#35 Ozzy

5.2K 367 3
                                    

Charlie POV

"Kau masih memikirkannya?" tanya Kiara seraya mengancing kemeja yang melekat di tubuhku.

Aku tersenyum, lalu mengangguk cepat. Dari kemarin malam, aku tidak henti-hentinya mencari cara agar Ozzy mau menerimaku, sebab hari ini dia akan pulang ke rumah. Tidak terbayang seperti apa reaksinya jika dia tahu selama 2 hari ini aku tidur bersama Kiara. Terlebih lagi, Ozzy tidak terlihat seperti anak yang tidak bisa diajak bicara baik-baik, dia pasti akan langsung mengajakku berduel.

Mataku memperhatikan Kiara yang tengah fokus mengancingkan kemejaku saat ini. Kepalanya sejajar dengan dadaku, membuatku dapat mencium aroma rambutnya yang wangi.

"Kiara, bagaimana bisa setiap inci dari tubuhmu selalu terlihat indah?" bisikku.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, Kiara menatap mataku, kemudian bertanya, "kau yakin tidak ingin kembali, Charlie? Akan jadi apa kerajaanmu?"

"Para orang tua itu akan mengurusnya. Mereka masih melakukan perbaikan di kota-kota yang disentuh Zycka... Lagi pula, aku ingin menebus semua dosaku padamu, juga anak-anak"

"Tebus dosamu pada Tuhan!" seru Kiara sambil memukul pelan dahiku.

"Kau tahu, aku tidak percaya Tuhan".

"Dan kau tahu, kekasihmu ini sangat mempercayai tuhan" ucapnya sambil terkekeh kecil dan berjalan menuju pintu kamar ini.

Kiara, kau membuat jantungku berdetak kencang saat ini dan kau justru ingin pergi?

"Baiklah, pengikut Tuhan yang setia" kataku sambil berjalan beberapa saat, kemudian memegang tangannya.

Gerakanku itu sukses menahan Kiara yang hampir membuka pintu. Kiara langsung membalikkan badannya, membuat mata kami saling bertatapan. Setelah itu, Dia mengangkat kedua alisnya, seolah tengah bertanya apa yang sedang aku lakukan saat ini.

"Katakan, Kiara, apa yang bisa istri lakukan agar mendapatkan kedudukan yang tinggi di mata Tuhan?"

"Eum... Membahagiakan suaminya"

Setelah menjawab pertanyaanku, Kiara terkekeh kecil. Itu membuatku frustrasi. Aku heran bagaimana wanita ini bisa tertawa senang saat jantungku sedang berdetak kencang seperti sekarang.

Aku menghela napas pelan, kemudian menarik pinggangnya, membuat jarak di antara kami kian menipis. Bersamaan dengan itu, Kiara yang tadinya terkekeh tiba-tiba membisu. Wajahnya merah padam dan aku semakin menggila saat melihatnya seperti itu.

krekk

Pintu terbuka, menampakkan Ozzy yang sedang melotot ke arah kami. Matanya terlihat dipenuhi amarah. Cepat-cepat Kiara melepaskan tanganku dari pinggangnya, kemudian mundur beberapa langkah menjauhiku.

"Apa yang ibu dan dia lakukan?" tanya Ozzy sambil menunjuk padaku.

"Orang yang kau sebut 'dia' itu adalah ayahmu" ketusku.

Sungguh, aku mulai tidak bisa menahan diri lagi. Sejak datang kemari, aku terus saja mengalah pada anak ini, namun dia semakin semena-mena. Aku masih ingat betul bagaimana cara dia memukulku 4 hari lalu. Dia keluar diam-diam dari pintu depan dan menyerangku yang sedang tidur di teras rumahnya.

Dengan mata berapi-api, Ozzy menatap kedua mataku. Tatapannya begitu tajam seolah sedang mengajakku berduel. Dia membuang napas kasar, lalu membalikkan badannya dan pergi begitu saja.

"Kiara, ayo kita lanju--" Kalimatku spontan terhenti saat aku menoleh pada Kiara. Wanita dengan surai sebahu itu sedang memberiku tatapan mematikan. Dia juga terlihat sedang menggeram.

"Semua ini karenamu!" ucap Kiara sebelum akhirnya berlari mengejar Ozzy.

Sial. Sebenarnya, apa salahku? Sudah jelas-jelas anak itu yang masuk tanpa mengetuk pintu, lalu kenapa aku yang disalahkan?

*****
K

iara POV

"Kenapa ibu memaafkan pria itu?"

"Karena itu bukan kesalahan ayahmu"

Ozzy mendengus kesal saat mendengar jawabanku. Terlihat jelas bahwa dia tidak menyukai jawaban yang keluar dari bibirku. Matanya dipenuhi amarah, di juga memalingkan wajahnya karena enggan bertatapan denganku.

"Tapi kenapa dia harus mempunyai 4 istri, jika dia memang mencintai ibu, harusnya dia hanya menikahi ibu!" teriak Ozzy tanpa memandang wajahku.

Aku langsung panik. Khawatir jika teriakannya sampai terdengar oleh Helena. Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana perasaannya jika mendengar teriakan adik laki-lakinya ini. Untungnya kamar Ozzy kedap suara, jadi kemungkinan teriakannya terdengar oleh Helena hanya sedikit.

"Ozzy, seorang raja memiliki selir bukan hanya karena masalah ranjang. Pernikahan politik, balas jasa, janji, rasa tanggung jawab, dan masih banyak lagi. Menjadi raja itu bukan hanya soal duduk nyaman di atas singgasana. Ayahmu sudah berkorban banyak untuk kerajaannya, Nak" jelasku dengan nada selembut mungkin.

Ozzy menatapku. Saat ini, matanya terlihat berapi-api. Padahal, aku berpikir penjelasanku itu bisa membuat pikirannya sedikit terbuka, namun ternyata dia semakin marah.

"Sebenarnya, kenapa hidup kita serumit ini? Saat aku melihat teman-temanku, kehidupan mereka sederhana dan bahagia, tidak seperti kita!"

"Kau tidak bahagia? Kalau begitu, cobalah terima ayahmu, Nak"

"Ibu tidak mengerti aku. Bukan ini yang aku inginkan. Aku hanya ingin menjadi manusia biasa, bukan monster!"

"Ibu mengerti dirimu, Ozzy"

"Ibu tidak mengerti! Aku tidak pernah ingin dilahirkan sebagai makhluk setengah-setengah seperti ini. Aku tidak pernah meminta jadi putra orang itu, juga putramu!"

Setelah berteriak, Ozzy langsung melompat dari jendela kamarnya. Dia meninggalkanku bersama air mata yang sudah mengalir deras dari kedua mataku. Hatiku terasa sangat sakit saat mendengar ucapannya.

Aku ibu yang gagal.

.
.
.
Ayo vote!

(Saya menggunakan bab lama untuk menulis bab ini, jadi jangan heran jika ada komentar yang tidak relevan dengan isi bab ini)

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now