CINQUANTATROIS

1.4K 88 5
                                    

Italia bukan lagi tempat yang tepat untuk tinggal.

Butuh 6 bulan bagi Chavalier Deanthony Orlando untuk melarikan diri. Meninggalkan semuanya di Italia terasa sangat mudah bagi Chavalier ketika itu. Ia tak lagi memiliki apapun untuk dipertahankan. Pergi bukanlah hal yang sulit baginya. Tidak, ketika ia mengetahui bahwa wanita itu benar-benar menikah dengan orang lain. Tidak, ketika Chavalier telah kehilangan semua yang ia miliki.

Dan saat ini, kembalinya ia ke Italia bukanlah sesuatu yang ia nantikan. Sebaliknya, Chavalier membenci hal ini lebih daripada apapun.

Ia membenci Italia sebanyak ia membenci wanita itu.

"Signor Orlando. Senang bertemu dengan anda." Guissippe Scopio—Director of The IIER menyambutnya ketika ia tiba. Sekitar 5 orang lainnya juga ikut menyambut kedatangannya untuk menjadi salah satu pembicara yang terpilih untuk mewakili Italia dalam acara ICABMIT. Ayahnya, Daniel Orlando, sangat antusias mengenai hal ini. Daniel menganggap ini dapat mengangkat reputasi Cambiocasa untuk menjadi yang terdepan di seluruh Eropa.

Semua orang sangat bersemangat mengenai hal ini, tapi tidak sama halnya dengan Chavalier.

"Senang bertemu dengan anda." Chavalier menjabat tangan Scopio tanpa banyak berbasa-basi. Ia tidak ingin berbohong kalau ia senang berada di acara ini.

Scopio tersenyum. "ICABMIT tahun ini akan menjadi acara yang berkesan, Signor Orlando. Siapapun tahu jika proyek pertama anda sebagai CEO Cambiocasa untuk membangun real estate di Inggris merupakan proyek yang sukses besar. Bahkan dikatakan sebagai real estate terbesar dan termegah di dunia. Sungguh sebuah kehormatan bisa mengundang anda." Scopio sangat bersusah payah untuk dapat mendatangkan Chavalier Orlando untuk acara ini. Tidak ada yang pernah bertemu langsung dengannya sejak kepindahannya ke Amerika. Scopio benar-benar mengerahkan seluruh usahanya untuk ini.

Chavalier mengangguk dan berterima kasih. Ia segera mengakhiri basa-basinya dengan 6 orang yang menyambutnya tadi. Chavalier pun memilih untuk pergi ke restoran untuk mencari udara segar. Ia pernah mendengar bahwa Belmond Grand Hotel Timeo memiliki restoran dengan pemandangan laut Sisilia yang indah. Mungkin itu yang ia butuhkan.

"Benvenuto, Signore. Quanti tavoli?" (1)

"Table for one, please."

"Sure. This way, Sir." Kemudian pelayan tersebut mengarahkannya menuju meja yang ada di dekat jendela besar dengan pemandangan laut biru Sisilia. Chavalier berjalan mengikuti pelayan tersebut. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sesuatu yang sangat mengganggunya. Otaknya menyuruh dirinya untuk terus berjalan, namun tubuhnya tidak melakukannya. Hatinya justru membawanya untuk diam dan menatap wanita berambut gelap itu.

Pelayan yang tadinya berjalan di depannya kini menyadari bahwa Chavalier telah berhenti mengikutinya. Kemudian ia pun menghampiri Chavalier. "Ada masalah, Tuan?" Tanyanya.

Chavalier menjawab dengan tatapan yang masih tertuju pada wanita itu. "Bisakah kau meninggalkanku? Ada hal yang harus aku urus."

"Tentu saja." Pelayan itu pun akhirnya meninggalkan Chavalier yang masih berdiri di tempat yang sama. Menatap wanita yang kini tengah menatap Laut Sisilia dengan mata aquamarine-nya yang sama dengan warna gaun yang dikenakannya. Wanita itu terlihat sama. Menakjubkan. Ini sangat tidak baik bagi Chavalier.

