08✓Arthur's Confusion And Curiosity|Arthur POV

1K 50 6
                                    

ARTHUR P.O.V

  Makan malam sudah selesai. Kini kami duduk menghadap hamparan bunga-bunga yang belum bermekaran.

Evelyn tidak pegal meski bibirnya terus melengkung tersenyum. Dan dia tidak menyadari jika aku menatapnya sedari tadi.

"Ev--"

Dering ponselnya membuat ucapanku terhenti.
Evelyn mengambil ponselnya dari dalam celana jeans.

Biasanya aku lebih menyukai gadis yang memakai dress, karena itu membuat mereka lebih feminim dan berkelas. Tapi semenjak aku mengenal Evelyn, entah mengapa aku jadi berfikir bahwa gadis dengan jeans dan sweater terlihat sangat sederhana dan cantiknya begitu natural.

Evelyn menatap layar ponselnya lama. Dan aku masih terus menatap Evelyn.
Sepertinya Evelyn menolak panggilan tersebut. Ia melirikku yang masih menatapnya. "Nomor tidak dikenal." Ucap Evelyn dengan senyuman terpaksa.

Baru saja Evelyn akan memasukkan ponselnya kedalam saku, ponsel itu kembali berdering.
Evelyn langsung kembali menolak panggilan itu.

'Sebenarnya siapa yang meneleponnya? Apa aku mengganggu?' batinku.

Aku melipat kedua tanganku didepan dada, masih dengan mata yang menatap pada Evelyn. Seolah meminta penjelasan.

"Aku akan pergi sebentar jika memang mengganggu." Ucapku seraya hendak berdiri.

Evelyn menggeleng dan ia menahan tanganku. "Itu hanya nomor yang tidak dikenal." Jelasnya lagi.

Aku pun tidak jadi pergi. Suasana hening kembali tercipta dan aku merasa harus mengawali pembicaraan, maka aku bertanya, "Kau sudah bertemu dengan Emilio?"

Evelyn mencoba untuk mengingat-ingat, lalu ia berkata, "Sudah Tuan." Jawabnya.

"Tadi siang ada rapat dadakan. Aku pikir aku bisa langsung pulang, ternyata ada beberapa pertemuan lain." Jelasku.

"Tidak masalah, Tuan." Dia tersenyum sangat manis.

Bisakah aku menikmati bibir itu? Ku mohon!!

"Ngomong-ngomong. Kenapa kau tidak suka makan dalam keheningan?" Tanyaku,

Evelyn berubah menjadi gugup, dia hanya diam dengan gugup.

"Mmm..itu.. Ummm, aku mual. Maksudku, jika aku mendengar kunyahanku sendiri, aku langsung merasa mual." Jawab Evelyn setelah beberapa saat diam.

Mataku fokus pada gerakan bibirnya. Oh ayolah, bung! Alihkan tatapanmu!
"Ini sudah larut. Tidurlah." Aku melangkah pergi begitu saja meninggalkan Evelyn.

Terdengar suara ponsel yang berdering. Aku berbalik badan dan melihat Evelyn menatap layar ponselnya lama. Ia berbalik dan akhirnya ia menempelkan ponsel itu pada telinga.

Aku melipat kedua tanganku didepan dada dan menyandarkan punggungku pada pohon. Aku menatap lurus pada Evelyn.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Evelyn karena posisinya yang membelakangiku. Dan sialnya lagi aku tidak bisa mendengar percakapan Evelyn dengan seseorang diseberang telepon sana.

Cukup lama mereka berbincang, sampai tiba-tiba Evelyn menjauhkan ponselnya dari telinga, kepalanya mengadah keatas. Lalu ia kembali menempelkan ponselnya pada telinga.

Percuma aku menunggu Evelyn sampai selesai menelfon, karena percakapan mereka tidak bisa aku dengar sama sekali. Jadi aku memutuskan untuk berjalan masuk kedalam Mansion.

Aku menekan sesuatu di arloji yang melingkar dipergelangan tanganku kemudian berkata, "Sadap ponsel Evelyn."

Aku memasuki kamar, menjatuhkan diriku diatas tempat tidur. Tidak dapat dipungkiri bahwa aku sangat penasaran dengan seseorang yang terus menghubungi Evelyn.

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now