QUARANTUNO

1.4K 104 14
                                    

Hal pertama yang dilakukan oleh Chavalier saat kembali ke Italia adalah berusaha untuk membereskan kekacauan yang telah dibuat oleh Miranda. Ia membalik halaman dalam dokumen yang tengah dibacanya dengan frustasi.

"Apa tidak ada hal baik yang bisa kau tuliskan dalam laporan ini?" Chavalier berkata pada beberapa orang yang berada di ruangannya saat ini.

Juru bicaranya, Mark Anthony, pengacaranya, Finn Cooper, dan asistennya Dion saling bertatapan. "Apa yang telah dikatakan oleh Signorina Hudson bukanlah hal yang mudah untuk dibuktikan, Signore. Kita memerlukan bukti yang kuat untuk membuktikan bahwa kehamilan yang dikatakan olehnya adalah sebuah kebohongan. Mengatakan bahwa anda tidak melakukannya bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan." Finn Cooper menjawab.

"Apa yang dikatakan oleh pengacara anda benar, Signore. Saat ini, opini publik sangat tidak baik terhadap anda dan Signorina Fontana. Apapun yang anda katakan kepada media, mereka tak akan menyukainya. Terlebih lagi jika anda mengatakan hal yang buruk mengenai Miranda Hudson. Ini bukan ide yang bagus." Mark Anthony ikut menambahkan.

Chavalier menutup dokumen itu kemudian mengacak rambutnya dengan kesal. "Persetan dengan media, persetan dengan apa yang akan dikatakan oleh media. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya!" Bentak Chavalier kasar.

Dion memberanikan diri untuk membalas. "Maka mereka akan melakukan social bullying terhadap Signorina Fontana. Tepat seperti yang Signorina Hudson inginkan."

"Sayangnya hukum untuk social bullying ini belum diberlakukan di Italia. We can't do something about this issue. Jika anda melakukan press conference mengenai hal ini untuk melawan Miranda Hudson, ini yang akan dilakukan mereka terhadapnya."

Mendengar hal itu, Chavalier menutup matanya. "Jadi, dari semua ini kalian ingin berkata padaku bahwa tidak ada yang bisa aku lakukan?! Begitu?!" Bentaknya. "Kalau begitu segera cari bukti itu. Apapun! Yang bisa membuktikan entah Miranda berbohong tentang kehamilannya atau bayi di dalam kandungannya bukanlah anakku. Bawa bukti itu!"

Finn dengan sedikit ketakutan menjawab perkataan Chavalier. "Tapi, untuk membuktikan hal itu membutuhkan waktu, Signore. Untuk melakukan Prenatal Paternity Test paling sedikit dilakukan pada usia kandungan 7 minggu atau paling aman sekitar 9 minggu. Usia kandungan Signorina Hudson baru berusia 6 minggu. Dan tes tersebut membutuhkan waktu sekitar 1 bulan."

"Selain itu, untuk melakukan tes ini diperlukan persetujuan dan sampel langsung dari Signorina Hudson. Hal ini adalah yang tersulit."

"Apa yang harus ku lakukan? Kalian ingin aku diam dan tidak melakukan apapun begitu?"

Ketukan di pintu ruangan mengalihkan perhatian keempat pria yang berada di dalam ruangan tersebut. Finn, Mark, dan Dion menghela nafas lega karena mengira mereka bisa terlepas dari ketegangan yang menghantui mereka. Namun ketika pintu ruangan terbuka, ketegangan tersebut bertambah 2 kali lipat dibandingkan sebelumnya.

"Ada apa ini? Rapat strategi dadakan? Untuk melawanku?" Miranda Hudson masuk ke dalam ruangan tunangannya dengan santai tanpa memperdulikan tatapan gugup yang diberikan ketiga orang itu serta tatapan mengerikan yang diberikan Chavalier padanya.

Pria itu berusaha mengendalikan dirinya. Ia pun melipat kedua tangannya dan bersikap tenang. "Apa yang membawamu kemari? Apa kau terlihat disambut disini?"

Miranda melihat orang-orang disekelilingnya dan mengerti apa yang dikatakan Chavalier. "Kau benar, aku tidak disambut disini." Ia membalas dengan tenang. Miranda pun tersenyum dan ikut melipat kedua tangannya. "Ku kira aku memintamu untuk menemuiku ketika kau kembali. Kita punya banyak hal untuk dibicarakan, bukan begitu?" Miranda melihat ketiga orang itu, memberi isyarat pada mereka untuk pergi.

Chavalier tersenyum miring. "Kau benar." Pria itu berkata. "Kalian pergilah. Aku punya banyak hal untuk dibicarakan dengan Signorina Hudson."

