil. Pemandangan malam di Amsterdam. Kendaraan yang melintas, orang-orang yang berjalan sambil tertawa. Mau tak mau hal itu juga membawa senyuman di bibirnya.

Jarak dari restoran tempatnya tadi ke hotel tidaklah jauh. Mereka hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk kembali. Béatrice dan Chavalier menuju lantai 10 dimana 2 kamar mereka—satu untuk Chavalier dan lainnya untuk Béatrice—berada.

"Masuklah." Kata Chavalier ketika mereka sudah berada di depan kamar Béatrice yang tepat berada di seberang kamarnya.

Senyuman Béatrice mengembang. "Terima kasih untuk hari ini. Meskipun semuanya tiba-tiba, tapi aku senang berada disini bersamamu." Balas Béatrice. Chavalier ikut tersenyum. "Aku juga. Sekarang masuklah. Sudah malam."

Béatrice mengangguk. Namun sebelum ia benar-benar membuka pintu kamarnya, ia dengan perlahan mendekatkan wajahnya dan mencium pria itu dengan cepat. Ia tersenyum setelah melakukannya. "Sekarang kembalilah. Sampai jumpa. Tidurlah dengan nyenyak." Béatrice baru saja hendak masuk ketika Chavalier menahannya.

Secara tiba-tiba, bibir pria itu menyatu dengan bibirnya. Dan Béatrice bisa merasakan rasa pria itu di dalam bibirnya. Tanpa sadar, Béatrice tersenyum di sela-sela ciuman mereka. Chavalier memperdalam ciuman mereka. Kini keduanya saling mendekatkan diri satu sama lain. Béatrice mencengkram bagian punggung kemeja Chavalier.

Béatrice menghentikan ciuman mereka dengan nafas terengah-engah. Ia menatap mata Chavalier dan ia bisa melihat hasrat dalam tatapan mata itu.

Kemudian Chavalier kembali menyatukan kedua bibir mereka. Ciuman yang sebelumnya dimulai dengan lembut dan perlahan itu lambat laun berubah menjadi sesuatu yang tak bisa Béatrice kenali lagi. Béatrice bukan orang bodoh yang tidak mengerti kemana ini semua akan berakhir. Tapi tubuhnya mengkhianatinya.

She wants more.

Ciuman Chavalier kini turun ke bagian leher jenjang wanita itu. Béatrice tanpa sadar mendapati dirinya mendesah. Benar-benar mendesah. Ia tak mengerti perasaan ini. Rasanya seperti ada aliran listrik aneh yang menyengat di dalam dirinya. Tidak menyakitkan sama sekali. Namun justru malah membuatnya semakin menginginkan lebih.

Ditengah-tengah gelombang yang tengah mengombang-ambingkan dirinya, tiba-tiba perasaan itu menghilang. Benar-benar menghilang.

Béatrice merasa seperti telah kehilangan sesuatu.

Ketika ia membuka matanya, Béatrice mendapati Chavalier yang telah menjauhkan diri darinya. Pria itu memejamkan matanya dengan erat. Tampak seperti sedang menutup dirinya dari sesuatu. Atau mungkin sedang melawan sesuatu dalam dirinya sendiri.

Chavalier menghela nafas berat kemudian membuka matanya perlahan. Berhadapan dengan mata aquamarine milik Béatrice. "We should stop this." Ujarnya.

"Apa?" Béatrice bertanya di tengah-tengah kesadarannya yang belum pulih seluruhnya akibat hal yang barusan terjadi. Dengan bingung ia kembali bertanya. "Tapi... Kenapa?"

"It is not right. Kita tidak seharusnya melakukan hal ini. Belum waktunya."

"Tapi—"

Sebelum Béatrice menyelesaikan perkataannya, Chavalier menyentuh pipi kanan Béatrice dan tersenyum. "Aku mencintaimu. Kau tahu kan?" Tanya Chavalier.

Pertanyaan itu membuat kerutan di kening Béatrice semakin dalam. Ia sama sekali tidak mengerti. "Aku tahu." Jawab Béatrice padanya.

Chavalier menganggung dan tersenyum semakin lebar. "Good. Aku berjanji hal ini tidak akan terjadi lagi." Kemudian ia mencium kening Béatrice dengan lembut. "Kalau begitu, sekarang masuklah. Besok pagi aku akan kembali."

Setelah mengatakan hal itu, Chavalier sendiri bergegas masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan Béatrice yang masih berdiri di depan pintu kamarnya dengan perasaan kacau balau. Ia mengarahkan tangannya untuk menyentuh bibirnya yang membengkak akibat ciuman tadi. Ia menatap pada pintu kamar Chavalier yang telah tertutup rapat.

"Itu tadi.. Perasaan apa?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now