#3 Istri?

12.2K 729 5
                                    

Charlie POV

"Tidak! Tidak mungkin aku menjadikannya istriku!" Tolakku dengan lantang setelah mendengar ide gila dari para tetua kerajaan yang sedang berdiskusi di rumah kami.

Tetua kerajaan vampir atau yang biasa aku sebut sebagai ‘kumpulan pak tua pencampur urusan orang lain’. Sungguh. Mereka berisik, suka mencetuskan ide gila, dan suka memaksakan kehendak mereka sendiri. Mereka adalah vampir-vampir yang sudah ada sejak kerajaan ini berdiri. Tugasnya mendampingi dan mengayomi keluarga kerajaan. Membantu raja atau putra mahkota, namun  saat ini mereka lebih seperti sedang memerintahku dari pada membantu.

"Tapi, Yang Mulia, kristal marun sudah menyatu dengan tubuh gadis itu. Anda memang bisa menggunakan darahnya sebagai pengganti kristal, namun jika tubuh yang sudah bersatu dengan kristal itu berada jauh dari anda, jiwa anda tidak akan bisa tenang," ucap salah seorang tetua.

"Aku akan menghisab darahnya, bahkan memakannya agar ia tidak pernah jauh dariku. Tidak perlu ada pernikahan! Lagi pula, mana ada Raja Vampir menikahi manusia?!" Aku mengepalkan tangan. Bersiap untuk memukul salah seorang tetua yang saat ini tengah berdiri di sampingku. Spontan beberapa tetua yang lain langsung mencoba menghentikanku.

"Tidak bisa, Yang Mulia. Pernikahannya harus tetap dilangsungkan," ucap tetua yang lain dengan terbata-bata.

"Charlie! Sudahlah! Jangan terbawa emosi! Lakukan saja ini demi Ibumu, Aku, dan semua rakyat yang menderita," ujar Paman James sambil melayangkan tatapan tajam ke arahku.

Saat melihat tatapan Paman James, aku spontan melengos. Aku mendengus, kemudian mengambil langkah untuk pergi dari sana, namun Paman James menghentikan langkahku dengan menepuk pundakku.

"Tidak bisakah kita mengubah gadis itu menjadi vampir dulu?" tanya Paman James.

"Kita bisa merubahnya menjadi vampir. Meski nantinya ia bukan vampir murni, tapi yang terpenting dia punya kristal marun dalam tubuhnya.” Tetua itu diam sesaat. Matanya memandangku, seolah menunggu keputusanku. “Em… Bagaimana, Yang Mulia?”

Semuanya langsung terdiam. Ikut menunggu jawabanku.

"Baiklah, tapi aku ingin kamarnya dan kamarku dipisahkan. Aku juga tidak ingin dia diberikan fasilitas yang mewah. Aku sudah mempunyai calon pilihanku sendiri dan setelah penobatan ini dilaksanakan, aku akan menikahinya".

Bersamaan dengan kalimatku yang selesai, aku segera berjalan meninggalkan mereka semua. Tidak mau mendengar celotehan mereka yang tiada ujungnya. Aku lelah berdebat.

Aku masuk ke dalam kamarku, kemudian membaringkan tubuhku di ranjang nyamanku. Berharap dengan tidur, semua amarahku akan mereda.

Tunggu, ada sesuatu yang aneh.
Bagaimana ranjang ini terasa sedikit lebih kecil?

Aku pun membalik badanku untuk melihat apa yang membuat ranjang ini menjadi sempit. Rupanya, gadis manusia itu sedang berbaring di ranjangku. Badannya tertutupi selimut hingga aku tidak menyadari keberadaannya.

"Palet sialan! Dia tidak mendegar perintahku! Bajingan gila itu…" Aku terus menggerutu sambil menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, kemudian aku meletakkan selimut itu di pojokan ranjang. Aku tidak rela selimutku digunakan oleh orang yang sudah mencuri sesuatu dariku.

Aku menatap wajahnya yang masih terlelap itu. Pipinya yang masih mengeluarkan darah membuatku sungguh bergairah. Aku penasaran, bagaimana rasa darahnya itu. Maniskah? Semanis wajahnya?

Karena rasa penasaran yang semakin tinggi, aku pun mendekatkan wajahku ke wajahnya. Aku menelan ludah. Menatap wajahnya dengan cermat. Dari kedua matanya yang saat ini terpejam, turun ke hidung mancungnya, turun lagi ke bibir ranumnya, kemudian berpindah pada pipinya.

Dengan perlahan, aku menjilati pipinya yang terluka. Merasakan darah lewat luka buatan Palet itu. Awalnya, aku hanya ingin mencicipinya sedikit, namun rasa darahnya begitu unik. Begitu memabukkan. Begitu nikmat.

Ah, jika terus begini, aku bisa hilang akal!

Aku pun menyudahi acara menjilat itu. Aku menjauhkan wajahku darinya. Dan aku bagai tengah tersihir, kini mulai memperhatikan tubuhnya dengan teliti.

Luka dan lebam disekujur tubuhnya terlihat sangat indah dimataku. Bajunya tak layak pakai karena sudah dipenuhi noda. Rok selututnya juga sedikit sobek, menampakkan paha putih dan mulus yang mungkin memang ia rawat.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]On viuen les histories. Descobreix ara