#14 Hai, Hellen!

6K 412 2
                                    

Kiara POV

Ternyata Hellen sangat cantik. Badannya tidak tinggi, namun juga tidak terlalu pendek. Pas bersanding dengan Charlie. Rambut coklatnya yang bersinar terkena paparan cahaya mentari membuatnya tampil sangat mengagumkan.

"Aku harap dia akan bersikap baik padaku" gumamku.

Aku sedikit tersenyum sembari memandangnya penuh pesona. Bahkan Charlie saja terus memandanginya sembari terkekeh beberapa kali. Sulit mengalihkan pandangan dari vampir secantik Hellen.

Saat ini, aku sedang menggiring mereka menuju kamar Hellen. Aku melakukannya karena ini adalah perintah Charlie. Sepertinya pria itu ingin menyiksaku dengan mempertontonkan kemesraan mereka di depan mataku.

"Kau jelek seperti dulu" aku dengar Charlie mengatakan itu sembari mengulurkan tangannya ke arah Hellen yang langsung disambut penuh senyuman olehnya.

"Hei, Ibu bilang aku ini cantik, manis dan mempesona. Hanya kau yang mengatakan aku jelek, dasar suami yang buruk! Aku tidak menyangka kalau aku akan menjadi istrimu. Kau itu menyebalkan, rayuan mu basi dan tindakanmu kolot!"

Waw, dia sangat berani mengatakan itu langsung di depan Charlie. Hellen ini termasuk orang yang cerewet. Setelah aku amati, ternyata sikapnya juga seperti anak-anak. Selain cantik, dia juga menggemaskan. Aku mulai tersenyum, aku rasa aku akan dekat dengan Hellen seperti ucapan Bibi Hoisa setelah makan malam kemarin. Bibi Hoisa meyakinkanku bahwa Hellen adalah vampir baik, dia berjiwa bebas, dan dia akan menyukaiku.

"Eh, Ratu Kiara" seketika ia langsung menunduk di hadapanku saat menyadari aku memandangnya dari tadi. Aku tidak mengerti alasan dibalik tindakannya, karena itu aku segera memegang pundaknya. Menyuruhnya untuk menghentikan tundukannya.

"Jangan panggil aku dengan sebutan Ratu, panggil saja Kiara, mengerti?"

Aku tersenyum penuh arti ke arahnya dan dia malah tertawa sejadi-jadinya sembari menepuk bahuku. Membuatku melongo karena tindakannya. Aku jadi bertanya-tanya, apa benar dia ini putri bangsawan terkenal?

"Mengapa?" tanyaku sambil melongo. Apa aku mengatakan hal yang lucu, atau dia memang tidak menyukaiku?

"Ups, maaf, Kak Kiara. Aku hanya tertawa"

Dia perlahan mulai menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Dia kemudian tersenyum lebar ke arahku. Sedangkan Charlie, dia terkekeh sembari berjalan meninggalkan kami. Aku penasaran, pasti ada sesuatu yang ia rencanakan. Tumben sekali pria jangkung itu terkekeh.

Kini aku berada dikamar Hellen. Charlie memintaku untuk membantu Hellen jika dia kesulitan atau apa pun itu. Dengan senang hati aku menuruti keinginannya, namun bukan karena perintah Charlie, tapi karena aku ingin lebih dekat dengan Hellen. Istana begitu sepi, meski ada banyak orang yang tinggal di sini. Aku harap dengan kedatangan Hellen, kesepian ini mulai menghilang mengingat dia adalah orang yang cerewet dan berjiwa bebas.

"Jangan hiraukan dia Kiara, dia memang seperti itu setiap saat" Charlie merebahkan badannya di ranjang raksasa yang ada di ruangan ini.

