Keluar Zona Nyaman

57 27 5
                                    

Hmmm . . . Zona Nyaman. Serem gitu ya dengernya, udah jelas Zona nyaman malah di tinggal, tapi dulu inilah yang Kakak coba lalukan. Kenapa? Karna Kakak dulu ngerasa dalam diri Kakak ada yang kurang.

Kelas 11 semester 1 lebih tepatnya, Kakak berada pada satu titik yang sebenernya Kakak nyaman banget jadi diri Kakak yang sekarang, Kakak bisa meraih apa yang Kakak inginkan, Kakak nyaman banget sama pribadi Kakak yang ada sekarang. Tapi balik lagi Kakak tanya sendiri sama diri Kakak "Harusnya aku seneng sama apa yang udah aku dapatkan, tapi kenapa terasa ada yg kurang" Itu yang jadi pertanyaan Kakak selama beberapa minggu, sampe akhirnya Kakak sadar kalo Kakak kurang diperdulikan lingkungan karna sikap Kakak yang acuh dengan keadaan. Itu bisa Kakak lihat dari teman-teman Kakak, bagaimana mereka bersikap dengan Kakak lalu bersikap dengan kawan Kakak yang lain. Kakak baru sadar, Kakak salah jalan. Kakak baru ingat bahwa masa SMA adalah masa yang berharga, Masa masa dimana kita harusnya mengeksplor diri kita bukan terlalu mengekang, Masa SMA adalah masa dimana kita harus banyak banyak cari kawan, banyak banyak cari pengalaman, bukan dengan diam diri menikmati dunia beku dalam pikiran kita tapi kita juga harus mulai membaur disana.

Usia Kakak saat itu 16 tahun, Kakak mulai tuh sedikit bersosialisasi dengan mereka (Teman-teman Kakak) Kakak mulai mau untuk nimbrung bareng mereka, Misal ke kantin bareng, kerja kelompok, atau sekedar bercengkrama seperti anak remaja pada umumnya. Awalnya iya sih Kakak ngerasa banget ini aneh, Kakak agak kaku sama cara bersosialisasi dan mengimbangi sikap dengan mereka, Namun lama kelamaan Kakak mulai terbiasa sama mereka, Kakak punya dua sisi dimana Kakak bisa menjadi introvert, dan sama mereka Kakak jadi sosok ekstrovert. Dan mulai saat itu dunia Kakak berubah, lebih berwarna dan Kakak bisa menikmati masa muda Kakak sesungguhnya, termasuk menikmati masa Aliyah Kakak yang penuh canda dan tawa.

*******

Ini cerita Kakak, aneh kan Kakak dulu. Mungkin ini kali ya yang namanya susah bersosialisasi. Perlu banyak waktu buat mikir ini itu, baru bisa memutuskan apa yang sebaiknya kita lakukan.

Dek, Dari cerita Kakak kalian bisa simpulkan bukan. Bahwa sebenernya mengapai mimpi itu juga perlu sinergi dan rasionalisasi, bukan hanya ambisi dan memburu waktu dari pagi ke pagi. Apalagi kalian sampe kehilangan masa muda kalian hanya karna berkutat seputar mimpi yang harus kalian realisasi. Jadi sebaiknya keduanya imbang antara prestasi dan kawan penunjang potensi.

Oke sampe disini dulu ya.
Happy Reading guys📖

Dear AdekelOnde histórias criam vida. Descubra agora