#11 Ada apa denganmu?

7.1K 528 14
                                    

Kiara POV

Kini, aku duduk beralaskan batu besar kasar yang di sisi kanan dan kirinya dipasangi batang pohon tebal dengan sepasang borgol yang mencengkeram kuat kedua tanganku.

Vampir-vampir yang melihatku berubah di dalam hutan saat itu langsung menangkapku dalam keadaan pingsan dan saat aku terjaga, aku sudah menjadi tontonan di alun-alun. Sayapku seakan menjadi tontonan yang menarik dimata mereka.

“Makhluk apa itu, Bu?” Aku mendengar suara manja berasal dari bibir gadis kecil bermata coklat tua.

“Dia adalah makhluk jadi-jadian, kita pulang saja. Akan terjadi hal buruk jika kita melihatnya.” Hanya itu yang dikatakan Ibu dari gadis kecil itu, lalu mereka pergi meninggalkan tempat ramai ini.

Semakin lama, semakin banyak vampir yang datang untuk menertawakanku, bahkan ada vampir yang berdagang buah-buah kecil. Buah yang di khususkan untuk dilemparkan padaku hingga meninggalkan noda di gaun tidurku.

Mataku tak lelah memandangi mereka satu persatu. Ada juga seorang pria tua yang dari tadi tengah memukul-mukul sayapku dengan tongkat kayu. Sakit, namun aku tidak bisa berbuat apa pun. Ingin menangis pun rasanya tidak bisa karena terlalu lelah.

“APA-APAAN INI!” Suara lantang yang sangat aku kenal, suara Charlie.

“Penjarakan semua vampir yang menonton pertunjukan menjijikan ini dan bunuh mereka yang menyentuh istriku!”

Aku tersenyum kecut.

Istri katanya, istri mana yang ia maksud?

Semua orang yang ada di sana terkejut saat melihat banyak prajurit datang dengan membawa pedang ditangannya. Mereka tampak ketakutan, beberapa juga mencoba untuk kabur, namun mereka tetap tertangkap. Pria tua yang memukul-mukul sayapku juga langsung dipenggal oleh salah seorang prajurit. Itu adalah pertama kali aku melihat seseorang mati dengan cara dipenggal, namun entah mengapa melihatnya mati seakan membuat perasaanku lega. Ini seperti bukan diriku.

Charlie menatapku lekat. Tatapannya memang terlihat sedih, namun tidak terlihat menyesal. Aku tidak menyukainya. Jadi, aku hanya memberikan tatapan sinis padanya.

Tanpa aba-aba, sepasang borgol di tanganku tiba-tiba terbuka. Dapat di pastikan itu adalah perbuatan Charlie. Kemudian, dengan wajah kesal Charlie melepas kemeja retro yang ia kenakan. Ia lalu memakaikan kemeja itu padaku.

Aku sedikit terkejut saat melihat badannya yang telanjang dada karena tubuhnya di penuhi oleh bekas luka. Memang hanya bekas, tapi entah mengapa melihatnya membuatku merasa sedih. Itu membuatku teringat akan cerita Palet bahwa Charlie mendapat perlakuan kasar dari ayahnya di masa lalu.

Charlie kemudian mengangkat tubuhku yang sudah lemas. Dia mendekapku sebelum akhirnya menggendongku dan membawaku pergi dari tempat itu.

Aku ingin bertanya soal bekas luka yang ada di tubuhnya, namun lidahku kelu. Alhasil, sepanjang perjalanan aku memutuskan untuk diam dan memejamkan mataku. Dia pun hanya membisu sambil terus melangkah dengan cepat. Sesekali ia memandangku, aku sadar itu. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya.

“Akan aku panggil beberapa pelayan,?” ucap Charlie sambil membaringkan tubuhku di ranjang.

Aku tidak tahu kamar siapa ini. Setelah aku membuka mataku, kami sudah berada di istana, dan ia masuk asal ke salah satu kamar pertama yang ia lihat. Pria ini bahkan tidak minta maaf padaku. Jangankan minta maaf, ia bahkan tidak bertanya satu kata pun tentang kondisiku.

“Tidak,” tolakku singkat sambil membalikkan badan untuk memunggunginya.

“Ada apa denganmu?!" tanya Charlie dengan nada tinggi, namun karena aku diam dan tidak menjawab pertanyaannya, dia langsung menghela napas panjang. "Kiara! Jawablah ketika suamimu bertanya!”