Dion, Finn, dan Mark mengikuti perintah Chavalier dan pergi meninggalkannya berdua dengan Miranda. "Duduklah. Katakan apa yang ingin kau katakan kemudian pergilah dari sini."

Wanita itu menuruti Chavalier kemudian tertawa. "Kau terlihat buru-buru sekali. Apa sebegitu menyebalkannya tidak bisa mengalahkanku?"

"Apa sebenarnya yang kau inginkan dari semua ini?"

Miranda menyandarkan tubuhnya dan menyilangkan kedua kaki jenjangnya. Ia tersenyum. "Menikahlah denganku. Itu saja yang aku inginkan." Jawabnya.

"Kau tahu aku tidak akan pernah melakukan hal itu, Miranda. You're talking non-sense."

"Kalau begitu aku juga tidak akan pernah melepaskanmu. Kau tidak akan pernah mendapatkan jalan keluar dari masalah ini Chavalier. Berbicara pada publik? Itu malah akan memperburuk semuanya. Béatrice-mu akan lebih menderita dibandingkan yang kau bayangkan. Kau tidak pernah tahu bagaimana kekuatan publik bukan?" Miranda mengubah ekspresinya. "Menakutkan." Lanjutnya.

Ia kembali bersikap normal dan tersenyum pada Chavalier. "Aku adalah solusi yang tepat, Chavalier. Aku. Dan hanya aku." Miranda berkata. "Menikahlah denganku maka aku akan memperbaiki semua hal yang rusak tentang Béatrice. Bersamaku maka keluargamu, perusahaanmu, bahkan kekasihmu akan aman."

Chavalier tertawa. "Well said, Miranda. Ku rasa kau jadi semakin pandai berbicara dan bernegosiasi sekarang. Kau bisa mengantikanku disini ketika aku meninggalkan posisi ini." Ia kemudian menegakkan tubuhnya dan mengubah ekspresinya menjadi serius. "Kalau begitu biar kau beritahu aku satu hal."

"Kehamilanmu. Apakah kau benar-benar tengah mengandung sekarang—entah siapapun ayah bayi itu, atau kau sedang memainkan sandiwaramu sekarang?"

Sekali lagi Miranda tertawa. Ia menegakkan tubuhnya dan tersenyum miring. "Tentu saja ini semua hanya sandiwara." Jawabnya dengan santai. "Aku hanya menginginkanmu Chavalier. Aku tentu saja tidak akan memberikan tubuhku kepada pria lain yang bukan kau apalagi tidur dengannya. Bukankah aku istri yang baik?"

Pria itu menatapnya tak percaya. "Jadi apa yang kau katakan di press conference waktu itu.."

"Tentu saja itu sebuah kebohongan." Miranda menjawab sebelum Chavalier menyelesaikan perkataannya.

"Kau—"

"Sudah ku bilang aku takkan melepaskanmu. Kau kira dengan mengumumkan bahwa pertunangan kita putus maka aku akan diam saja? Tentu saja tidak. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana cara menyiapkan bom yang lebih besar untuk menyerangmu." Ujar wanita itu. "Aku tidak akan membiarkan kau dan Béatrice hidup dengan tenang. Tidak, selama aku masih ada di dunia ini."

"Kau sudah gila. Obsesimu itu sudah diluar batas Miranda!" Bentak Chavalier.

Miranda berdiri dari kursinya. "Aku tidak peduli!" Teriak wanita itu histeris. "Semakin kau berusaha berlari dariku maka semakin aku berusaha untuk mendapatkanmu lebih keras lagi Chavalier."

"Sekarang kau tidak punya pilihan lagi, menikah denganku atau kehidupan kekasihmu akan ku buat lebih kacau dari ini. Pilihan di tanganmu."

Hi! Aku mau ngasih tahu kalo Aquamarine akan segera tamat. Mungkin yaa ga dalam waktu dekat ini, tapi kita udah memasuki tahap-tahap akhir dari novel ini. So, sadly, we have to say goodbye to Chavalier, Béatrice, Miranda, and Pryce. 

Nah karena ini udah mau penghabisan-penghabisan, ayo dong pada vote dan comment *hehehe*

Aku berterima kasih banget dan sangat appreciate buat kalian yang udah mendukung juga vote dan komen cerita ini. Buat kalian yang masih sider, yuk kasih dukungan kalian lewat vomment supaya aku juga semangat nulisnya.

Apapun itu, thank you yaa semuanya. See you on the next chapter *hopefully besok aku update yaa* bye guys!

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now