#30 Hidup baru

5K 347 2
                                    

Aku mencintaimu sampai mati namun pada akhirnya aku tidak mati

(good bye road)
-ikon

*****

Kiara POV

Aku mendekap Helena dengan lembut. Sesekali aku memandang wajahnya yang sedang terlelap. Wajah Helena mengingatkanku kepada Charlie. Hidung mereka terlihat sangat mirip.

Ah, Charlie... Sakit sekali mengingat bahwa kau lebih percaya Zycka dari pada aku.

Seperti perintah Palet, aku menemui ibu untuk menghilangkan jejak aromaku dan Helena. Aku juga bercerita tentang semua hal yang terjadi di istana vampir. Marah, ibu kemudian memanggil ayah untuk datang menemui kami.

Ayah murka saat mendengar ceritaku. Detik itu pula, dia berkata akan menghancurkan kerajaan vampir, namun aku memohon padanya agar mengurungkan niatnya itu. Sudah cukup kerusakan yang ada di sana, aku tidak ingin tempat itu semakin hancur.

"Nanti, saat Charlie menyadari kebodohannya, walau dia memohon di kakimu, jangan kembali padanya!"

Aku hanya mengangguk saat mendengar peringatan dari ayahku. Mengiyakannya karena tidak ingin membahas hal ini terlalu lama.

Kedua orang tuaku setuju untuk menyembunyikanku di dunia manusia. Satu-satunya tempat dimana Charlie akan kesulitan untuk mencariku. Apa lagi dengan aroma yang disamarkan, itu akan membuat aku dan Helena membaur dengan manusia sehingga sulit dilacak.

Setelah lelah memberikan nasihat, ayah akhirnya mengizinkan aku pergi. Dia sangat khawatir, terutama setelah mengetahui bahwa aku tengah hamil, dia menjadi sangat protektif. Ayah bahkan ingin menetap bersamaku di dunia manusia. Untungnya ibu segera menahannya sehingga dia membatalkan niatnya.

Setelah sampai di dunia manusia, tentu hal pertama yang ingin aku kunjungi adalah panti asuhan, namun sayangnya aku tidak dapat kesana karena aku berada di kota yang bahkan tidak aku ketahui namanya. Kota dengan gedung-gedung tinggi juga megah.

Aku berjalan sambil menggendong Helena. Berkeliling, untuk mencari tempat tinggal baru. Selama perjalanan, orang-orang terus saja memberikanku tatapan aneh. Mungkin itu disebabkan gaun yang aku tengah aku kenakan, aku terlihat sangat mencolok.

Langkahku terhenti saat menemukan sebuah rumah kecil dengan papan bertuliskan 'disewakan' di halaman depannya. Aku memperhatikan rumah itu dengan saksama.

Itu memang rumah kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan istana, namun itu pasti cukup nyaman untuk aku dan Helena menetap. Apa lagi, rumah itu memiliki halaman belakang yang cukup luas. Halaman itu bisa dijadikan kebun untuk sumber penghasilanku.

Tak lama aku memperhatikan rumah itu, datang seorang pria tinggi dengan kemeja putih rapi menghampiriku. Dia memasang senyum seramah mungkin padaku.

"Tertarik nyonya? Untuk harga, bisa kita bicarakan"

Aku terdiam. Aku baru ingat bahwa aku tidak punya uang sepeser pun, tapi aku sungguh butuh tempat tinggal. Aku tidak ingin Helena tidur di jalanan.

Akhirnya, aku terpikir sebuah ide. Aku pun segera melepas cincin yang terpasang di jari manisku.

"Ah, begini tuan, aku baru tiba dari tempat yang jauh. Aku tidak punya uang, namun aku bisa membayarmu dengan cincin ini" tawarku sambil menyerahkan cincinku padanya.

Pria itu tertegun cukup lama, kemudian memasang senyum selebar mungkin.

"Nyonya, ini adalah uang sewa selama setahun! Baik, kita sepakat. Temanku akan datang besok pagi untuk membantumu membersihkan rumah ini" ucap pria itu girang sambil buru-buru mengeluarkan kunci dari sakunya.

"Kehidupan kita akan dimulai, Sayang" ujarku sambil mencium pipi Helena.

Helena kemudian terbangun dari tidurnya. Dia langsung tertawa sambil mengedipkan matanya berkali-kali.

Astaga, kami pasti punya ikatan batin.

*****

Di pagi hari, aku terbangun karena terusik tangisan Helena. Aku pun langsung teringat bahwa aku tidak memberinya susu semalam. Aku terlalu lelah membersihkan rumah ini hingga melupakan Helena semalam. Putriku pasti kelaparan.

Aku langsung bergerak menimang Helena, namun Helena semakin mengeraskan tangisannya. Dia menjadi rewel.

Aku yang tidak punya pengalaman tentang bayi vampir kebingungan. Aku bahkan hampir menangis karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku ingin membeli susu, tapi aku sudah tidak punya perhiasan untuk di jual.

Aku kemudian tertegun. Helena adalah vampir. Selain makan makanan manusia, dia juga meminum darah.

Dengan cepat, aku mencari pisau di rumah ini dan menyayatkannya ke jari telunjukku.

"Ahh" desahku saat melihat darah keluar dari jari telunjukku.

Aku meletakkan jariku secara perlahan di mulut Helena dan benar saja, dia mengisabnya.

"Terus, Helena... Putri ibu pasti sangat lapar, ya?"

Helena melepaskan jariku setelah beberapa saat. Kepalaku memang pening, namun aku senang Helena bisa minum sesuatu, tapi hal yang tidak aku mengerti, yaitu Helena masih tidak berhenti menangis.

Tok-tok

Astaga, siapa yang datang sepagi ini?

Aku kemudian berjalan menuju pintu depan dengan Helena di gendonganku. Saat aku membuka pintu, aku melihat seorang pria tinggi dengan bahu lebar dan mata sayu menatapku aneh.

"Maaf, Anda siapa?"

Tidak menjawab, pria itu malah tertawa garing sambil menggaruk tengkuknya. Itu membuatku keheranan.

Pria ini memiliki lesung di kedua pipinya. Meski matanya sayu, namun alisnya tebal dan bulu matanya lentik. Wajahnya benar-benar tidak bosan untuk dipandang. Sungguh pahatan tuhan yang indah.

"Kakakku menyuruhku kesini untuk membantumu membersihkan rumah ini, tapi sepertinya aku terlambat. Rumah ini sudah terlihat rapi dan bersih" ia tersenyum hangat lalu menatap Helena yang masih menangis.

"Boleh aku menggendongnya?"

Wajahnya terlihat polos dan baik. Jadi, aku menganggukkan kepalaku lalu memindahkan Helena ke gendongannya. Siapa tahu Helena berhenti menangis saat berada dalam gendongannya.

"Astaga, aku lupa. Ayo, masuklah"

Pria itu masuk dan duduk di kursi kayu sederhana yang ada di ruang tamu. Dia menyanyikan lagu untuk Helena, namun Helena masih saja menangis.

"Dia menangis karena lapar. Kalau boleh, bisakah aku meminjam uangmu? Aku akan menggantinya besok" ucapku sambil menunduk.

Setelah mendengar ucapanku, pria itu langsung mengembalikan Helena padaku.

"Tunggulah"

Pria bermata sayu itu kemudian berlari dengan kencang, entah kemana tujuannya. Aku hanya bisa menunggu sambil berharap ia kembali dengan membawa sesuatu untuk Helena.

.
.
.
Ayo vote!

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now