Teriakannya menggema dalam ruangan ini. Itu membuatku mendadak emosi. Sungguh lucu, pria dengan status suamiku ini malah membentakku.

Ucapannya membuatku tertawa beberapa saat. Aku pun membalikkan badanku, kemudian berusaha sekuat tenaga untuk duduk di atas ranjang empuk ini. Aku tidak tahan untuk tidak berdebat dengannya.

“Ya, suamiku, ada apa? Kau ingin meminta izin untuk menikah lagi?” Aku tertawa di akhir kalimatku yang sukses membuatnya menggeram kesal.

“Kau marah karena itu?”

“Tidak. Aku tidak punya hak. Maafkan aku, Yang Mulia, aku bukanlah siapa-siapa. Tolong, ampuni aku, jangan bunuh aku,” ujarku sambil menunduk di hadapannya. Bertingkah seolah sedang memohon ampun atas nyawaku.

“Kau tahu Kiara, aku lebih suka dirimu yang dulu.” Pria jangkung itu mengambil langkah menuju pintu masuk kamar ini. Ia hendak meninggalkanku tanpa kata maaf yang aku harapkan. Dia membuatku semakin kesal.

Emosiku memuncak saat melihat punggungnya yang semakin menjauh.

Entah dari mana datangnya keberanianku. Tiba-tiba, aku berteriak padanya. “Jujur saja, kau tidak pernah menyukaiku, kan?!”.

Charlie menghentikan langkahnya sejenak. Ia mendengus kesal sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.

Sungguh, aku membencinya, namun pada saat yang bersamaan, aku masih mencintainya.


*****

Charlie POV

Kini, aku tahu diri Kiara yang sebenarnya. Sayap lebar seperti elang dan rambut yang lurus berwarna hitam pekat. Ia tampak mengagumkan dengan wujudnya yang seperti itu, namun satu hal yang aku tidak suka, yaitu emosinya.

Aku membenci emosi kiara yang mulai terasa seperti werewolf. Hal itu tidak cocok dengan dirinya. Itu sangat tidak cocok dengan Kiaraku.

Ya, Kiaraku. Kiaraku yang suka menunduk dan penurut itu hilang. Kiara yang pemalu dan tak banyak tingkah, Kiara yang diamnya memabukkan.
Dimana dirinya yang seperti itu?

Aku tidak benar-benar meninggalkan Kiara sendirian dalam ruangan itu. Aku hanya menunggu amarahnya mereda. Menunggu tepat di samping pintu besar kamar itu.

Setelah beberapa saat, aku kembali masuk ke dalam ruangan itu. mataku memandang gadis berwajah teduh yang saat ini tengah tertidur di atas ranjang dengan mata sembab. Wajahnya terlihat lelah, membuat hatiku iba.

Aku membaringkan tubuhku dengan hati-hati di samping istriku itu. Berusaha agar tidak membuat gerakan yang mengakibatkan kebisingan baginya. Aku memandang setiap inci wajahnya dari dekat. Memperhatikan mata, hidung, dan bibirnya secara bergantian. Kiara cantik. Perlahan pula, rambutnya kembali ke warna aslinya, begitu pula sayapnya yang perlahan menghilang. Mungkin, bersamaan dengan itu, amarah Kiara juga menghilang.

Dia yang seperti ini, lebih menarik, kan?

Aku memandang pergelangan tangan gadis pirang itu. Pergelangan tangannya lecet. Siku dan lututnya juga terlihat mengeluarkan darah.

Hatiku sedikit teriris melihat luka-lukanya. Untungnya, para sampah yang menonton pertunjukan itu sudah aku  habisi. Jadi, aku merasa sedikit lebih tenang.
Aku mendekatkan wajahku pada wajah Kiara. Berniat memindahkan rasa sakitnya. Menghapus jarak yang ada di antara kami. Dengan perlahan, aku menjilat pipinya.

“Hambar…”

Para pembuat dosa, Vincent dan Aldora, akhirnya kembali ke kerajaan mereka masing-masing. Itu membuatku senang. Aku tidak suka mereka berada disini.

Belakangan ini mereka terus menyudutkanku dengan mengatakan bahwa tindakanku menikahi Evelyn adalah hal yang salah. Terutama Vincent, dia terus saja merendahkan kerajaanku dan merayu Kiara agar mau ikut bersamanya ke kerajaan werewolf. Untungnya, wanitaku itu menolaknya dengan alasan istana ini sudah menjadi rumahnya. Alasan yang klasik, kan?



.
.
.
Ayo vote!

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now