#20 Kau cantik, Kiara!

6.3K 406 3
                                    


Charlie POV

"Kau cantik"

Ayolah, aku sudah mengatakannya puluhan kali pada wanita di hadapanku ini, tapi dia tetap memberiku respon tersipu. Pipi memerahnya itu adalah hal yang paling aku sukai dari Kiara. Aku senang saat menyadari bahwa dia sepenuhnya adalah milikku. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, dia milikku.

"Kiara"

aku menarik dagunya agar mata kami saling bertemu. Ekspresinya langsung berubah. Mata birunya melotot sempurna dan aku yakin jantungnya berpacu dengan cepat. Aku menghapus jarak di antara kami hingga kami semakin dekat lalu...

"HAHAHA, kenapa kau malu seperti itu?" aku tertawa sambil memegangi perutku. Setelah puas menertawakannya, aku mengusap lembut pipinya. Kiara terlihat ia menurunkan bibirnya.

"Kiara, kau cantik" lalu seketika wajah murungnya menunduk sembari mehanan senyum. Wah, aku sungguh memiliki bakat hebat hingga bisa membuat dia tersenyum. Ini bakat yang lebih hebat dari pada bisa berubah menjadi burung.

"Kenapa kau selalu menunduk seperti itu Kiara, apa itu bawaan lahir? Aku tidak pernah melihat Vincent dan Aldora menunduk. Mungkin karena mereka terlalu sombong" ucapku sambil mencoba merebahkan tubuhku di pangkuannya. Pahanya adalah bantal ternyaman nomor dua di dunia setelah bahunya. Badan Kiara memang ramping, namun entah mengapa bersandar padanya menghilangkan lelahku.

Saat aku tengah menghilangkan penatku, tiba-tiba Kiara memukul wajahku. Ah, wajah tampanku.

"Mereka orang tuaku, kau suamiku, berarti mereka juga adalah orang tuamu, tapi kenapa kau mengatakan hal itu?"

Aku terkekeh kecil melihat ekspresi kesal Kiara. Memangnya Aldora dan Vincent orang tuaku sekarang? Sejak kapan?

"Oh ya, sejak kapan?"

"Ah, kau ini" Kiara terlihat kesal lalu memejamkan matanya sambil menarik nafas panjang.

"Kesal ya? Sayang... Kesal padaku, ya?" tanyaku sambil mendongakkan wajahku untuk memandang wajahnya.

Kiara menghela napas. Ia kemudian tersenyum dan mulai menyisir rambutku dengan jemari lentiknya. Itu sangat menenangkan.

"Tidak, aku tidak marah pada anda, Yang Mulia." Dia kembali bersikap formal padaku dan aku benci itu. Bukannya apa, tapi itu seakan membuat jarak kami terasa jauh.

"Aku tidak mau bicara, jika kau bersikap formal padaku" Aku memejamkan mataku dan bersikap seolah sedang marah. Aku berharap ia akan merayuku, namuj sialnya itu tidak terjadi. Ia malah tidak memedulikanku dan menghentikan gerakan jemarinya. Ayolah Kiara, bukan ini yang aku mau.

Aku segera bangkit, kemudian duduk sambil memandang wajahnya. Sekarang, dia terlihat marah. Astaga, melihatnya seperti itu membuatku mendadak kesal. Aku berusaha keras mengendalikan diriku saat ini. Aku tidak boleh menampar Kiara!

Aku menghela napas panjang, kemudian membalikkan badanku. Aku membelakanginya dengan mata terpejam. "Aku akan menghitung sampai tiga. Minta maaflah padaku, Sayang. Satu..." Aku terdiam beberapa saat, menanti permintaan maafnya, namun aku tidak mendengar apa pun. "Dua... Kiara, jika aku mengatakan tiga. Maka kau dalam masalah".

Aku penasaran kenapa dia terus terdiam. Aku pun segera membalikkan badanku sambil membuka kedua mataku. Aku menoleh ke sekelilingku, namun aku tidak menemukan sosok Kiara. Ah, dia menghilang. Sudahlah, aku geram.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now