#6 Gaun wanita

7.7K 541 2
                                    

Kiara POV

Klek

Pintu perlahan terbuka. Menampakkan 3 orang pria dengan pakaian bak pangeran dari negeri dongeng. Mereka adalah Palet, Charlie, dan seorang pria yang tadi siang menanyakan statusku. Mereka berjalan berurutan sambil mengulas senyum di bibir, tentu saja, kecuali si Charlie. Dia bahkan tidak henti-hentinya menggerutu. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

“Kiara, kau belum makan, kan? Ayo kita makan bersama,” ajak pria yang tidak kuketahui namanya itu sambil melambai padaku.

Mataku berbinar. Akhirnya, aku bisa makan dan mengisi perutku.
Ya Tuhan, dia pasti orang yang baik. Wajah tampannya tidak menunjukkan aura jahat. Sebaliknya, ia justru sangat ramah dengan senyum hangat yang terpasang di wajahnya.

“Iya, Tuan”

Mereka bertiga menghentikan langkahnya tepat saat sampai di hadapanku. Palet kemudian menyipitkan matanya padaku. “Kau tidak boleh memanggil ayahku dengan sebutan tuan”.

Aku melongo karena terkejut.

Sungguh? Pria ini adalah ayah Palet? Benarkah? Mereka lebih terlihat seperti sepasang adik-kakak dari pada ayah dan anak.

“Jangan terkejut seperti itu, hahaha... Paman terlihat muda ya? Baiklah, ayo kita makan!” ajak Ayah Palet sambil mengelus kepalaku. Aku yang tadinya melongo pun segera merubah ekspresi wajahku.

Ah, aku malu sekali. Baru saja aku berpikir bahwa dia tampan.

“Tunggu, Kiara, kau tidak bisa berjalan?” tanya paman itu.
Aku pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaannya.

“Maaf, ya, Kiara,” ucap ayah Palet. Ia kemudian mendekatkan kepalanya ke telinga Charlie. Ia berbisik.

“Tidak mau!” ujar Charlie sambil memelototkah matanya.

“Ayo, jangan membantahku,” ucap Ayah Palet sambil tersenyum jahat kepada Charlie.

Charlie yang melihat itu pun hanya mendengus dan menggerutu, kemudian dia mendekatkan wajahnya padaku. Membuat jantungku berdegup kencang tak karuan karenanya. Pasalnya, seumur hidup, aku hanya menghabiskan waktuku untuk bekerja dan membantu Ibu panti melakukan pekerjaan rumah hingga aku tidak pernah berdekatan dengan pria sepantaranku.

Mungkin aku gila karena tersipu pada pria kasar yang sudah menyiksaku ini. Tapi sungguh, jantungku selalu berdegup kencang setiap kali mata kami bertatapan.

“Diam dan tutup matamu!” bentak Charlie tepat di depan wajahku. Saking dekatnya wajah kami saat ini, aku bahkan bisa merasakan napasnya mengenai kulit wajahku.

Aku pun menurutinya. Memejamkan mataku sesuai perintahnya.
Tiba-tiba, aku merasakan benda basah menyentuh pipiku sekilas. Aku hendak membuka mataku karena terkejut, namun tiba-tiba Charlie berbisik di telingaku, “Jangan membuka mata sebelum aku memerintahkannya padamu, kecuali jika kau memang tidak menyayangi nyawamu”.

Aku menelan salivaku saat mendengar bisikannya. Jantungku berdegup semakin kencang. Saking kencangnya detak jantungku, aku sangat takut apa bila itu terdengar oleh Charlie. Akan sangat memalukan apa bila ia mendengarnya.

Aku merasakan sentuhan hangat di kaki kiriku, kemudian lengan, dan pinggangku. Bersamaan dengan itu, sakit yang ada di tubuhku pun menghilang. Itu bagai sihir, aku sangat penasaran tentang itu. Aku ingin membuka mataku untuk melihat apa yang Charlie lakukan hingga tubuhku menjadi ringan seperti sekarang, namun aku teringat peringatannya. Aku tidak boleh membuka mata, kecuali dia memerintahkan itu padaku.

“Arghh!”

Aku terkejut saat Charlie tiba-tiba berteriak. Aku ingin sekali membuka mataku, namun aku terlalu takut untuk melanggar perintahnya. Aku masih sangat menyayangi nyawaku.

“Bagaimana rasanya, Charlie?” Ayah Palet terdengar sedang menyindir Charlie.

“Huh, aku hanya terkejut, bukan kesakitan.” Setelah mengucapkan itu, Charlie terdengar mengambil langkah menjauh.

Jika pria kasar itu pergi, lalu bagaimana denganku? Apa aku boleh membuka mata?

Dengan perlahan, aku membuka kedua mataku. Dan benar saja. Charlie sudah tidak ada di hadapanku. Dia pergi.

“Paman akan menyiapkan makanan. Oh iya, minta gaun kepada Charlie, ya, Kiara,” ucap Ayah Palet sambil berjalan meninggalkan ruangan ini.
Aku mengangguk.

“Sudah tidak sakit, ya?” tanya Palet sambil menyeringai. “Jika kau lebih suka terluka, aku bisa membuatkannya lagi untukmu,” lanjutnya sambil terkekeh. Aku pun menggeleng cepat.

“Aku harus memakai gaun?” tanyaku.

“Tentu, kecuali jika kau memang suka menggoda 3 pria dewasa dengan rok pendekmu itu,” jawab Palet sambil menyeringai.

“Tapi, dimana Charlie?”

“Di kamarnya. Kau sudah tahu kamarnya kan?”

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang