#17 Kelepasan

6.6K 467 3
                                    

Charlie POV

"Siapa yang memberimu izin untuk mengatakan hal itu di ruang takhta hari ini?" tanyaku sambil mencengkeram bahu Kiara. Dia membuatku sangat kesal hari ini. Tindakannya bisa membuat Duke Abelano dendam dan memberontak suatu saat. Jika Abelano sialan itu membalas dendam kepadaku, tidak masalah karena aku bisa mengatasinya, namun bagaimana jika dia membalas dendam kepada Kiara? Apa dia tidak pernah memikirkan itu sebelum mencetuskan ide bodoh itu? Apa lagi pada tetua mendukungnya, sehingga aku mau tidak mau harus mengiyakan usulannya itu.

"Aku bertanya kepadamu, siapa?!"

"A-aku hanya i-ingin membantu"

Badan Kiara gemetar. Dapat aku rasakan perasaan takut dalam hatinya, namun rasa takutku lebih besar dari pada itu. Aku tidak mau dia membahayakan dirinya seperti tadi.

"Aku tidak memerlukan bantuanmu, Kiara Victora Lacynda!! Apa kau tau, apa yang akan dilakukan vampir yang tidak menyukai idemu? Dia akan mengincar dan membunuhmu!".

Kiara langsung menundukkan kepalanya saat mendengar teriakanku. Itu membuatku semakin kesal. Padahal aku sudah pernah bilang padanya bahwa aku tidak menyukai orang yang tidak menatap lawan bicaranya.

"Dari mana kau belajar bicara lantang seperti itu?"

"A-ayahku"

Aku menghembuskan napas kasar. Harusnya aku tahu. Vincent si werewolf itu pasti memberi pengaruh buruk kepada Kiara.

"Jika kau selalu mendengarkan ayahmu, kenapa kau tidak tinggal bersamanya saja?" sindirku.

Kiara tiba-tiba mendongakkan kepalanya. Dia menatap kedua mataku. "Kau mengusirku?"

"Tidak, Kiara. Aku hanya tidak suka kau bersikap sok seperti tadi"

Air mata gadis itu keluar. Ia terus menangis sambil menatap kedua mataku, membuatku merasa bersalah karenanya. "Aku tidak bersikap sok. Ayahku mengajarkan aku begitu agar aku tidak diinjak oleh orang lain".

Aku sedikit terkejut saat melihat tangan kananku yang masih mecengkeram bahu Kiara. Aku pun langsung melepaskan cengkeramanku itu. Aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana bisa aku tidak sadar sudah mencengkeram lengan Kiara dalam waktu lama? Itu pasti terasa menyakitkan, namun disaat yang sama aku juga heran, kenapa dia diam dan tidak berusaha melepaskan cengkeramanku. Dia selalu saja bersikap sok kuat. "Ini yang aku maksud! Berhentilah bersikap sok kuat. Vampir disini itu sangat licik, Kiara. Mereka bisa membunuhmu"

"Kau lupa ya... Kau juga vampir, Charlie!"

Aku tertegun. Ucapan Kiara tidak salah. Aku juga termasuk vampir licik yang bisa membunuhnya kapan saja, karena itulah aku memperingatkannya. Aku tidak ingin dia dilukai oleh seseorang. Setidaknya seseorang selain aku.

Aku dengan segera menarik tangan Kiara sehingga tubuh kami berdekatan, kemudian mendekatkan wajahku pada bahunya. Aku merasa bersalah saat melihat bahunya yang memerah karena bekas tanganku. Aku sungguh tidak sadar telah melakukan hal itu, namun satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah memindahkan rasa sakitnya. Aku pun menjilati bahunya. Sesekali aku melirik wajah Kiara yang masih menangis. Entah kenapa tapi dadaku terasa sakit saat melihatnya. Aku tidak suka melihatnya menitikkan air mata.

Setelah selesai memindahkan rasa sakit di bahunya, aku bergerak menjilat pipi Kiara. Aku juga ingin memindahkan rasa sakit yang membuatnya menangis, namun sepertinya tidak bisa. Aku berulang kali menjilati air matanya, tapi dia tidak berhenti menangis. Dia justru semakin sesenggukan dan mendorong tubuhku.

"Kenapa?"

"Kau yang kenapa?! Kenapa kau melukaiku jika akhirnya kau juga yang menyembuhkannya? Apa itu lucu bagimu?" tanya Kiara sambil mengarahkan jari telunjuknya padaku.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now