SETTE

3.8K 233 0
                                    

Béatrice mengetukkan pensilnya ke atas buku miliknya yang belum terisi satu kata pun.

Saat ini ia berada di kelas miliknya untuk memakan bekal yang dibawakan oleh Nonna-nya dari rumah. Ia enggan pergi ke kantin karena ia tahu bahwa kantin akan sangat ramai dengan murid-murid dan ia ingin menghindarinya. Sebisa mungkin ia ingin menghindari kontak dengan murid-murid sekolah barunya, meskipun ia tahu itu tidak mungkin. Tapi setidaknya, meminimalisir itu lebih baik.

Béatrice mengganti lagu yang sedang didengarkannya dari iPod. Ia sengaja memasang lagu supaya ia bisa mengabaikan orang lain. Karena meskipun ini jam istirahat, masih ada beberapa siswi yang beberapa kali datang ke kelas.

Gondolí, Gondolà.

Lagu itulah yang kini terdengarkan olehnya. Membuatnya teringat malam ketika ia naik gondola 1 tahun yang lalu. Saat ia menemukan alasan baru untuknya hidup. Venezia.

Béatrice tersenyum mengingatnya.

Tiba-tiba seseorang mengetuk meja miliknya. Hal itu membuat Béatrice terkejut dan sadar dari lamunannya. Ia melepas headset dari telinganya lalu menatap orang yang melakukan hal itu. Ternyata teman semejanya. Val.

"Kau tidak ke kantin?" Tanya laki-laki itu.

Béatrice mengerutkan kening kemudian menggeleng. Apa urusan lelaki itu jika ia pergi ke kantin atau tidak, pikir Béatrice.

Dengan tiba-tiba, Val duduk di kursi sebelahnya—well, itu memang kursinya. Kemudian melihat apa yang dilakukan oleh Béatrice. "Hanya itu makananmu?" Val bertanya pada Béatrice dengan tatapan aneh. Béatrice melihat kearah yang sama dengan yang Val lihat. Tuna Sandwich buatan Nonna-nya. Apa yang salah dengan ini?

"Iya." Jawab Béatrice dengan singkat.

"Tuna Sandwich?"

Béatrice kembali mengangguk. Kemudian ia mengambil sebuah novel dari dalam tasnya serta memakai headset miliknya dan mengabaikan 'teman' disebelahnya ini. Novel yang sangat menarik menurutnya. Ceritanya tentang Venezia.

Val mengerutkan kening melihat dirinya diabaikan. Ia melihat apa yang dibaca oleh gadis itu. Aneh, covernya tentang Venezia. Apa gadis ini sangat menyukai Venezia? Penasaran, ia pun sedikit melirik isi bukunya. Sepertinya Béatrice sadar dengan apa yang dilakukan Val, ia pun sedikit merapatkan bukunya sehingga tak bisa dibaca oleh anak itu.

Val sedikit malu karena ia ketahuan mengintip, ia pun mengalihkan dirinya pada buku pelajaran. Ia membuka buku pelajaran miliknya.

Béatrice sedikit melirik Val yang membuka buku pelajarannya. Tapi mata Béatrice tertuju pada sesuatu yang ada di buku itu. Nama lengkap laki-laki itu.

Chavalier Deanthony Orlando

Chavalier? Béatrice sedikit mengerutkan kening melihat nama di buku tersebut. Nama itu mengingatkannya akan sesuatu. Tidak, lebih tepatnya pada seseorang. Val menyadari bahwa Béatrice melihat kearah dirinya, Béatrice pun kembali membaca novelnya.

Ia sedikit menggelengkan kepalanya. Ia pasti salah lihat.

Lagipula, kalaupun ternyata nama lengkap anak ini memang Chavalier, so what? Di dunia ini banyak orang yang memiliki nama yang sama bukan? Italia sangat luas, dan kemungkinan Béatrice sangat kecil untuk bisa bertemu laki-laki itu lagi.

***

"Jadi, Chavalier benar-benar melakukan apa yang diucapkannya."

Keempat teman Chavalier, Logan, Hugo, Georgio, dan Pryce kini berada di samping kelas menatap Chavalier dan gadis 'kampung' itu duduk bersampingan dari jendela kelas. Pryce menatap keduanya dengan serius, hingga Hugo menepuk pundaknya. "Apa yang akan kau lakukan? Sepertinya Chavalier benar-benar melakukannya." Kata Hugo.

Logan mendesah. "Sial. Aku baru saja membeli Harley Davidson terbaru itu 2 bulan yang lalu. Masa iya aku harus merelakannya pada Chavalier?"

Georgio terkekeh. "Beli saja lagi, apa susahnya?" Balas Georgio yang disambut tatapan tajam dari Logan. "That is limited edition, you bastard!" Logan meninju punggung Georgio tapi Georgio malah tertawa. Kemudian keduanya menatap Pryce. "Sudahlah, Pryce. Jangan bertengkar lagi dengan sahabat sendiri. Salahmu juga yang dari awal mengusik Chavalier."

"Benar. Kurasa tidak apa-apa lah kita kalah dan mengakhiri taruhan konyol ini daripada kehilangan persahabatan kita." Tambah Georgio. Logan memberikan hadiah pelototan tajam atas ucapan Georgio.

"Ck!" Pryce berdecak sebal dan menatap ketiga temannya. "Tidak bisakah kalian diam sedikit? Dimana sih rasa laki-laki kalian? Hanya sebegitu saja sudah mau mengalah. Ckckck." Tambah Pryce.

"Lalu, kau masih mau mengikuti taruhan itu bersama Val? Astaga, laki-laki dan egonya." Hugo menanggapi sambil menggelengkan kepalanya.

Pryce melipat kedua tangannya di depan dada. "Nah, bagaimana jika kita ubah sedikit permainan ini?"

"Maksudmu?" Teman-temannya saling berpandangan, tidak mengerti.

"Coba kalian bertaruh saja. Diantara aku dan Chavalier siapa yang bisa merebut perhatian gadis itu. Jika salah satu dari kita bisa menarik perhatiannya, maka orang itu yang menang."

Georgio menatap Pryce dengan bingung. "Hebat juga gadis itu. Dia jadi rebutan laki-laki tampan dan kaya ini." Berbeda dengan Georgio, Logan menanggapi dengan cara berbeda. "Pryce, apa kau harus sampai sejauh ini?" Ujarnya.

"Tunggu saja." Pryce hanya tersenyum miring. "Kurasa ini akan menjadi hal yang menarik."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Where stories live. Discover now