"Kau membawa masalah bagi dirimu sendiri, Val." Gumam Chavalier pada dirinya sendiri.

Pria itu perlahan melangkah menuju wanita itu. Semakin dekat. Dan Chavalier merasa akan terbakar. Sama seperti ngengat yang terbakar karena terbang terlalu dengan api. Ini salah, kata Chavalier pada dirinya sendiri. Tapi kakinya berhenti tepat di depan meja wanita itu.

"Devo aver fatto un brutto sogno di vederti prima di me ora."(2) Chavalier berkata. Ia mengeraskan rahangnya setelah mengatakan hal itu.

Chavalier bisa melihat kening wanita itu berkerut setelah mendengar apa yang ia katakan. Kerutan kecil di keningnya mengganggu Chavalier. Ia ingin mencium kerutan itu. Apa yang baru saja kau pikirkan Chavalier?

"Mi scusi, quello che hai appena detto?"(3) Balasnya.

Wanita itu, Béatrice Fontana-Velasco terlihat terkejut melihat Chavalier yang berdiri di hadapannya. "You're here." Béatrice berkata dengan suara kecil. Chavalier merasa ia pasti salah melihat. Ketika mata aquamarine itu menatapnya, Chavalier melihat kerapuhan. Ia pasti salah melihat, bukan?

"Ya, aku disini. Dan hal itu membuatku berpikir, kesalahan apa yang aku buat hari ini hingga bisa bertemu denganmu?" Pria itu menjawab. "Ku rasa Italia sungguh kecil, iya kan? 6 bulan tampaknya bukanlah waktu yang cukup untuk melarikan diri darimu."

Chavalier menatap wanita di hadapannya. Dia bukan wanita yang sama, pikir Chavalier. Ia tidak lagi mengenali wanita yang kini berdiri dan mengulurkan tangannya pada pria itu. Chavalier juga tak lagi melihat kerapuhan di mata wanita itu. Ia pasti benar-benar salah. "How are you? Nice to see you again." Kata wanita itu kepadanya.

Semuanya terlalu mudah. Sangat mudah.

Béatrice—wanita itu—membuat semuanya terlihat sangat mudah. Ketika wanita itu tersenyum, seolah semuanya baik-baik saja. Ia berbicara padanya, menyapanya, dan mengulurkan tangannya pada Chavalier seolah tidak ada yang pernah terjadi.

Ia pasti salah karena mengira wanita ini adalah wanita yang dulu dicintainya.

"Aku tidak mengira kau akan datang. In fact, semua orang tidak mengiranya." Béatrice kembali berkata saat tak satu pun kata keluar dari bibir Chavalier. "Italia berubah banyak dalam waktu 6 bulan. Bukan begitu?"

Tidak, bukan hanya Italia. Wanita itu salah.

"Where is your husband?" Chavalier tidak membalas uluran tangan Béatrice.

"Business matters, as usual." Béatrice menjawab dengan tenang. Ia pun menurunkan tangannya dan menatap sekelilingnya. "Miranda? Apa ia tidak bersamamu?"

Chavalier tidak menjawab. Ia sibuk memikirkan tentang wanita di hadapannya. Senyum wanita itu, tidak lagi ia kenali. Ia sama sekali tidak mengenalnya. Chavalier harus pergi sebelum ia berpikir lebih jauh. "I shouldn't meet you here." Gumam Chavalier.

Béatrice tersenyum kecil di sisi lain. "No, you're wrong. We shouldn't meet at the first place."

"Meeting you is a mistake. We are one big mess here. Kisah yang tidak seharusnya dimulai. Menyelesaikan kisah ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan, don't you think?"

"Kita mengakhirinya dengan cara yang tepat." Wanita itu berkata. "This is how it ends."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang