#5 Moroi, Dhampir dan strigoi

8.1K 559 4
                                    

Kiara POV

"Jangan menangis," ucap pria itu.

Aku hanya tersenyum tipis sebelum kemudian menepis tangannya. Dia adalah pria dengan hawa menakutkan yang ikut menyiksaku di malam itu. Aku tidak akan pernah melupakan bagaimana cara dia menggoreskan belatinya di pipiku. Bahkan hingga saat ini, luka di pipiku masih terasa perih.

"Kau tersiksa disini, huh?" tanya pria itu.

Dia menyandarkan kepalanya ke dinding di sebelah tempatnya berdiri, kemudian dia memandangku dengan penuh rasa kasihan.

“Kau juga vampir, ya?”

“Tidak”

Jadi, dia bukan vampir? Apa dia manusia sepertiku?

"Kau juga dibawa kesini sebagai istri?"

"Tidak," jawab pria itu sambil memberiku pandangan aneh. Ia pun mulai menegakkan badannya, kemudian dengan perlahan duduk di kursi yang ada di sampingku. Matanya menyipit.

Aku menelan ludah. Sedikit bergeser menjauh darinya. Bersikap siaga, takut dia melukaiku lagi.

"Aku vampir, tapi bukan vampir murni"

Ucapannya sukses memmbuatku bingung. Membuatku menatapnya heran. Meski rambut gondrongnya menutupi sebagian matanya, namun aku bisa melihat dengan jelas warna matanya.

Ia punya mata berwarna coklat tua, dengan bulu mata lentik. Dia memang tampan, apa lagi dengan hidungnya yang mancung dan senyumannya yang manis, ia pasti bisa menjadi seorang artis jika pergi ke ibu kota. Sayangnya, wajah tampannya itu tidak sesuai dengan tindakannya. Kepribadiannya juga buruk.

Kami saling menatap sambil menyipitkan mata. Memandang aneh satu sama lain, juga sedikit bingung.

"Aku tak mengerti," ucapku sambil menggelengkan kepala.

"kemarilah, akan kutunjukkan padamu," ujarnya sambil mengulurkan tangan kanannya padaku. Hal itu membuat aku kebingungan.

Menyadari kebingunganku, pria itu pun menghembuskan napas panjang sambil memutar bola matanya. "Ayo, berikan tangan kirimu".

Dengan sedikit ragu, aku pun membalas uluran tangannya. Aku memberikan tanganku dengan sangat waspada. Bersiap jika nanti ia malah menipuku dan kembali menyiksaku.

Pria itu menggenggam tangan kananku. Tangannya sedikit dingin. Aku mengamati tangan kanannya dengan saksama dan mendapati beberapa bekas luka di tangan itu.

Itu hanya bekas luka, namun entah mengapa memandangnya terasa menyakitkan. Mungkin itu juga alasan kenapa tangannya terasa kasar saat menyeka air mataku. Aku jadi penasaran, apa yang ia lakukan hingga mendapat luka seperti ini.

"Pejamkan matamu!"

Aku menuruti perintahnya. Memejamkan mataku secara perlahan. Aku tidak peduli jika dia menyiksaku lagi setelah ini. Toh, setelah 6 hari lagi, mungkin hidupku akan lebih buruk dari pada berada di neraka.

Setelah aku memejamkan mata. Tiba-tiba, aku merasa hawa di sekitarku berubah. Padahal aku yakin aku sedang memejamkan mataku, namun saat ini mendadak aku bisa melihat sesuatu.

Aku melihat beberapa orang yang tengah menggunakan pakaian kuno sedang membicarakan sesuatu dengan serius. Dari fisiknya, mereka terlihat seperti manusia, namun sedikit aneh. Mereka memiliki taring panjang dengan kulit putih pucat.

Tepat di belakang mereka, aku juga melihat seseorang yang tengah memegang busur dan panah. Orang yang satu ini lebih terlihat normal dari beberapa orang yang berpakaian kuno tadi. Tak lama setelah itu, ia kemudian berancang-ancang untuk melepaskan anak panahnya. Matanya terlihat dipenuhi oleh kebencian. Ia tersenyum sebelum akhirnya melepaskan anak panahnya kepada sekumpulan orang berkulit pucat itu.

Bluss

Anak panah itu sukses menembus dada 2 orang sekaligus. Seketika itu pula kedua orang itu membeku, seakan berubah menjadi batu, lalu dengan hitungan detik hancur menjadi abu. Kumpulan orang yang melihat kedua temannya berubah menjadi abu itu menjadi marah. Mereka berteriak, kemudian menampakkan iris semerah darah. Jika  diamati lebih lama, iris itu terlihat mirip seperti milik Charlie, si calon raja vampir. Kini aku sadar. Kumpulan orang yang tengah memakai baju kuno, berkulit pucat, dan bertaring itu pasti vampir.

Para vampir menyeramkan itu langsung bergerak mendekat ke arah manusia yang menusuk kedua temannya tadi, tapi tiba-tiba ada ratusan orang datang dari arah berlawanan. Mereka datang membawa obor dan beberapa senjata mematikan.

Menyadari bahwa mereka sudah terdesak, vampir-vampir itu segera berlari secepat angin, kemudian menghilang di bawah sinar bulan. Sedang orang-orang yang tengah memegang obor bersorak girang. Mereka terlihat seperti merayakan kepergian vampir-vampir itu.

Tak lama kemudian, pandanganku kembali gelap. semuanya menghilang. Hingga tiba-tiba muncul cahaya dari kejauhan. Secara perlahan, cahaya itu mendekat padaku. Cahaya itu sangat terang hingga aku merasa silau dan mengerjapkan mataku, namun tak lama setelah itu, aku bisa melihat sesuatu.

Aku berada di dalam kamar tidur yang tidak aku ketahui siapa pemiliknya. Awalnya, aku berasumsi bahwa tidak ada seorang pun yang ada di kamar itu hingga aku mendengar suara tangis seorang bayi.

Aku pun menoleh ke sumber suara itu. Aku melihat seorang bayi perempuan yang wajahnya memerah karena sedang menangis kencang. Bayi itu begitu kecil, hingga membuatku merasa gemas padanya.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now