Melihatnya seperti itu, aku jadi berpikir, apa yang akan mereka lakukan malam ini? Huh, kenapa aku memikirkannya? Mereka sudah saling mengenal sejak kecil, saling akrab bahkan juga menyukai satu sama lain. Tatapan Charlie pada Hellen juga sangat sulit diartikan. Sejujurnya, itu membuat dadaku seketika sakit. Aku iri.

"Kak Kiara, aku sudah tau banyak tentangmu dari Charlie, loh!" ujar Hellen dengan sangat cepat dan bernada seperti seorang balita yang bercerita kepada Ibunya. Aku hanya tersenyum memandangnya.

"Apakah dia bercerita yang baik-baik tentangku?" tanyaku sembari melirik Charlie dan kurasa Charlie menyadari lirikanku itu hingga dia mulai bergerak untuk duduk.

Setelah itu Hellen menarikku agar duduk di ranjang mereka. Atas tarikannya, aku pun duduk di salah satu sisi ranjang itu bersama mereka berdua. Aku sedikit takut karena dari tadi, Charlie melemparkan tatapannya padaku.

"Aku bercerita bahwa kau seperti mayat saat sedang tidur" ucap Charlie sambil memandangku dengan tatapan menjengkelkan.

"Tidak!" aku mencoba membela diriku sendiri. Sungguh, aku tidak seperti mayat saat tidur, yang mirip mayat kan, dia, vampir.

"Kau kan sedang tidur, mana tau!" ucap Charlie seraya mencubit hidungku pelan. Jujur, jantungku berpacu sangat cepat saat ini. Sentuhan tangannya memabukkan, tapi seketika aku sadar akan posisiku.

"Kalian sangat menggemaskan" itu adalah suara Hellen yang sendari tadi memandang kami.

"Kak Kiara, maafkan aku... Apa kau sakit hati karena aku menikah dengan Charlie?" Seketika suara Hellen mendadak lirih. Jiwa anak-anak Hellen tak lepas dari tiap nada bicaranya, walaupun dia sedih sekalipun.

"Hey, apa yang kau katakan? Justru aku senang karena aku tidak menderita sendirian disini"

Aku memegang kedua pipinya dengan lembut. Bibirnya yang turun perlahan mulai tersenyum meski aku yakini dia masih mencoba mencerna kalimatku tadi. Sejujurnya, otak Hellen juga seperti anak kecil, dia kurang tanggap.

"Menderita karena menjadi istriku maksudmu?" tanya Charlie dengan wajah kesal padaku.

Seketika aku dan Hellen tertawa. Suasana di sekitar kami menghangat. Hellen pun memelukku setelah tawanya selesai. Dia benar-benar menggemaskan. Meski aku tidak tahu alasan dia memanggilku dengan sebutan kak, namun aku mulai menyukai panggilannya. Tahu kan, jika dia teman kecil Charlie, itu artinya usia Hellen tidak jauh berbeda dari Charlie.

"Sudah, kalian tidur saja, aku akan kembali ke kamarku"

Aku berniat berdiri namun ada tangan yang menahanku. Itu tangan Hellen dan itu sukses membuatku terkejut. Apa benar ia akan mengajakku tidur disini juga?

"Kak, kumohon jangan pergi. Bagaimana kalau kita bermain bertiga saja?"

Bermain? Apa arti bermain bertiga? Mataku melotot seketika mendengar ucapan Hellen itu. Jantunhku berdetak tak karuan. Aku menduga-duga tentang permainan apa yang ia maksud.

"Be-bermain bertiga?" tanya Charlie terbata-bata. Aku yakin dia sama terkejutnya denganku. "Oh, jadi, kita akan bermain bertiga?" lanjut Charlie.

Kini, aku mulai takut. Selama ini, Charlie saja belum menyentuhku sama sekali. Bukan berarti aku ingin disentuh olehnya, tapi...ah sudahlah.

"Ya, bermain bertiga" wajah Hellen tampak kegirangan saat mengatakannya, sangat menakutkan.

.
.
.
Ayo vote!

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now